Penjual sayuran
Penjual lontong sayur
Penjual bunga
Penjual sate kelinci
Penjual wedang ronde
Date: 21 May 2009
Location: Telaga Sarangan Magetan
Photographer: Angelina Kusuma
Camera: Power Shot A590 IS
Saya punya ketertarikan tersendiri untuk mengabadikan bermacam-macam kehidupan sosial di sekitar saya seperti di bawah ini. Mereka, selalu bisa membuat saya 'menunduk' sesaat and then bersyukur dengan kehidupan saya saat ini, apapun itu :).
Semua orang punya bagian masing-masing di dunia yang luas ini, rite? Dan kita...tidak bisa acuh satu sama lain dan menganggap bahwa kita harus menjadi orang yang berbahagia sendirian dengan berbagai cara.
Nyatanya, di luar sana banyak juga kehidupan-kehidupan lain yang mungkin tidak pernah atau belum pernah kita lihat secara langsung bagaimana mereka bisa hidup dengan cara yang lebih sederhana daripada kita, tapi mereka bisa bahagia :).
Saturday, May 30, 2009
Thursday, May 28, 2009
Tuhan yang Mengubah Hati
Oleh : Angelina Kusuma
Pernahkah anda tidak suka terhadap sesuatu atau seseorang sampai menimbulkan rasa tidak nyaman yang amat menghimpit perasaan anda, sehingga memandang atau mendengarnya saja sudah membuat anda ingin berpaling dan lari jauh-jauh darinya?
Itulah yang sedang saya alami saat ini :).
Sejak dulu, bidang pelayanan saya di ladang Tuhan lebih ke arah segala kegiatan di belakang layar, seperti tulis-menulis, multimedia kreatif, pendoa syafaat, konselor, dsb. Saya bukannya tidak pernah berada di depan layar seperti menjadi pemimpin atau pembicara, tapi saya tetap merasa bahwa kemampuan terbaik saya bukan di depan melainkan di belakang, yang memberikan dorongan dan dukungan kuat meski tidak terlalu terlihat nyata bagi orang lain.
Mulai bulan ini, beban pelayanan di gereja tempat saya berjemaat bertambah. Selain tetap memegang peranan utama di bagian tulis-menulis dan multimedia kreatif, posisi sebagai pemimpin pujian dan singer yang notabene di depan layar juga diberikan kepada saya.
Awalnya, saya menolak jadwal pelayanan saya sebulan ke depan itu dengan berbagai macam cara. Mulai dengan alasan karena kurang PD sampai karena alasan saya tidak suka pada posisi tersebut hahaha (jujur, saya memang tidak suka dilihatin banyak orang soalnya :D). Ibu gembala dan para aktivis gereja lainnya selalu memberi saya kalimat ini, untuk menanggapi keluhan-keluhan ketidak-PD-an saya menjadi seorang pemimpin pujian ibadah, "Berdoa, minta sama Tuhan sampai Ia memampukanmu untuk melakukan pekerjaan itu." Wah, saya pikir mereka sedang ngerjain saya ketika berkata demikian. Bukannya ngajari gimana caranya memimpin pujian dalam ibadah, ini malah disuruh doa dan doa terus. Kalo cuma doa sie, anak-anak Sekolah Minggu juga tau! Ya nggak sie? hihihi.
Kemarin malam, tanpa saya duga sebelumnya, salah seorang aktivis gereja juga mengalami hal yang sedang saya alami saat ini. Beliau adalah pendoa syafaat sekaligus pemimpin pujian yang hebat di setiap ibadah, tapi kemarin beliau diserahi tugas yang lain dari yang biasanya. Beliau didaulat secara 'paksa' menjadi guru pengajar di acara pendalaman Alkitab gereja, tanpa latihan/pembekalan materi lebih dulu.
Sama seperti saya, di awal acara beliau bersaksi bahwa jika mungkin beliau ingin agar 'cawan' itu berlalu darinya malam itu hahaha. Hebatnya, beliau tetap memikul tanggung-jawab yang sudah dibebankan kepadanya hingga akhir meski dengan kekurangan di sana-sini karena bidang itu memang masih awam baginya.
Melihat kesaksian ibu ini, akhirnya saya memberanikan diri juga untuk mengikuti jejaknya. Saya mulai bergumul dengan Tuhan sejak dua hari lalu demi bisa tampil maksimal saat saya bertugas memimpin pujian di hari H-nya (malam ini adalah pertama kalinya saya harus memimpin pujian di acara komsel gabungan remaja, pemuda, dan dewasa muda gereja).
Saya juga teringat akan kisah Saul ketika ia diurapi oleh nabi Samuel menjadi raja atas bangsa Israel. Saat itu, yang 'mengubah hati' Saul agar ia mampu menerima jabatan sebagai raja bukanlah Saul sendiri, melainkan Tuhan. Tuhan jugalah yang menjadikannya bisa mengemban tugas sebagai pemimpin sebuah bangsa besar, bukan karena Saul mempunyai banyak keahlian untuk menjalani posisi tersebut (nj@coe).
1 Samuel 10:9a, Sedang ia berpaling untuk pergi meninggalkan Samuel, maka Allah mengubah hatinya menjadi lain.
Pernahkah anda tidak suka terhadap sesuatu atau seseorang sampai menimbulkan rasa tidak nyaman yang amat menghimpit perasaan anda, sehingga memandang atau mendengarnya saja sudah membuat anda ingin berpaling dan lari jauh-jauh darinya?
Itulah yang sedang saya alami saat ini :).
Sejak dulu, bidang pelayanan saya di ladang Tuhan lebih ke arah segala kegiatan di belakang layar, seperti tulis-menulis, multimedia kreatif, pendoa syafaat, konselor, dsb. Saya bukannya tidak pernah berada di depan layar seperti menjadi pemimpin atau pembicara, tapi saya tetap merasa bahwa kemampuan terbaik saya bukan di depan melainkan di belakang, yang memberikan dorongan dan dukungan kuat meski tidak terlalu terlihat nyata bagi orang lain.
Mulai bulan ini, beban pelayanan di gereja tempat saya berjemaat bertambah. Selain tetap memegang peranan utama di bagian tulis-menulis dan multimedia kreatif, posisi sebagai pemimpin pujian dan singer yang notabene di depan layar juga diberikan kepada saya.
Awalnya, saya menolak jadwal pelayanan saya sebulan ke depan itu dengan berbagai macam cara. Mulai dengan alasan karena kurang PD sampai karena alasan saya tidak suka pada posisi tersebut hahaha (jujur, saya memang tidak suka dilihatin banyak orang soalnya :D). Ibu gembala dan para aktivis gereja lainnya selalu memberi saya kalimat ini, untuk menanggapi keluhan-keluhan ketidak-PD-an saya menjadi seorang pemimpin pujian ibadah, "Berdoa, minta sama Tuhan sampai Ia memampukanmu untuk melakukan pekerjaan itu." Wah, saya pikir mereka sedang ngerjain saya ketika berkata demikian. Bukannya ngajari gimana caranya memimpin pujian dalam ibadah, ini malah disuruh doa dan doa terus. Kalo cuma doa sie, anak-anak Sekolah Minggu juga tau! Ya nggak sie? hihihi.
Kemarin malam, tanpa saya duga sebelumnya, salah seorang aktivis gereja juga mengalami hal yang sedang saya alami saat ini. Beliau adalah pendoa syafaat sekaligus pemimpin pujian yang hebat di setiap ibadah, tapi kemarin beliau diserahi tugas yang lain dari yang biasanya. Beliau didaulat secara 'paksa' menjadi guru pengajar di acara pendalaman Alkitab gereja, tanpa latihan/pembekalan materi lebih dulu.
Sama seperti saya, di awal acara beliau bersaksi bahwa jika mungkin beliau ingin agar 'cawan' itu berlalu darinya malam itu hahaha. Hebatnya, beliau tetap memikul tanggung-jawab yang sudah dibebankan kepadanya hingga akhir meski dengan kekurangan di sana-sini karena bidang itu memang masih awam baginya.
Melihat kesaksian ibu ini, akhirnya saya memberanikan diri juga untuk mengikuti jejaknya. Saya mulai bergumul dengan Tuhan sejak dua hari lalu demi bisa tampil maksimal saat saya bertugas memimpin pujian di hari H-nya (malam ini adalah pertama kalinya saya harus memimpin pujian di acara komsel gabungan remaja, pemuda, dan dewasa muda gereja).
Saya juga teringat akan kisah Saul ketika ia diurapi oleh nabi Samuel menjadi raja atas bangsa Israel. Saat itu, yang 'mengubah hati' Saul agar ia mampu menerima jabatan sebagai raja bukanlah Saul sendiri, melainkan Tuhan. Tuhan jugalah yang menjadikannya bisa mengemban tugas sebagai pemimpin sebuah bangsa besar, bukan karena Saul mempunyai banyak keahlian untuk menjalani posisi tersebut (nj@coe).
1 Samuel 10:9a, Sedang ia berpaling untuk pergi meninggalkan Samuel, maka Allah mengubah hatinya menjadi lain.
Monday, May 25, 2009
The Master
Oleh : Angelina Kusuma
Anda mungkin sudah tak asing lagi dengan judul sebuah tayangan stasiun televisi swasta Indonesia yang menelurkan banyak orang dengan berbagai keahliannya di bidang magic ini. Ada yang ahli di bidang mentalis, hipnotis, fakir, ilusionis, klasik, dan lain-lain yang berlomba-lomba menunjukkan bahwa dirinya layak disebut 'the master' di bidang magic yang dikuasainya.
Tayangan yang sampai sekarang masih menuai kontroversi antara murni terjadi karena trik dan keahlian si pemainnya atau menggunakan unsur-unsur dari kuasa kegelapan ini, nyatanya tetap mampu menyedot banyak pemirsa pertelevisian di Indonesia untuk mengikuti alur cerita yang dibawa oleh masing-masing pelaku misteri di tiap-tiap penayangan eksklusif mereka.
Sebagai orang percaya, sebenarnya kita juga bisa menjadi 'the master' mengungguli semua magicians yang tergabung dalam tayangan The Master itu. Tanpa ilmu dan tanpa mantrapun, Yesus yang kita sembah juga sudah melakukan banyak hal melebihi para ahli magic di dunia ribuan tahun silam. Dia bisa mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan banyak orang sakit, berjalan di atas air, membangkitkan orang mati, bangkit dari kematian-Nya sendiri, sampai terangkat ke Surga dengan disaksikan oleh banyak orang dan semua murid-murid-Nya. Hebatnya lagi, Ia juga menurunkan 'keahlian-Nya' tersebut kepada semua orang yang percaya kepada-Nya secara cuma-cuma, tanpa kecuali.
Yohanes 14:12, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.
Murid-murid Yesus sudah pernah membuktikan bahwa mereka juga bisa melakukan apa yang Yesus kerjakan selama hidup-Nya. Petrus berjalan di atas air (Matius 14:29), Petrus membangkitkan orang mati (Kis. 9:40), Petrus menyembuhkan orang sakit dengan bayangannya (Kis. 5: 15), Petrus mengusir roh jahat (Kis. 5:16), Paulus membangkitkan orang mati (Kis. 20:9-12), Paulus digigit ular berbisa tapi tetap hidup (Kis. 28:3-5), Paulus mengusir roh jahat (Kis. 16:17-18), dan masih banyak lagi mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh murid-murid Yesus lainnya ketika mereka benar-benar percaya dan mengimani janji-janji-Nya.
Apa yang ditampilkan oleh ahli magic di dunia ini tidak ada seujung kuku dari yang telah dilakukan oleh Yesus dan orang-orang yang percaya kepada-Nya (seperti apa yang telah terbukti dilakukan para murid dan rasul-rasul-Nya di atas).
Jika iman kita tidak goyah dan hidup kita tetap kudus dihadapan-Nya, master dari The Master pun lewat!
Mau?! PERCAYAlah hanya kepada Yesus! (nj@coe)
Anda mungkin sudah tak asing lagi dengan judul sebuah tayangan stasiun televisi swasta Indonesia yang menelurkan banyak orang dengan berbagai keahliannya di bidang magic ini. Ada yang ahli di bidang mentalis, hipnotis, fakir, ilusionis, klasik, dan lain-lain yang berlomba-lomba menunjukkan bahwa dirinya layak disebut 'the master' di bidang magic yang dikuasainya.
Tayangan yang sampai sekarang masih menuai kontroversi antara murni terjadi karena trik dan keahlian si pemainnya atau menggunakan unsur-unsur dari kuasa kegelapan ini, nyatanya tetap mampu menyedot banyak pemirsa pertelevisian di Indonesia untuk mengikuti alur cerita yang dibawa oleh masing-masing pelaku misteri di tiap-tiap penayangan eksklusif mereka.
Sebagai orang percaya, sebenarnya kita juga bisa menjadi 'the master' mengungguli semua magicians yang tergabung dalam tayangan The Master itu. Tanpa ilmu dan tanpa mantrapun, Yesus yang kita sembah juga sudah melakukan banyak hal melebihi para ahli magic di dunia ribuan tahun silam. Dia bisa mengubah air menjadi anggur, menyembuhkan banyak orang sakit, berjalan di atas air, membangkitkan orang mati, bangkit dari kematian-Nya sendiri, sampai terangkat ke Surga dengan disaksikan oleh banyak orang dan semua murid-murid-Nya. Hebatnya lagi, Ia juga menurunkan 'keahlian-Nya' tersebut kepada semua orang yang percaya kepada-Nya secara cuma-cuma, tanpa kecuali.
Yohanes 14:12, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.
Murid-murid Yesus sudah pernah membuktikan bahwa mereka juga bisa melakukan apa yang Yesus kerjakan selama hidup-Nya. Petrus berjalan di atas air (Matius 14:29), Petrus membangkitkan orang mati (Kis. 9:40), Petrus menyembuhkan orang sakit dengan bayangannya (Kis. 5: 15), Petrus mengusir roh jahat (Kis. 5:16), Paulus membangkitkan orang mati (Kis. 20:9-12), Paulus digigit ular berbisa tapi tetap hidup (Kis. 28:3-5), Paulus mengusir roh jahat (Kis. 16:17-18), dan masih banyak lagi mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh murid-murid Yesus lainnya ketika mereka benar-benar percaya dan mengimani janji-janji-Nya.
Apa yang ditampilkan oleh ahli magic di dunia ini tidak ada seujung kuku dari yang telah dilakukan oleh Yesus dan orang-orang yang percaya kepada-Nya (seperti apa yang telah terbukti dilakukan para murid dan rasul-rasul-Nya di atas).
Jika iman kita tidak goyah dan hidup kita tetap kudus dihadapan-Nya, master dari The Master pun lewat!
Mau?! PERCAYAlah hanya kepada Yesus! (nj@coe)
Saturday, May 23, 2009
Korelasi Masa Kanak-kanak dan Pertumbuhannya Menuju ke Kedewasaan
Oleh : Angelina Kusuma
Hari Rabu dan Kamis (20-21 Mei 2009) kemarin, saya mengikuti acara retreat gabungan sekolah Minggu, remaja, dan pemuda gereja bertempat di vila Telaga Sarangan Magetan. Meski awalnya saya tidak berminat mengikuti acara ini karena cuaca yang kurang mendukung (mulai sering turun hujan lebat lagi akhir-akhir ini), tapi hasilnya saya mendapat banyak pengalaman seputar mengurus anak-anak kecil melalui acara ini :).
Anak-anak sekolah Minggu yang ikut di retreat ini berusia sekitar 9-13 tahun, rata-rata duduk di kelas 4-6 SD. Tingkah mereka ada-ada aja. Ada yang hobby bikin 'kelompok arisan' waktu kotbah berlangsung, ada yang ngeluh waktu disodori nasi bungkus untuk makan, ada yang kebingungan saat disuruh nyuci sendok dan gelas yang selesai dipakainya, ada yang ribut diantrian kamar mandi, sampai ada yang kerjaannya njajan mulu di sepanjang waktu bebasnya. Membantu mereka tertib mengikuti ibadah, mengajari mereka mengerjakan pekerjaan rumah (menata tempat tidur, membersihkan lantai, mencuci sendok dan gelas, membuat teh, dll), dan menyertai langkah-langkah mereka kemanapun pergi, menjadi menu utama saya di dua hari itu.
Satu hal yang menggelitik hati saya saat bertanya kepada mereka siapa yang mengerjakan semua hal-hal di atas bagi mereka di rumah. Hampir semua anak yang saya tanyai menjawab bahwa mereka jarang melakukan pekerjaan rumah seperti yang dilakukannya di vila retreat karena semua sudah dikerjakan oleh pembantu rumah tangganya.
Berbeda dengan anak-anak yang sudah terbiasa mandiri karena dirumahnya tidak ada pembantu, kepribadian anak-anak yang dirumahnya ada pembantu yang siap sedia mengerjakan pekerjaan rumah mereka, kepribadiannya cenderung lebih sulit diatur. Mereka yang sudah terbiasa mandiri juga lebih cepat menyerap inti Firman Tuhan yang disampaikan dari pada mereka yang sudah terbiasa dilayani oleh para pembantunya di rumah. Anak-anak sekolah Minggu di tempat saya memang terbagi menjadi dua kelompok, kelompok si kaya dengan berbagai fasilitas dihidupnya (dikelilingi pembantu dan sopir) dan kelompok si cukup yang terbiasa hidup hemat dan mandiri.
Kebiasaan-kebiasaan kita saat kecil, seusia anak-anak sekolah Minggu yang saya hadapi di retreat kali ini, bisa saja terbawa sampai kita dewasa nantinya. Yang menentukan tingkat kemandirian atau kemanjaan rohani juga tergantung dari apa yang selalu kita kerjakan sehari-hari saat usia dini seperti mereka. Anak yang dari kecil terbiasa ditimang-timang dan dinina-bobokan, tentu berbeda perangainya setelah dewasa nanti dengan anak yang sudah dididik disiplin dan mandiri sejak masa kanak-kanaknya.
Bagi saya, lebih mudah menangani para remaja, pemuda, dan orang dewasa dari pada menangani anak-anak kecil seusia anak sekolah Minggu. Pola pemikiran anak-anak yang belum terbentuk utuh, lebih berbahaya jika salah ditangani dan rentan terhadap kesalahan. Dalam hal ini, peranan orang tua (utamanya ibu) dan orang-orang disekitar mereka sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya baik jasmani dan rohani si anak.
Anak-anak yang dikeliling pembatu dan sopir di sekolah Minggu saya ini, rata-rata orang tuanya memang cukup sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Saya bukannya tidak setuju dengan para ibu-ibu yang juga mempunyai kesibukan lain di luar rumah seperti karier-nya di pekerjaan. Hanya saja, saya kurang sreg jika si anak justru lebih banyak bergaul dengan para pembantu dan sopirnya ketimbang bersentuhan langsung dengan ibu kandungnya.
Waktu kecil, ibu saya juga sibuk dengan pekerjaannya (hingga sekarang), namun di rumah kami tidak ada pembantu rumah tangga. Saya dibiasakan oleh beliau hidup dengan mandiri setiap hari, mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, mengurus keperluan hidup sendiri, dan kemana-mana juga dibiasakan sendiri. Karenanya, sampai sekarang saya sudah terbisa mengerjakan banyak hal seorang diri dan tidak terlalu bergantung banyak dengan orang lain.
Terkadang saya trenyuh sendiri melihat kehidupan anak-anak sekolah Minggu saya yang hanya terlihat sehat secara jasmani namun jiwanya kurang itu. Mereka sangat tergantung dengan pembantu dan sopir mereka sampai-sampai kehidupan rohani mereka juga ikut kurang berkembang karena tidak ada yang mengarahkan untuk cinta Firman Tuhan setiap hari melalui saat teduh dan doa.
Diantara anak-anak remaja dan pemuda di gereja saya juga banyak yang rohaninya tetap kerdil meski jasmani mereka bukan kanak-kanak lagi, karena sejak kecil mereka sudah mempunyai kebiasaan salah yaitu terlalu bergantung kepada pembantu, sopir, dan orang lain, serta tidak terdidik cinta Firman sejak kecil.
Melalui retreat gabungan selama dua hari ini, saya banyak belajar mengenali sikap dan perilaku manusia mulai dari anak-anak sampai dewasa. Peranan orang tua di rumah terutama ibu, tidak bisa dipandang remeh. Siapa diri kita saat dewasa merupakan cerminan dari apa yang sudah kita perbuat selama pertumbuhan kita dari hari ke hari mulai kanak-kanak. Jika sejak kecil kita sudah tidak bisa mandiri, saat dewasa kita juga akan sulit berdikari.
Pesan saya untuk para orang tua maupun calon orang tua: persiapkan diri anda sebaik-baiknya sebelum/sesudah menjadi orang tua sesungguhnya karena sikap dan tingkah laku anda akan menurun pada anak-anak anda nanti. 'Siap' disini berarti bisa mengarahkan anak-anak anda nantinya ke arah kemandirian secara jasmani (tidak bergantung pada manusia lain) dan juga kemandirian rohani (bergantung penuh hanya kepada Tuhan dan Firman-Nya).
Jangan sampai juga nantinya anak anda melakukan hal seperti gambar di bawah ini, lebih merasa disayangi oleh pembantunya dari pada anda sendiri sebagai orang tua kandungnya. God bless children...^_^ (nj@coe).
Hari Rabu dan Kamis (20-21 Mei 2009) kemarin, saya mengikuti acara retreat gabungan sekolah Minggu, remaja, dan pemuda gereja bertempat di vila Telaga Sarangan Magetan. Meski awalnya saya tidak berminat mengikuti acara ini karena cuaca yang kurang mendukung (mulai sering turun hujan lebat lagi akhir-akhir ini), tapi hasilnya saya mendapat banyak pengalaman seputar mengurus anak-anak kecil melalui acara ini :).
Anak-anak sekolah Minggu yang ikut di retreat ini berusia sekitar 9-13 tahun, rata-rata duduk di kelas 4-6 SD. Tingkah mereka ada-ada aja. Ada yang hobby bikin 'kelompok arisan' waktu kotbah berlangsung, ada yang ngeluh waktu disodori nasi bungkus untuk makan, ada yang kebingungan saat disuruh nyuci sendok dan gelas yang selesai dipakainya, ada yang ribut diantrian kamar mandi, sampai ada yang kerjaannya njajan mulu di sepanjang waktu bebasnya. Membantu mereka tertib mengikuti ibadah, mengajari mereka mengerjakan pekerjaan rumah (menata tempat tidur, membersihkan lantai, mencuci sendok dan gelas, membuat teh, dll), dan menyertai langkah-langkah mereka kemanapun pergi, menjadi menu utama saya di dua hari itu.
Satu hal yang menggelitik hati saya saat bertanya kepada mereka siapa yang mengerjakan semua hal-hal di atas bagi mereka di rumah. Hampir semua anak yang saya tanyai menjawab bahwa mereka jarang melakukan pekerjaan rumah seperti yang dilakukannya di vila retreat karena semua sudah dikerjakan oleh pembantu rumah tangganya.
Berbeda dengan anak-anak yang sudah terbiasa mandiri karena dirumahnya tidak ada pembantu, kepribadian anak-anak yang dirumahnya ada pembantu yang siap sedia mengerjakan pekerjaan rumah mereka, kepribadiannya cenderung lebih sulit diatur. Mereka yang sudah terbiasa mandiri juga lebih cepat menyerap inti Firman Tuhan yang disampaikan dari pada mereka yang sudah terbiasa dilayani oleh para pembantunya di rumah. Anak-anak sekolah Minggu di tempat saya memang terbagi menjadi dua kelompok, kelompok si kaya dengan berbagai fasilitas dihidupnya (dikelilingi pembantu dan sopir) dan kelompok si cukup yang terbiasa hidup hemat dan mandiri.
Kebiasaan-kebiasaan kita saat kecil, seusia anak-anak sekolah Minggu yang saya hadapi di retreat kali ini, bisa saja terbawa sampai kita dewasa nantinya. Yang menentukan tingkat kemandirian atau kemanjaan rohani juga tergantung dari apa yang selalu kita kerjakan sehari-hari saat usia dini seperti mereka. Anak yang dari kecil terbiasa ditimang-timang dan dinina-bobokan, tentu berbeda perangainya setelah dewasa nanti dengan anak yang sudah dididik disiplin dan mandiri sejak masa kanak-kanaknya.
Bagi saya, lebih mudah menangani para remaja, pemuda, dan orang dewasa dari pada menangani anak-anak kecil seusia anak sekolah Minggu. Pola pemikiran anak-anak yang belum terbentuk utuh, lebih berbahaya jika salah ditangani dan rentan terhadap kesalahan. Dalam hal ini, peranan orang tua (utamanya ibu) dan orang-orang disekitar mereka sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya baik jasmani dan rohani si anak.
Anak-anak yang dikeliling pembatu dan sopir di sekolah Minggu saya ini, rata-rata orang tuanya memang cukup sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Saya bukannya tidak setuju dengan para ibu-ibu yang juga mempunyai kesibukan lain di luar rumah seperti karier-nya di pekerjaan. Hanya saja, saya kurang sreg jika si anak justru lebih banyak bergaul dengan para pembantu dan sopirnya ketimbang bersentuhan langsung dengan ibu kandungnya.
Waktu kecil, ibu saya juga sibuk dengan pekerjaannya (hingga sekarang), namun di rumah kami tidak ada pembantu rumah tangga. Saya dibiasakan oleh beliau hidup dengan mandiri setiap hari, mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, mengurus keperluan hidup sendiri, dan kemana-mana juga dibiasakan sendiri. Karenanya, sampai sekarang saya sudah terbisa mengerjakan banyak hal seorang diri dan tidak terlalu bergantung banyak dengan orang lain.
Terkadang saya trenyuh sendiri melihat kehidupan anak-anak sekolah Minggu saya yang hanya terlihat sehat secara jasmani namun jiwanya kurang itu. Mereka sangat tergantung dengan pembantu dan sopir mereka sampai-sampai kehidupan rohani mereka juga ikut kurang berkembang karena tidak ada yang mengarahkan untuk cinta Firman Tuhan setiap hari melalui saat teduh dan doa.
Diantara anak-anak remaja dan pemuda di gereja saya juga banyak yang rohaninya tetap kerdil meski jasmani mereka bukan kanak-kanak lagi, karena sejak kecil mereka sudah mempunyai kebiasaan salah yaitu terlalu bergantung kepada pembantu, sopir, dan orang lain, serta tidak terdidik cinta Firman sejak kecil.
Melalui retreat gabungan selama dua hari ini, saya banyak belajar mengenali sikap dan perilaku manusia mulai dari anak-anak sampai dewasa. Peranan orang tua di rumah terutama ibu, tidak bisa dipandang remeh. Siapa diri kita saat dewasa merupakan cerminan dari apa yang sudah kita perbuat selama pertumbuhan kita dari hari ke hari mulai kanak-kanak. Jika sejak kecil kita sudah tidak bisa mandiri, saat dewasa kita juga akan sulit berdikari.
Pesan saya untuk para orang tua maupun calon orang tua: persiapkan diri anda sebaik-baiknya sebelum/sesudah menjadi orang tua sesungguhnya karena sikap dan tingkah laku anda akan menurun pada anak-anak anda nanti. 'Siap' disini berarti bisa mengarahkan anak-anak anda nantinya ke arah kemandirian secara jasmani (tidak bergantung pada manusia lain) dan juga kemandirian rohani (bergantung penuh hanya kepada Tuhan dan Firman-Nya).
Jangan sampai juga nantinya anak anda melakukan hal seperti gambar di bawah ini, lebih merasa disayangi oleh pembantunya dari pada anda sendiri sebagai orang tua kandungnya. God bless children...^_^ (nj@coe).
Kehilangan
Oleh : Angelina Kusuma
Apa yang kita miliki dan apa yang telah hilang dari hidup kita, mungkin tidak ada yang bisa menyaingi apa yang pernah dipunyai dan yang dialami oleh Ayub. Ayub mempunyai tujuh anak laki-laki, tiga anak perempuan, tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina, dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar. Ia orang terkaya dari semua orang di sebelah timur pada masanya dan juga saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan.
Tapi dalam beberapa hari saja, ia kehilangan semuanya itu. Anak-anaknya mati, hartanya ludes, ditambah lagi sekujur tubuhnya diliputi barah yang menjijikkan, diejek sahabat-sahabat karibnya, dan ditinggalkan istrinya. Adakah yang pernah mengalami kemuliaan sekaligus penderitaan seperti Ayub?
Apa yang pernah saya miliki di dunia hingga kini, tidak ada seujung kuku dari kekayaan dan kemuliaan yang pernah dimiliki oleh Ayub. Namun ketika saya kehilangan beberapa hal dari yang saya miliki tersebut, sering kali saya tidak bisa mengucapkan apa yang bisa Ayub katakan saat penderitaan menimpanya tanpa ampun seperti diatas.
Ayub 1:21, Katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"
Ayub menghadapi penderitaannya dengan tetap mengucap syukur kepada Tuhannya. Ia sama sekali tidak mengeluh atau menyalahkan Tuhan seperti yang kebanyakan kita lakukan saat Ia berkenan menimpakan kesulitan, kehilangan, atau kemalangan hidup kepada kita.
Disebuah kebaktian yang pernah saya ikuti saat berjemaat di gereja Cilincing Jakarta Utara, seorang pendeta memberikan ilustrasi tentang arti kepemilikan dengan sederhana namun mengena di hati saya. Pendeta itu membagikan beberapa lembar pecahan uang kepada jemaat yang ada didepannya termasuk saya sebelum mulai berkotbah. Ada yang mendapat uang lima ribu rupiah, sepuluh ribu rupiah, dua puluh ribu rupiah, dan lima puluh ribu rupiah.
Ditengah-tengah kotbahnya, tiba-tiba Pak pendeta berkata, "Bagi yang tadi sudah menerima lembaran-lembaran uang, kembalikan lagi uang itu kepada saya." Tak berapa lama kemudian, semua jemaat yang menerima lembaran-lembaran uang di awal kebaktian (saya menerima uang lima ribu rupiah), serentak maju ke depan mimbar kemudian menyerahkan uang-uang tersebut ke tangan pendeta kembali.
Setelah menerima kembali uangnya, Pak pendeta bertanya kepada semua orang yang mengembalikan uang itu dengan pertanyaan yang sama, "Kenapa anda begitu mudah mengembalikan uang yang sudah saya berikan tadi?" Dan serentak semua yang ditanya menjawab, "Karena uang itu bukan milik kami, tapi punya Bapak."
Pak pendeta tersenyum mendengar jawaban kami dan berkata panjang lebar, "Seperti itu juga hendaknya kita lakukan di dunia ini. Kita tidak mempunyai apa-apa. Harta kita; rumah, mobil, uang, pekerjaan, keluarga, dan lain-lainnya itu adalah milik Tuhan. Kita tidak berhak mengklaim sesuatupun di dunia ini sebagai mutlak milik kita karena itu semua hanya 'pinjaman'. Jika yang empu-Nya datang dan memintanya kembali, maka kita dengan sukarela harus mengembalikannya tanpa merasa kehilangan!"
Persis seperti yang sudah dialami oleh Ayub, demikianlah intisari dari ilutrasi yang dimainkan oleh pendeta saya di gereja Cilincing, Jakarta Utara itu. Ayub bisa mengucap syukur dengan mudah meski ia sudah kehilangan segala yang dimilikinya karena ia mengambil sikap yang benar atas semua hal yang dipunyainya. Ia tidak memposisikan dirinya sebagai pemilik sah dari hidupnya, namun mengakui keberadaan Tuhan sebagai pemilik utama dan ia hanyalah peminjam/pengelola sementara. Ketika Tuhan mengambil semua yang dimilikinya kembali, Ayub bisa dengan sukacita menyerahkannya kembali ke tangan Tuhan-Nya tanpa mengeluh.
Sampai sekarang, saya masih terus belajar meneladani tindakan Ayub yang satu ini. Memposisikan Tuhan sebagai pemilik utama dari semua yang saya miliki di dunia dan mengendalikan diri saya agar tidak posesif atas apapun yang saya punyai karena saya hanya peminjam dan pengelola dari kepunyaan Tuhan.
Berbahagialah mereka yang menyerah total pada kekuasaan Tuhan dan bergantung penuh kepada-Nya, karena mereka tidak akan pernah kecewa (nj@coe).
Apa yang kita miliki dan apa yang telah hilang dari hidup kita, mungkin tidak ada yang bisa menyaingi apa yang pernah dipunyai dan yang dialami oleh Ayub. Ayub mempunyai tujuh anak laki-laki, tiga anak perempuan, tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina, dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar. Ia orang terkaya dari semua orang di sebelah timur pada masanya dan juga saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan.
Tapi dalam beberapa hari saja, ia kehilangan semuanya itu. Anak-anaknya mati, hartanya ludes, ditambah lagi sekujur tubuhnya diliputi barah yang menjijikkan, diejek sahabat-sahabat karibnya, dan ditinggalkan istrinya. Adakah yang pernah mengalami kemuliaan sekaligus penderitaan seperti Ayub?
Apa yang pernah saya miliki di dunia hingga kini, tidak ada seujung kuku dari kekayaan dan kemuliaan yang pernah dimiliki oleh Ayub. Namun ketika saya kehilangan beberapa hal dari yang saya miliki tersebut, sering kali saya tidak bisa mengucapkan apa yang bisa Ayub katakan saat penderitaan menimpanya tanpa ampun seperti diatas.
Ayub 1:21, Katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"
Ayub menghadapi penderitaannya dengan tetap mengucap syukur kepada Tuhannya. Ia sama sekali tidak mengeluh atau menyalahkan Tuhan seperti yang kebanyakan kita lakukan saat Ia berkenan menimpakan kesulitan, kehilangan, atau kemalangan hidup kepada kita.
Disebuah kebaktian yang pernah saya ikuti saat berjemaat di gereja Cilincing Jakarta Utara, seorang pendeta memberikan ilustrasi tentang arti kepemilikan dengan sederhana namun mengena di hati saya. Pendeta itu membagikan beberapa lembar pecahan uang kepada jemaat yang ada didepannya termasuk saya sebelum mulai berkotbah. Ada yang mendapat uang lima ribu rupiah, sepuluh ribu rupiah, dua puluh ribu rupiah, dan lima puluh ribu rupiah.
Ditengah-tengah kotbahnya, tiba-tiba Pak pendeta berkata, "Bagi yang tadi sudah menerima lembaran-lembaran uang, kembalikan lagi uang itu kepada saya." Tak berapa lama kemudian, semua jemaat yang menerima lembaran-lembaran uang di awal kebaktian (saya menerima uang lima ribu rupiah), serentak maju ke depan mimbar kemudian menyerahkan uang-uang tersebut ke tangan pendeta kembali.
Setelah menerima kembali uangnya, Pak pendeta bertanya kepada semua orang yang mengembalikan uang itu dengan pertanyaan yang sama, "Kenapa anda begitu mudah mengembalikan uang yang sudah saya berikan tadi?" Dan serentak semua yang ditanya menjawab, "Karena uang itu bukan milik kami, tapi punya Bapak."
Pak pendeta tersenyum mendengar jawaban kami dan berkata panjang lebar, "Seperti itu juga hendaknya kita lakukan di dunia ini. Kita tidak mempunyai apa-apa. Harta kita; rumah, mobil, uang, pekerjaan, keluarga, dan lain-lainnya itu adalah milik Tuhan. Kita tidak berhak mengklaim sesuatupun di dunia ini sebagai mutlak milik kita karena itu semua hanya 'pinjaman'. Jika yang empu-Nya datang dan memintanya kembali, maka kita dengan sukarela harus mengembalikannya tanpa merasa kehilangan!"
Persis seperti yang sudah dialami oleh Ayub, demikianlah intisari dari ilutrasi yang dimainkan oleh pendeta saya di gereja Cilincing, Jakarta Utara itu. Ayub bisa mengucap syukur dengan mudah meski ia sudah kehilangan segala yang dimilikinya karena ia mengambil sikap yang benar atas semua hal yang dipunyainya. Ia tidak memposisikan dirinya sebagai pemilik sah dari hidupnya, namun mengakui keberadaan Tuhan sebagai pemilik utama dan ia hanyalah peminjam/pengelola sementara. Ketika Tuhan mengambil semua yang dimilikinya kembali, Ayub bisa dengan sukacita menyerahkannya kembali ke tangan Tuhan-Nya tanpa mengeluh.
Sampai sekarang, saya masih terus belajar meneladani tindakan Ayub yang satu ini. Memposisikan Tuhan sebagai pemilik utama dari semua yang saya miliki di dunia dan mengendalikan diri saya agar tidak posesif atas apapun yang saya punyai karena saya hanya peminjam dan pengelola dari kepunyaan Tuhan.
Berbahagialah mereka yang menyerah total pada kekuasaan Tuhan dan bergantung penuh kepada-Nya, karena mereka tidak akan pernah kecewa (nj@coe).
Friday, May 22, 2009
Heart
Dari Balik Kabut
Red Flower
Monday, May 18, 2009
Kepribadian Terbuka dan Tertutup
Oleh : Angelina Kusuma
Seorang pria memasuki netcafe saya sekitar pukul 6 sore ini. Penampilannya agak unik. Beliau mengenakan pakaian serba hitam, topi hitam pula, dan...sebuah scraft cantik yang melilit lehernya. Benda satu itu membuatnya tampak unik di mata saya. Saya tidak ingin menertawakannya atau menilainya agak kurang gentle karena mengenakan benda yang biasa disukai oleh wanita itu. Tapi gimana ya? Abis, warna scraft yang dikenakannya itu berwarna merah muda/pink dengan beberapa sulaman benang emas disana-sini yang sangat kontras jika dibandingkan pakaian dan topi serba hitamnya...serta nampak terlalu manis untuknya, seorang pria :p.
Ketika memasuki pintu netcafe, ia tersenyum kepada saya sambil mengucapkan kalimat yang membuat saya menoleh kaget. "Good morning...", katanya. Hahaha, tentu saja saya langsung menoleh kearahnya, wong beliau jelas-jelas mengucapkan kalimat yang salah di kondisi yang tidak tepat (seharusnya kan beliau mengucapkan, "Good evening..." kalopun maksutnya untuk menyapa orang di sore hari hehehe).
Pikiran jahil terus terang hinggap di kepala saya melihat pria ini dan caranya mengucapkan kalimat. Dilihat dari penampilannya, hampir bisa dipastikan bahwa beliau bukanlah warga dari kota ini/kemungkinan besar adalah warga pendatang. Penampilan serta kesalahannya mengucapkan kalimat dalam bahasa Inggris, makin membuat saya merasa bahwa beliau memang cukup unik ^_^.
Satu jam berikutnya, pria unik ini keluar dari rent room yang digunakannya untuk berinternet ria sambil berbicara di handphone. Satu dua kalimat sempat saya tangkap dengan jelas karena beliau berbicara tepat di sebelah tempat duduk saya di kursi lounge netcafe. Dari pembicaraannya dengan seseorang diseberang sana, jelaslah bahwa beliau bukanlah warga asli dari kota ini. Beliau menyatakan kepada orang yang sedang diajaknya berbicara bahwa beliau ke kota ini untuk menjenguk opanya.
Pembicaraan lainnya tidak begitu saya perhatikan lagi. Lebih tepatnya saya tidak mau perduli lagi karena jika saya melakukannya sama artinya dengan menguping pembicaraan orang lain dong.
Tak berapa lama beliau terlibat percakapan via handphone, tiba-tiba saya melihat beliau meneteskan air mata...M-E-N-A-N-G-I-S!!
Menyadari bahwa saya memperhatikannya ketika buru-buru menghapus air mata dengan punggung tangannya, spontan beliau mengucapkan sederet kalimat lagi, "You know...I'm crying..." Saya hanya melongo dengan tindakan pria ini. Di telepon, beliau berbicara secara fasih dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi kenapa beliau lebih memilih mengucapkan kalimat dalam bahasa Inggris ketika hendak berkomunikasi dengan saya (apa muka saya seperti bule Inglis? hahaha). Melihat ekspresi melongo saya, beliau kembali berkata, "Ah...nothing...nggak pa pa..." sambil mengusap kembali air matanya.
"Hehehe, benar-benar pria yang unik!", kata saya dalam hati. Saya bukannya tidak mengerti maksud dari semua kalimat bahasa Inggris yang beliau ucapkan sejak memasuki netcafe sore ini, namun cara beliau memilih mengucapkannya padahal beliau baru bertemu dengan saya dan sebenarnya fasih berbahasa Indonesia itulah yang membuat saya terbengong-bengong menanggapinya, hingga mungkin beliau berpikir saya tidak mengerti bahasa yang sedang diucapkannya itu hihihi :D.
Tingkah unik pria ini tidak hanya sampai disitu saja. Setelah berkata bahwa pemakaian rent room yang tadi digunakannya selesai, beliau mengambil sebotol minuman dari freezer kemudian duduk kembali di kursi longue sambil merokok dan mata yang menerawang entah kemana (eh, emang benar menerawang atau sengaja berlagak sok 'menerawang' agar terlihat sedang memikirkan sesuatu yang berat ya? hihihi).
Saya tidak berani mengusik pria unik ini setelah memergokinya tiba-tiba meneteskan air mata. Saya hanya membiarkannya bertingkah demikian, sesuka hatinya, karena memang saya tidak mengenalnya sebelum sore ini dan tidak tahu apa yang bisa saya perbuat untuk membantunya selain membiarkannya menikmati duduknya, minuman, dan rokoknya :D.
Setelah minuman dibotolnya habis, akhirnya beliau membayar semua biaya yang sudah beliau pakai kemudian pergi dengan sepeda motor hitamnya yang juga unik! Bagian depan sepeda motor tersebut dilindungi kaca penutup yang cukup mencolok, makanya saya sebut itu juga sebagai kendaraan unik hehehe.
Sepeninggal pria dengan kalimat yang unik, penampilan yang unik, tindakan yang unik, dan juga kendaraannya yang unik tersebut, saya masih saja terkesima karenanya. Tingkah lakunya dari awal sampai akhir tadi benar-benar tidak saya sangka-sangka. Yang saya tahu, selama ini pria memang jarang sekali terlihat cengeng. Hampir semua pria yang saya kenal di dunia ini merupakan pria-pria yang punya prinsip, boys don't cry. Begitu melihat seorang pria yang begitu mudah menangis di depan orang lain seperti pria unik yang 'nyasar' di netcafe saya sore ini, wajarlah jika saya terheran-heran :D.
Di komsel (kelompok sel) saya Kamis lalu, ada seorang anak youth yang mengaku bahwa ia termasuk anak yang sulit untuk curhat. Sulit mengungkapkan isi hatinya kepada orang lain ketika sedang menghadapi masalah. Tipe pemendam, itulah istilah sederhananya. Dibandingkan dengan pria unik yang saya temui sore ini, mungkin si Andik (sebutan anak youth di komsel saya yang mengaku tidak bisa curhat itu) terlihat lebih 'pria' dibandingkan beliau. Tapi, benarkah sisi maskulin (bisa menahan air mata) itu yang membuat pria disebut pria?
Meski 1:10, saya tidak menyebut bahwa cara pria unik ini menangis di netcafe merupakan tanda bahwa beliau benar-benar pria yang mungkin punya kelainan jiwa (bukan gila beneran lho maksutnya), disamping cara berpenampilannya yang juga eksentrik dibanding pria-pria pada umumnya. Setiap orang sah-sah saja berpenampilan lebih feminin/maskulin dibandingkan kaum sebangsanya dan tidak ada larangan yang mengatur soal itu. Yang membedakannya dengan Andik dan pria-pria pada umumnya, hanya karena beliau lebih terbuka secara emosional kepada orang lain bahkan yang baru ditemuinya seperti saya (meski tidak sampai curhat, baru menunjukkan ekspresi saja).
Keterbukaan bukanlah hal yang sepele dan mudah dilakukan. Memendan semua masalah seorang diri seperti yang dilakukan oleh Andik juga tidak baik bagi pertumbuhan jiwanya. Ketika seseorang tidak bisa berbagi (sharing) dengan orang lain, itu sama saja membuat tubuhnya seperti bom atom yang tidak tahu kapan akan meledak tapi bisa 'buum' setiap saat. Masalah-masalah yang tidak terselesaikan dan tertimbun lama di dalam hati tanpa tersalurkan, bisa menjerumuskan manusia ke kejatuhan yang lebih dalam jika ia tak kunjung menemui seseorang yang bisa membantunya untuk lebih terbuka.
Sikap pria unik di netcafe itu mungkin agak memalukan jika mengingat prinsip boys don't cry yang biasa dipegang teguh oleh para pria. Tapi, orang-orang yang mudah menunjukkan/mengekspresikan suasana di hati sepertinya, juga mempunyai kelebihan. Biasanya orang-orang yang demikian akan lebih tahan terhadap masalah karena semua beban bisa langsung dikeluarkan dan tidak tertimbun sehingga menyebabkan luka-luka batin yang tak tersembuhkan.
Memiliki kepribadian yang terbuka atau tertutup terjadi karena keputusan setiap orang yang menjalaninya. Kepribadian terbuka lebih baik daripada kepribadian tertutup asal kita tidak salah mengaplikasikannya dikehidupan sehari-hari dan mampu mengendalikan diri agar tindakan kita yang mudah mengekspresikan segala sesuatu di hati itu tidak membuat orang lain berpikiran yang negatif tentang kita (nj@coe).
Seorang pria memasuki netcafe saya sekitar pukul 6 sore ini. Penampilannya agak unik. Beliau mengenakan pakaian serba hitam, topi hitam pula, dan...sebuah scraft cantik yang melilit lehernya. Benda satu itu membuatnya tampak unik di mata saya. Saya tidak ingin menertawakannya atau menilainya agak kurang gentle karena mengenakan benda yang biasa disukai oleh wanita itu. Tapi gimana ya? Abis, warna scraft yang dikenakannya itu berwarna merah muda/pink dengan beberapa sulaman benang emas disana-sini yang sangat kontras jika dibandingkan pakaian dan topi serba hitamnya...serta nampak terlalu manis untuknya, seorang pria :p.
Ketika memasuki pintu netcafe, ia tersenyum kepada saya sambil mengucapkan kalimat yang membuat saya menoleh kaget. "Good morning...", katanya. Hahaha, tentu saja saya langsung menoleh kearahnya, wong beliau jelas-jelas mengucapkan kalimat yang salah di kondisi yang tidak tepat (seharusnya kan beliau mengucapkan, "Good evening..." kalopun maksutnya untuk menyapa orang di sore hari hehehe).
Pikiran jahil terus terang hinggap di kepala saya melihat pria ini dan caranya mengucapkan kalimat. Dilihat dari penampilannya, hampir bisa dipastikan bahwa beliau bukanlah warga dari kota ini/kemungkinan besar adalah warga pendatang. Penampilan serta kesalahannya mengucapkan kalimat dalam bahasa Inggris, makin membuat saya merasa bahwa beliau memang cukup unik ^_^.
Satu jam berikutnya, pria unik ini keluar dari rent room yang digunakannya untuk berinternet ria sambil berbicara di handphone. Satu dua kalimat sempat saya tangkap dengan jelas karena beliau berbicara tepat di sebelah tempat duduk saya di kursi lounge netcafe. Dari pembicaraannya dengan seseorang diseberang sana, jelaslah bahwa beliau bukanlah warga asli dari kota ini. Beliau menyatakan kepada orang yang sedang diajaknya berbicara bahwa beliau ke kota ini untuk menjenguk opanya.
Pembicaraan lainnya tidak begitu saya perhatikan lagi. Lebih tepatnya saya tidak mau perduli lagi karena jika saya melakukannya sama artinya dengan menguping pembicaraan orang lain dong.
Tak berapa lama beliau terlibat percakapan via handphone, tiba-tiba saya melihat beliau meneteskan air mata...M-E-N-A-N-G-I-S!!
Menyadari bahwa saya memperhatikannya ketika buru-buru menghapus air mata dengan punggung tangannya, spontan beliau mengucapkan sederet kalimat lagi, "You know...I'm crying..." Saya hanya melongo dengan tindakan pria ini. Di telepon, beliau berbicara secara fasih dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi kenapa beliau lebih memilih mengucapkan kalimat dalam bahasa Inggris ketika hendak berkomunikasi dengan saya (apa muka saya seperti bule Inglis? hahaha). Melihat ekspresi melongo saya, beliau kembali berkata, "Ah...nothing...nggak pa pa..." sambil mengusap kembali air matanya.
"Hehehe, benar-benar pria yang unik!", kata saya dalam hati. Saya bukannya tidak mengerti maksud dari semua kalimat bahasa Inggris yang beliau ucapkan sejak memasuki netcafe sore ini, namun cara beliau memilih mengucapkannya padahal beliau baru bertemu dengan saya dan sebenarnya fasih berbahasa Indonesia itulah yang membuat saya terbengong-bengong menanggapinya, hingga mungkin beliau berpikir saya tidak mengerti bahasa yang sedang diucapkannya itu hihihi :D.
Tingkah unik pria ini tidak hanya sampai disitu saja. Setelah berkata bahwa pemakaian rent room yang tadi digunakannya selesai, beliau mengambil sebotol minuman dari freezer kemudian duduk kembali di kursi longue sambil merokok dan mata yang menerawang entah kemana (eh, emang benar menerawang atau sengaja berlagak sok 'menerawang' agar terlihat sedang memikirkan sesuatu yang berat ya? hihihi).
Saya tidak berani mengusik pria unik ini setelah memergokinya tiba-tiba meneteskan air mata. Saya hanya membiarkannya bertingkah demikian, sesuka hatinya, karena memang saya tidak mengenalnya sebelum sore ini dan tidak tahu apa yang bisa saya perbuat untuk membantunya selain membiarkannya menikmati duduknya, minuman, dan rokoknya :D.
Setelah minuman dibotolnya habis, akhirnya beliau membayar semua biaya yang sudah beliau pakai kemudian pergi dengan sepeda motor hitamnya yang juga unik! Bagian depan sepeda motor tersebut dilindungi kaca penutup yang cukup mencolok, makanya saya sebut itu juga sebagai kendaraan unik hehehe.
Sepeninggal pria dengan kalimat yang unik, penampilan yang unik, tindakan yang unik, dan juga kendaraannya yang unik tersebut, saya masih saja terkesima karenanya. Tingkah lakunya dari awal sampai akhir tadi benar-benar tidak saya sangka-sangka. Yang saya tahu, selama ini pria memang jarang sekali terlihat cengeng. Hampir semua pria yang saya kenal di dunia ini merupakan pria-pria yang punya prinsip, boys don't cry. Begitu melihat seorang pria yang begitu mudah menangis di depan orang lain seperti pria unik yang 'nyasar' di netcafe saya sore ini, wajarlah jika saya terheran-heran :D.
Di komsel (kelompok sel) saya Kamis lalu, ada seorang anak youth yang mengaku bahwa ia termasuk anak yang sulit untuk curhat. Sulit mengungkapkan isi hatinya kepada orang lain ketika sedang menghadapi masalah. Tipe pemendam, itulah istilah sederhananya. Dibandingkan dengan pria unik yang saya temui sore ini, mungkin si Andik (sebutan anak youth di komsel saya yang mengaku tidak bisa curhat itu) terlihat lebih 'pria' dibandingkan beliau. Tapi, benarkah sisi maskulin (bisa menahan air mata) itu yang membuat pria disebut pria?
Meski 1:10, saya tidak menyebut bahwa cara pria unik ini menangis di netcafe merupakan tanda bahwa beliau benar-benar pria yang mungkin punya kelainan jiwa (bukan gila beneran lho maksutnya), disamping cara berpenampilannya yang juga eksentrik dibanding pria-pria pada umumnya. Setiap orang sah-sah saja berpenampilan lebih feminin/maskulin dibandingkan kaum sebangsanya dan tidak ada larangan yang mengatur soal itu. Yang membedakannya dengan Andik dan pria-pria pada umumnya, hanya karena beliau lebih terbuka secara emosional kepada orang lain bahkan yang baru ditemuinya seperti saya (meski tidak sampai curhat, baru menunjukkan ekspresi saja).
Keterbukaan bukanlah hal yang sepele dan mudah dilakukan. Memendan semua masalah seorang diri seperti yang dilakukan oleh Andik juga tidak baik bagi pertumbuhan jiwanya. Ketika seseorang tidak bisa berbagi (sharing) dengan orang lain, itu sama saja membuat tubuhnya seperti bom atom yang tidak tahu kapan akan meledak tapi bisa 'buum' setiap saat. Masalah-masalah yang tidak terselesaikan dan tertimbun lama di dalam hati tanpa tersalurkan, bisa menjerumuskan manusia ke kejatuhan yang lebih dalam jika ia tak kunjung menemui seseorang yang bisa membantunya untuk lebih terbuka.
Sikap pria unik di netcafe itu mungkin agak memalukan jika mengingat prinsip boys don't cry yang biasa dipegang teguh oleh para pria. Tapi, orang-orang yang mudah menunjukkan/mengekspresikan suasana di hati sepertinya, juga mempunyai kelebihan. Biasanya orang-orang yang demikian akan lebih tahan terhadap masalah karena semua beban bisa langsung dikeluarkan dan tidak tertimbun sehingga menyebabkan luka-luka batin yang tak tersembuhkan.
Memiliki kepribadian yang terbuka atau tertutup terjadi karena keputusan setiap orang yang menjalaninya. Kepribadian terbuka lebih baik daripada kepribadian tertutup asal kita tidak salah mengaplikasikannya dikehidupan sehari-hari dan mampu mengendalikan diri agar tindakan kita yang mudah mengekspresikan segala sesuatu di hati itu tidak membuat orang lain berpikiran yang negatif tentang kita (nj@coe).
Sunday, May 17, 2009
Unique Cafe
Ada Berapa Tuhanmu?
Oleh : Angelina Kusuma
Setelah beberapa lama menggeluti dunia fotografi, baru kali ini saya benar-benar jengkel dengan yang namanya kamera. Bagaimana tidak? Karena satu kamera, saya sampai melupakan suatu hal yang sangat penting siang tadi dan membuat saya menyesal sampai sekarang.
Pagi ini gembala sidang saya menyerahkan bagan struktur organisasi gereja baru yang harus saya buat secepatnya menggantikan struktur lama. Di gereja, saya memegang bagian kesekretariatan makanya gembala sidang saya begitu percaya memberikan tugas yang berhubungan dengan tulis-menulis atau multimedia kreatif ke tangan saya.
Saya benar-benar lalai kali ini. Begitu sampai di rumah, saya baru menyadari bahwa kertas berisi bagan struktur organisasi gereja yang sudah susah payah dibuat oleh gembala sidang saya itu, hilang! Sejak kecil saya diajari orang tua saya untuk menjunjung tinggi kepercayaan dan mengharagi semua pekerjaan yang diserahkan ke tangan saya, nggak perduli itu besar atau kecil. Ketika saya sadar bahwa kertas itu sudah tidak ada di tas saya tanpa ingat hilangnya dimana, saya menjadi serba salah hingga menjelang sore hari. Ahh, ceroboh sekali saya ini...
Siangnya, sambil mengerjakan struktur organisasi gereja dengan sisa-sisa nama pengurus beserta posisinya yang sempat saya hafal, akhirnya saya bisa mengingat kembali dimana kertas yang diserahkan gembala sidang itu sebelum raib. Seusai ibadah raya, saya menyempatkan diri membereskan bahan sharing komsel yang akan dipakai sepanjang minggu depan lebih dulu. Karena berbarengan dengan kegiatan Sekolah Minggu, tergodalah saya untuk memotret anak-anak itu dan inilah cikal bakal terjadinya bencana hilangnya kertas bagan struktur organisasi gereja :(.
Saat hendak memotret Tabita (anak Sekolah Minggu yang imut-imut), tanpa sadar saya menyerahkan kertas itu ke tangannya. Dan anda tahu kan bagaimana ketika saya sudah memotret sesuatu? Yeah, betullll. Saya lupa ingatan jadinya (bukan gila beneran lho artinya hehehe). Selesai memotret Tabita, Sharon, dan juga Alvin, saya langsung membalikkan badan, mengemasi barang-barang saya kemudian...sayonaraaaa...Saya lupa mengambil kembali kertas yang amat penting tersebut dari tangan anak-anak Sekolah Minggu yang dengan sukarela telah menjadi model saya itu.
Setelah ingat kronologis peristiwa tragis yang melenyapkan satu-satunya tulisan indah dari gembala sidang saya mengenai bagan struktur organisasi di gereja, saya semakin merenung karenanya. Sebenarnya bukan hanya kali ini saja saya teledor gara-gara keasyikan sesuatu. Sebelumnya, saya juga sering terserang sakit maag atau flu karena terlalu serius berada di depan komputer untuk menulis di journal blog atau sekedar nge-Facebook yang membuat saya menunda-nunda waktu makan dan tidur larut malam.
Di LivingSocial Facebook, saya pernah mengaku bahwa saat ini saya tengah kecanduan lima hal. Satu Facebook, dua Multiply, tiga photography, empat pizza, dan lima traveling. Kelima hobby saya ini, kadang memang membuat saya lupa akan dunia luar. Kalo sudah terlanjur asyik di depan komputer, saya bisa menghabiskan waktu dari pukul 8 pagi sampai 10 malam non stops (don't try this at home hehehe). Kalo sudah terlanjur makan pizza, saya bisa ngabisin ber-pan-pan pizza seorang diri tanpa ingat program diet lagi (hahaha). Kalo sudah terlanjur pengen traveling...wuuu...harus tetap terlaksana meski merogoh kocek dalam-dalam alias menguras ATM hihihi. Dan kalo sudah terlanjur keasyikan pegang kamera, ya seperti tadi pagi :(. Bisa lupa akan tugas dan kewajiban penting hiks...
Segala sesuatu yang kita cintai, baik itu manusia maupun sesuatu, bisa memperbudak kita ke dalam dosa jika kita lengah mengendalikannya.
Adik-adik rohani saya juga ada beberapa yang mengeluh kepada saya ketika relationships-nya berakhir. Tapi saat disuruh menengok ke belakang apa yang sudah diperbuatnya kepada Tuhan selama menjalin relationships dengan mantan pacarnya dulu, hampir semua berkata, "Iya sie kak...belakangan aku agak lupa menjalin hubungan intim sama Babeh di Surga sejak jadian sama dia..."
Tuhan tidak pernah mau posisi-Nya di hati kita digantikan oleh orang yang kita cintai, pekerjaan yang kita banggakan, atau kegemaran-kegemaran kita lainnya. Semakin kita ngotot menduakan Tuhan, Ia bisa menghilangkan apa saja yang membuat pandangan kita tidak tertuju pada-Nya sampai kita menomor-satukan-Nya kembali.
Di kitab Perjanjian Lama, banyak terdapat kisah saat bangsa Israel diserahkan ke tangan musuh-musuhnya karena mereka melupakan Tuhan, Allah yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Tuhan bertindak 'kejam' kepada bangsa Israel bukan karena Ia tidak menyayanginya lagi namun untuk membuat agar mereka belajar menyerahkan diri dan percaya kepada-Nya saja. Ketika kita mulai menggeser posisi Tuhan di hati kita dengan sesuatu atau manusia lain, kita juga bisa bernasip sama seperti bangsa Israel yang dihukum Tuhan dengan menyerahkannya ke tangan musuh-musuhnya.
Ada berapa 'tuhan' di dalam hidup anda saat ini? Apakah Yesus benar telah menjadi yang terutama bagi anda atau Dia sebenarnya masih kalah pamor dengan pacar anda, istri/suami anda, anak-anak anda, pekerjaan anda, gadgets anda, rumah anda, mobil anda, kesibukan, kegemaran, dan barang-barang yang anda cintai lainnya.
Untuk memeriksa lebih tinggi mana antara kadar kecintaan anda kepada Tuhan dan kadar kecintaan anda kepada dunia sangatlah sederhana. Hitunglah berapa jam sehari yang sudah anda habiskan untuk kepentingan anda sendiri dan untuk orang-orang yang ada disekeliling anda, kemudian bandingkan dengan berapa lama anda sudah 'berbicara' pada-Nya. Jika anda sudah menghabiskan lebih dari separuh hari hanya untuk anda, orang-orang yang anda cintai, dan hobby anda saja tanpa ada hubungan intim dengan-Nya setiap saat, mungkin anda sudah mentuhankan selain Tuhan. Jadi, waspadalah! (nj@coe).
Setelah beberapa lama menggeluti dunia fotografi, baru kali ini saya benar-benar jengkel dengan yang namanya kamera. Bagaimana tidak? Karena satu kamera, saya sampai melupakan suatu hal yang sangat penting siang tadi dan membuat saya menyesal sampai sekarang.
Pagi ini gembala sidang saya menyerahkan bagan struktur organisasi gereja baru yang harus saya buat secepatnya menggantikan struktur lama. Di gereja, saya memegang bagian kesekretariatan makanya gembala sidang saya begitu percaya memberikan tugas yang berhubungan dengan tulis-menulis atau multimedia kreatif ke tangan saya.
Saya benar-benar lalai kali ini. Begitu sampai di rumah, saya baru menyadari bahwa kertas berisi bagan struktur organisasi gereja yang sudah susah payah dibuat oleh gembala sidang saya itu, hilang! Sejak kecil saya diajari orang tua saya untuk menjunjung tinggi kepercayaan dan mengharagi semua pekerjaan yang diserahkan ke tangan saya, nggak perduli itu besar atau kecil. Ketika saya sadar bahwa kertas itu sudah tidak ada di tas saya tanpa ingat hilangnya dimana, saya menjadi serba salah hingga menjelang sore hari. Ahh, ceroboh sekali saya ini...
Siangnya, sambil mengerjakan struktur organisasi gereja dengan sisa-sisa nama pengurus beserta posisinya yang sempat saya hafal, akhirnya saya bisa mengingat kembali dimana kertas yang diserahkan gembala sidang itu sebelum raib. Seusai ibadah raya, saya menyempatkan diri membereskan bahan sharing komsel yang akan dipakai sepanjang minggu depan lebih dulu. Karena berbarengan dengan kegiatan Sekolah Minggu, tergodalah saya untuk memotret anak-anak itu dan inilah cikal bakal terjadinya bencana hilangnya kertas bagan struktur organisasi gereja :(.
Saat hendak memotret Tabita (anak Sekolah Minggu yang imut-imut), tanpa sadar saya menyerahkan kertas itu ke tangannya. Dan anda tahu kan bagaimana ketika saya sudah memotret sesuatu? Yeah, betullll. Saya lupa ingatan jadinya (bukan gila beneran lho artinya hehehe). Selesai memotret Tabita, Sharon, dan juga Alvin, saya langsung membalikkan badan, mengemasi barang-barang saya kemudian...sayonaraaaa...Saya lupa mengambil kembali kertas yang amat penting tersebut dari tangan anak-anak Sekolah Minggu yang dengan sukarela telah menjadi model saya itu.
Setelah ingat kronologis peristiwa tragis yang melenyapkan satu-satunya tulisan indah dari gembala sidang saya mengenai bagan struktur organisasi di gereja, saya semakin merenung karenanya. Sebenarnya bukan hanya kali ini saja saya teledor gara-gara keasyikan sesuatu. Sebelumnya, saya juga sering terserang sakit maag atau flu karena terlalu serius berada di depan komputer untuk menulis di journal blog atau sekedar nge-Facebook yang membuat saya menunda-nunda waktu makan dan tidur larut malam.
Di LivingSocial Facebook, saya pernah mengaku bahwa saat ini saya tengah kecanduan lima hal. Satu Facebook, dua Multiply, tiga photography, empat pizza, dan lima traveling. Kelima hobby saya ini, kadang memang membuat saya lupa akan dunia luar. Kalo sudah terlanjur asyik di depan komputer, saya bisa menghabiskan waktu dari pukul 8 pagi sampai 10 malam non stops (don't try this at home hehehe). Kalo sudah terlanjur makan pizza, saya bisa ngabisin ber-pan-pan pizza seorang diri tanpa ingat program diet lagi (hahaha). Kalo sudah terlanjur pengen traveling...wuuu...harus tetap terlaksana meski merogoh kocek dalam-dalam alias menguras ATM hihihi. Dan kalo sudah terlanjur keasyikan pegang kamera, ya seperti tadi pagi :(. Bisa lupa akan tugas dan kewajiban penting hiks...
Segala sesuatu yang kita cintai, baik itu manusia maupun sesuatu, bisa memperbudak kita ke dalam dosa jika kita lengah mengendalikannya.
Adik-adik rohani saya juga ada beberapa yang mengeluh kepada saya ketika relationships-nya berakhir. Tapi saat disuruh menengok ke belakang apa yang sudah diperbuatnya kepada Tuhan selama menjalin relationships dengan mantan pacarnya dulu, hampir semua berkata, "Iya sie kak...belakangan aku agak lupa menjalin hubungan intim sama Babeh di Surga sejak jadian sama dia..."
Tuhan tidak pernah mau posisi-Nya di hati kita digantikan oleh orang yang kita cintai, pekerjaan yang kita banggakan, atau kegemaran-kegemaran kita lainnya. Semakin kita ngotot menduakan Tuhan, Ia bisa menghilangkan apa saja yang membuat pandangan kita tidak tertuju pada-Nya sampai kita menomor-satukan-Nya kembali.
Di kitab Perjanjian Lama, banyak terdapat kisah saat bangsa Israel diserahkan ke tangan musuh-musuhnya karena mereka melupakan Tuhan, Allah yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Tuhan bertindak 'kejam' kepada bangsa Israel bukan karena Ia tidak menyayanginya lagi namun untuk membuat agar mereka belajar menyerahkan diri dan percaya kepada-Nya saja. Ketika kita mulai menggeser posisi Tuhan di hati kita dengan sesuatu atau manusia lain, kita juga bisa bernasip sama seperti bangsa Israel yang dihukum Tuhan dengan menyerahkannya ke tangan musuh-musuhnya.
* * *
Ada berapa 'tuhan' di dalam hidup anda saat ini? Apakah Yesus benar telah menjadi yang terutama bagi anda atau Dia sebenarnya masih kalah pamor dengan pacar anda, istri/suami anda, anak-anak anda, pekerjaan anda, gadgets anda, rumah anda, mobil anda, kesibukan, kegemaran, dan barang-barang yang anda cintai lainnya.
Untuk memeriksa lebih tinggi mana antara kadar kecintaan anda kepada Tuhan dan kadar kecintaan anda kepada dunia sangatlah sederhana. Hitunglah berapa jam sehari yang sudah anda habiskan untuk kepentingan anda sendiri dan untuk orang-orang yang ada disekeliling anda, kemudian bandingkan dengan berapa lama anda sudah 'berbicara' pada-Nya. Jika anda sudah menghabiskan lebih dari separuh hari hanya untuk anda, orang-orang yang anda cintai, dan hobby anda saja tanpa ada hubungan intim dengan-Nya setiap saat, mungkin anda sudah mentuhankan selain Tuhan. Jadi, waspadalah! (nj@coe).
Saturday, May 16, 2009
Membatasi Mukjizat
Oleh : Angelina Kusuma
Pernahkah anda berpikir, kenapa mukjizat yang terjadi di hidup seseorang terlalu sedikit atau bahkan sama sekali belum pernah terjadi mukjizat dihidupnya?
Apakah itu tanda bahwa Tuhan tidak mengasihinya atau membenci kehidupan orang tersebut?
Di kitab Raja-raja, dikisahkan bahwa ada seorang janda dari salah satu para nabi yang mendatangi Elisa untuk mengadukan masalahnya. Suaminya meninggal dengan mewariskan hutang kepadanya yang sudah jatuh tempo dan para penagih hutang datang untuk menagih pembayaran hutangnya. Ia tidak mempunyai apa-apa dirumahnya selain dari sebuah buli-buli berisi minyak. Dari pembicaraan keduanya, Elisa kemudian menyuruh si janda ini melakukan sesuatu agar terjadi mukjizat dihidupnya.
2 Raja-raja 4:3-4, Lalu berkatalah Elisa: "Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit. Kemudian masuklah, tutuplah pintu sesudah engkau dan anak-anakmu masuk, lalu tuanglah minyak itu ke dalam segala bejana. Mana yang penuh, angkatlah!"
Elisa menyuruh si janda meminta bejana-bejana kosong dari tetangganya namun, "...jangan terlalu sedikit", kata Elisa. Selanjutnya, terjadilah mukjizat ketika janda ini menuangkan buli-buli berisi minyak itu ke dalam bejana-bejana yang sudah diperolehnya. Selama ia menuang, minyak tidak pernah berhenti mengalir dan memenuhi bejana-bejananya. Setelah semua bejana yang dimilikinya penuh, barulah minyak dari buli-buli berhenti mengalir!
2 Raja-raja 4:6, Ketika bejana-bejana itu sudah penuh, berkatalah perempuan itu kepada anaknya: "Dekatkanlah kepadaku sebuah bejana lagi," tetapi jawabnya kepada ibunya: "Tidak ada lagi bejana." Lalu berhentilah minyak itu mengalir.
Dari kisah ini, kita bisa belajar satu hal penting yaitu selain perlu tindakan iman dan penyerahan diri atas masalah kita kepada Tuhan untuk memancing terjadinya mukjizat, mukjizat juga hanya akan berhenti ketika kita 'membatasi/menghentikannya'.
Ketika anak si janda berkata, "Tidak ada lagi bejana", minyak yang awalnya mengalir terus dari buli-buli berhenti dan tidak ada mukjizat yang terjadi lagi. So, apakah benar Tuhan tidak mengasihi atau membenci kehidupan seseorang jika manusia tersebut kekurangan mukjizat? No! Jawabannya, manusialah yang sering kali membatasi/menghentikan Tuhan sehingga Ia tidak bisa membuat atau memperbanyak mukjizat dalam kehidupannya.
Yesus yang sepanjang hidup-Nya di dunia sering mengadakan mukjizat dari satu tempat ke tempat lain, juga terkesan kurang suka mengadakan mukjizat di tanah kelahiran-Nya sendiri di Betlehem. Sebabnya juga bukan karena Ia tidak mampu melakukan mukjizat disana, tapi...lagi-lagi...karena bangsa-Nya sendiri, umat Israel, tidak mempercayai-Nya dengan sepenuh hati bahkan menolak-Nya dari kelahiran sampai pada penyaliban-Nya.
Jika anda merasa bahwa hidup anda terlalu biasa-biasa saja atau kekurangan berkat dan mukjizat disana-sini, jangan buru-buru mengeluh dan memarahi Tuhan. Periksa dulu hidup anda dengan seksama. Mungkin anda sudah membatasi atau bahkan sudah 'melarang' Tuhan agar tidak mengadakan mukjizat-Nya di hidup anda selama ini dengan tidak melibatkan-Nya dalam setiap masalah-masalah anda atau membiarkan Ia duduk di bawah sedangkan anda berada di tahta hidup anda, memerintah Dia.
Tuhan tidak akan pernah pergi dari hidup kita kecuali kita yang pergi meninggalkan-Nya lebih dulu. Mukjizat hanya akan terjadi ketika kita membiarkan kuasa Tuhan mengalir tanpa dibatasi oleh pemikiran dunia kita, bukan Dia yang menghentikannya (nj@coe).
Pernahkah anda berpikir, kenapa mukjizat yang terjadi di hidup seseorang terlalu sedikit atau bahkan sama sekali belum pernah terjadi mukjizat dihidupnya?
Apakah itu tanda bahwa Tuhan tidak mengasihinya atau membenci kehidupan orang tersebut?
Di kitab Raja-raja, dikisahkan bahwa ada seorang janda dari salah satu para nabi yang mendatangi Elisa untuk mengadukan masalahnya. Suaminya meninggal dengan mewariskan hutang kepadanya yang sudah jatuh tempo dan para penagih hutang datang untuk menagih pembayaran hutangnya. Ia tidak mempunyai apa-apa dirumahnya selain dari sebuah buli-buli berisi minyak. Dari pembicaraan keduanya, Elisa kemudian menyuruh si janda ini melakukan sesuatu agar terjadi mukjizat dihidupnya.
2 Raja-raja 4:3-4, Lalu berkatalah Elisa: "Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit. Kemudian masuklah, tutuplah pintu sesudah engkau dan anak-anakmu masuk, lalu tuanglah minyak itu ke dalam segala bejana. Mana yang penuh, angkatlah!"
Elisa menyuruh si janda meminta bejana-bejana kosong dari tetangganya namun, "...jangan terlalu sedikit", kata Elisa. Selanjutnya, terjadilah mukjizat ketika janda ini menuangkan buli-buli berisi minyak itu ke dalam bejana-bejana yang sudah diperolehnya. Selama ia menuang, minyak tidak pernah berhenti mengalir dan memenuhi bejana-bejananya. Setelah semua bejana yang dimilikinya penuh, barulah minyak dari buli-buli berhenti mengalir!
2 Raja-raja 4:6, Ketika bejana-bejana itu sudah penuh, berkatalah perempuan itu kepada anaknya: "Dekatkanlah kepadaku sebuah bejana lagi," tetapi jawabnya kepada ibunya: "Tidak ada lagi bejana." Lalu berhentilah minyak itu mengalir.
Dari kisah ini, kita bisa belajar satu hal penting yaitu selain perlu tindakan iman dan penyerahan diri atas masalah kita kepada Tuhan untuk memancing terjadinya mukjizat, mukjizat juga hanya akan berhenti ketika kita 'membatasi/menghentikannya'.
Ketika anak si janda berkata, "Tidak ada lagi bejana", minyak yang awalnya mengalir terus dari buli-buli berhenti dan tidak ada mukjizat yang terjadi lagi. So, apakah benar Tuhan tidak mengasihi atau membenci kehidupan seseorang jika manusia tersebut kekurangan mukjizat? No! Jawabannya, manusialah yang sering kali membatasi/menghentikan Tuhan sehingga Ia tidak bisa membuat atau memperbanyak mukjizat dalam kehidupannya.
Yesus yang sepanjang hidup-Nya di dunia sering mengadakan mukjizat dari satu tempat ke tempat lain, juga terkesan kurang suka mengadakan mukjizat di tanah kelahiran-Nya sendiri di Betlehem. Sebabnya juga bukan karena Ia tidak mampu melakukan mukjizat disana, tapi...lagi-lagi...karena bangsa-Nya sendiri, umat Israel, tidak mempercayai-Nya dengan sepenuh hati bahkan menolak-Nya dari kelahiran sampai pada penyaliban-Nya.
Jika anda merasa bahwa hidup anda terlalu biasa-biasa saja atau kekurangan berkat dan mukjizat disana-sini, jangan buru-buru mengeluh dan memarahi Tuhan. Periksa dulu hidup anda dengan seksama. Mungkin anda sudah membatasi atau bahkan sudah 'melarang' Tuhan agar tidak mengadakan mukjizat-Nya di hidup anda selama ini dengan tidak melibatkan-Nya dalam setiap masalah-masalah anda atau membiarkan Ia duduk di bawah sedangkan anda berada di tahta hidup anda, memerintah Dia.
Tuhan tidak akan pernah pergi dari hidup kita kecuali kita yang pergi meninggalkan-Nya lebih dulu. Mukjizat hanya akan terjadi ketika kita membiarkan kuasa Tuhan mengalir tanpa dibatasi oleh pemikiran dunia kita, bukan Dia yang menghentikannya (nj@coe).
Friday, May 15, 2009
Akar yang Memberi Buah Lebat
Oleh : Angelina Kusuma
Tiga hari ini saya sibuk membersihkan halaman rumah saya dari rumput-rumput liar. Meski seharusnya bulan ini sudah memasuki musim kemarau, nyatanya tiga hari belakangan cuaca menurunkan hujan juga yang cukup lebat dan membuat tanah menjadi sedikit gembur sehingga mempermudah pekerjaan saya.
Halaman rumah saya bukanlah tanah yang subur untuk bercocok tanam. Lebih tepatnya, tanah tersebut banyak bercampur pecahan batu-batu dan kerikil karena dulunya merupakan bekas dari penghancuran bangunan pagar depan. Meski berupa tanah berbatu-batu dan sulit ditumbuhi tanaman hias lain, namun rumput-rumput liar rupanya tetap eksis disana. Sekitar satu jam setiap hari, sekarang saya sibuk membungkuk-bungkuk di halaman rumah itu demi mencabuti si rumput-rumput liar yang tumbuh dengan suburnya.
Sepanjang perhatian saya, saya menemukan tiga jenis rumput liar yang tumbuh dihalaman rumah itu. Ciri-ciri dari ketiga rumput liar ini berbeda-beda. Ada yang batangnya tumbuh tinggi keatas namun akarnya kurang kuat sehingga sangat mudah dicabut. Jenis rumput kedua lebih tepat dikatakan sebagai rumput yang bisa merambat. Batangnya beruas-ruas dan setiap ruas bisa tumbuh rumput baru dalam satu rangkaian. Rumput jenis kedua ini agak sulit dicabut karena multiplikasi batangnya yang banyak itu. Jenis rumput terakhir paling sulit dicabut. Daun rumputnya pendek-pendek namun akar-akarnya bisa menjangkau lebih dalam ke tanah dibandingkan kedua jenis rumput lainnya. Semakin besar diameter daun rumputnya, akar-akar yang tertanam ditanahpun semakin dalam sehingga saya memerlukan bantuan benda tajam untuk menggali tanah sekelilingnya sampai ia beserta akar-akarnya bisa dicabut dengan sempurna.
Penampilan luar dari jenis-jenis rumput dihalaman rumah saya ini ternyata ada yang menipu. Yang terlihat tinggi menjulang lebih mudah tercabut dan mati dibandingnya rumput yang batang dan daun-daunnya pendek namun berakar lebih kuat dan tidak mudah dicabut.
Kehidupan setiap tumbuhan tergantung dari seberapa kuat akarnya. Semakin dalam akar-akar tumbuhan mencengkeram tanah, semakin baik pula ketahanan batang dan daun-daun diatasnya terhadap gangguan lingkungan seperti perubahan cuaca, angin, terik sinar matahari, dll. Tidak semua tumbuhan yang terlihat kokoh diluar (punya batang dan daun yang menonjol), berarti kokoh juga didalamnya (bagian akarnya).
Jika kita diibaratkan seperti tumbuhan, bagaimanakah kondisi kerohanian kita? Apakah kita termasuk orang-orang dengan penampilan luar terlihat begitu cinta Tuhan namun mudah tercabut ketika lingkungan berbalik menentang kita, atau kita sudah tertanam benar dan berakar kuat didalam Yesus sehingga kita tidak mudah terpengaruh lagi oleh gangguan dan ancaman dari pihak-pihak lain?
Bu Suwanto adalah figur encim-encim di gereja saya yang tetap terlihat awet muda meski usianya sudah memasuki kepala 7. Tidak kalah dengan kawula muda, beliau menjalani hari-harinya dengan sangat antusias, bahkan lebih antusias dari yang muda-muda saya rasa hehehe. Beliau aktif di kelompok doa, ikut program PA (Pendalaman Alkitab), terlibat di kelompok sel, dan juga rajin ke gereja baik itu ibadah raya maupun kegiatan-kegiatan lainnya.
Setiap kali keluar rumah, beliau hanya mengendarai sepeda mini berwarna merah dan bisa berkeliling kota menggunakan sepedanya tersebut tanpa mengeluh kecapekan. Kesehatan beliau benar-benar mengagumkan. Belum lagi ditambah keberhasilan beliau dalam hal PI (Pekabaran Injil). Sepanjang sepengetahuan saya selama tiga tahun berjemaat di gereja lokal yang sekarang ini, beliau sudah membawa tiga orang yang belum mengenal Kristus sama sekali menjadi pengikut-Nya melalui pendekatan pribadi kepada yang bersangkutan seorang diri tanpa bantuan pendeta maupun hamba Tuhan lainnya. Semakin mengagum bukan? Saya saja selama hidup belum bisa membawa seorangpun yang belum mengenal Yesus sama sekali kepada-Nya, baru bisa memuridkan jemaat-Nya yang sudah ada (di komsel/KTB-Kelompok Tumbuh Bersama). Dibandingkan beliau, saya tidak ada apa-apanya :(.
Bu Suwanto tak hanya berakar dan bertumbuh didalam Yesus, namun juga berbuah lebat. Tak jarang saya mendapat nasehat dari beliau seperti ini, "Jadi anak muda sing (yang) semangat yo, ojo (jangan) loyo. Selasa ikut doa malam, Jumat siang ikut doa puasa, ben (biar) tubuhmu kuat. Koyo (seperti) emak iki (ini) lho. Dadi (jadi) ben (biar) iso (bisa) menangin jiwa akeh (banyak) buat Tuhan Yesus."
Saya tersenyum setiap kali mendengar kesaksian dari Bu Suwanto ini. Pantesan aja beliau terlihat begitu sehat, antusias, dan terus berbuah bagi Yesus. Beliau tidak pernah memanjakan dirinya secara fisik maupun rohani. Beliau rajin berolah raga sepeda dan berdoa setiap hari, makanya tubuh dan jiwanya juga sehat. Penampilan luarnya boleh seperti encim-encim biasa, tapi dalamnya luar biasa bung! Kecintaannya akan Tuhan membuatnya diberkati melimpah-limpah dan menjadi teladan untuk orang-orang yang melihatnya.
Nah, sudahkah anda menjadi murid Yesus sekelas Bu Suwanto saat ini? (nj@coe).
Kolose 2:7, Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.
Tiga hari ini saya sibuk membersihkan halaman rumah saya dari rumput-rumput liar. Meski seharusnya bulan ini sudah memasuki musim kemarau, nyatanya tiga hari belakangan cuaca menurunkan hujan juga yang cukup lebat dan membuat tanah menjadi sedikit gembur sehingga mempermudah pekerjaan saya.
Halaman rumah saya bukanlah tanah yang subur untuk bercocok tanam. Lebih tepatnya, tanah tersebut banyak bercampur pecahan batu-batu dan kerikil karena dulunya merupakan bekas dari penghancuran bangunan pagar depan. Meski berupa tanah berbatu-batu dan sulit ditumbuhi tanaman hias lain, namun rumput-rumput liar rupanya tetap eksis disana. Sekitar satu jam setiap hari, sekarang saya sibuk membungkuk-bungkuk di halaman rumah itu demi mencabuti si rumput-rumput liar yang tumbuh dengan suburnya.
Sepanjang perhatian saya, saya menemukan tiga jenis rumput liar yang tumbuh dihalaman rumah itu. Ciri-ciri dari ketiga rumput liar ini berbeda-beda. Ada yang batangnya tumbuh tinggi keatas namun akarnya kurang kuat sehingga sangat mudah dicabut. Jenis rumput kedua lebih tepat dikatakan sebagai rumput yang bisa merambat. Batangnya beruas-ruas dan setiap ruas bisa tumbuh rumput baru dalam satu rangkaian. Rumput jenis kedua ini agak sulit dicabut karena multiplikasi batangnya yang banyak itu. Jenis rumput terakhir paling sulit dicabut. Daun rumputnya pendek-pendek namun akar-akarnya bisa menjangkau lebih dalam ke tanah dibandingkan kedua jenis rumput lainnya. Semakin besar diameter daun rumputnya, akar-akar yang tertanam ditanahpun semakin dalam sehingga saya memerlukan bantuan benda tajam untuk menggali tanah sekelilingnya sampai ia beserta akar-akarnya bisa dicabut dengan sempurna.
Penampilan luar dari jenis-jenis rumput dihalaman rumah saya ini ternyata ada yang menipu. Yang terlihat tinggi menjulang lebih mudah tercabut dan mati dibandingnya rumput yang batang dan daun-daunnya pendek namun berakar lebih kuat dan tidak mudah dicabut.
Kehidupan setiap tumbuhan tergantung dari seberapa kuat akarnya. Semakin dalam akar-akar tumbuhan mencengkeram tanah, semakin baik pula ketahanan batang dan daun-daun diatasnya terhadap gangguan lingkungan seperti perubahan cuaca, angin, terik sinar matahari, dll. Tidak semua tumbuhan yang terlihat kokoh diluar (punya batang dan daun yang menonjol), berarti kokoh juga didalamnya (bagian akarnya).
Jika kita diibaratkan seperti tumbuhan, bagaimanakah kondisi kerohanian kita? Apakah kita termasuk orang-orang dengan penampilan luar terlihat begitu cinta Tuhan namun mudah tercabut ketika lingkungan berbalik menentang kita, atau kita sudah tertanam benar dan berakar kuat didalam Yesus sehingga kita tidak mudah terpengaruh lagi oleh gangguan dan ancaman dari pihak-pihak lain?
Bu Suwanto adalah figur encim-encim di gereja saya yang tetap terlihat awet muda meski usianya sudah memasuki kepala 7. Tidak kalah dengan kawula muda, beliau menjalani hari-harinya dengan sangat antusias, bahkan lebih antusias dari yang muda-muda saya rasa hehehe. Beliau aktif di kelompok doa, ikut program PA (Pendalaman Alkitab), terlibat di kelompok sel, dan juga rajin ke gereja baik itu ibadah raya maupun kegiatan-kegiatan lainnya.
Setiap kali keluar rumah, beliau hanya mengendarai sepeda mini berwarna merah dan bisa berkeliling kota menggunakan sepedanya tersebut tanpa mengeluh kecapekan. Kesehatan beliau benar-benar mengagumkan. Belum lagi ditambah keberhasilan beliau dalam hal PI (Pekabaran Injil). Sepanjang sepengetahuan saya selama tiga tahun berjemaat di gereja lokal yang sekarang ini, beliau sudah membawa tiga orang yang belum mengenal Kristus sama sekali menjadi pengikut-Nya melalui pendekatan pribadi kepada yang bersangkutan seorang diri tanpa bantuan pendeta maupun hamba Tuhan lainnya. Semakin mengagum bukan? Saya saja selama hidup belum bisa membawa seorangpun yang belum mengenal Yesus sama sekali kepada-Nya, baru bisa memuridkan jemaat-Nya yang sudah ada (di komsel/KTB-Kelompok Tumbuh Bersama). Dibandingkan beliau, saya tidak ada apa-apanya :(.
Bu Suwanto tak hanya berakar dan bertumbuh didalam Yesus, namun juga berbuah lebat. Tak jarang saya mendapat nasehat dari beliau seperti ini, "Jadi anak muda sing (yang) semangat yo, ojo (jangan) loyo. Selasa ikut doa malam, Jumat siang ikut doa puasa, ben (biar) tubuhmu kuat. Koyo (seperti) emak iki (ini) lho. Dadi (jadi) ben (biar) iso (bisa) menangin jiwa akeh (banyak) buat Tuhan Yesus."
Saya tersenyum setiap kali mendengar kesaksian dari Bu Suwanto ini. Pantesan aja beliau terlihat begitu sehat, antusias, dan terus berbuah bagi Yesus. Beliau tidak pernah memanjakan dirinya secara fisik maupun rohani. Beliau rajin berolah raga sepeda dan berdoa setiap hari, makanya tubuh dan jiwanya juga sehat. Penampilan luarnya boleh seperti encim-encim biasa, tapi dalamnya luar biasa bung! Kecintaannya akan Tuhan membuatnya diberkati melimpah-limpah dan menjadi teladan untuk orang-orang yang melihatnya.
Nah, sudahkah anda menjadi murid Yesus sekelas Bu Suwanto saat ini? (nj@coe).
Kolose 2:7, Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.
Monday, May 11, 2009
Libatkan Tuhan Lebih Banyak. Manusia? Sedikit Saja!
Oleh : Angelina Kusuma
Beberapa saat yang lalu, seorang adik rohani saya berkata demikian, "Kak, aku kok tambah bingung ya sama masalahku yang kemarin. Si A bilang gini, si B bilang gitu, trus si C punya pendapat yang lain lagi. Makin lama, aku jadi berpikiran macem-macem nie. Sulit buat keep positive thinking akhirnya."
Ketika manusia menghadapi sebuah masalah, tak jarang kita akan merasakan apa yang dirasakan oleh adik rohani saya diatas. Betul apa 'betul'? :D.
Dulu saya juga begitu ;) (sebelum bertobat :p). Saya lebih suka mencari jawaban atas masalah yang menimpa saya dengan bertanya kepada orang-orang disekitar saya yang akhirnya membuat masalah bukannya selesai, tapi semakin tampak rumit dan membuat saya terjebak dilema asas praduga tak bersalah (hahaha, bahasanya juga rumit rek :D).
Pernah ada sahabat yang bertanya, "Kamu expert dalam hal konsultasi pribadi ya? Buktinya, udah banyak tuh orang yang curhat sama kamu", kepada saya.
Well, sebenarnya saya tidak pernah merasa bahwa saya sudah ahli atau pakar dalam hal menangani masalah orang lain. Guess, what do I do if somebody share to me? Hehehe, saya tidak melakukan hal-hal yang ajaib atau memberikan solusi yang super jitu kepada mereka kok. Saya lebih banyak mendengar saja saat mereka menceritakan kronologis masalah-masalah mereka dan berkata, "Semangat!" :p.
Setiap orang sebenarnya sudah mempunyai kemampuan untuk mengalahkan semua masalah yang sedang dihadapinya. Yang kadang tidak disadarinya hanyalah bagaimana menemukan kembali keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi masalah-masalah tersebut.
1 Korintus 10:13, Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia.
Jika kita menyadari betul janji Firman Tuhan di 1 Korintus 10:13 ini, kita tidak akan terlalu sibuk dengan diri sendiri ketika memasuki sebuah pencobaan. Janji Tuhan ya dan amin. Apa yang perlu kita ragukan lagi jika Ia sendiri sudah berkata bahwa, "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia."
Seberat apapun rasanya pencobaan yang sedang kita alami saat ini, pasti bisa kita hadapi dengan sempurna ketika kita mempercayai kekuatan yang sudah Ia berikan ke dalam tubuh kita. Tuhan tidak akan pergi dari posisi-Nya di hati kita meski kita jatuh ke jurang masalah yang kelam.
Kesalahan yang umum dilakukan oleh manusia ketika ia menemui masalah di hidupnya, ia lebih banyak melibatkan manusia lain daripada melibatkan Tuhan dengan intens. Bertanya kepada orang yang lebih berpengalaman memang tidak salah, tapi bertanya langsung kepada Tuhan jauh lebih baik dan tepat sasaran.
Setelah menyadari bahwa melibatkan banyak orang ternyata lebih membuat saya bingung karena menimbulkan banyak kemungkinan-kemungkinan baru yang tanpa dasar, saya lebih senang berdiam diri di dalam Tuhan ketika mengalami sebuah pencobaan dan bergumul sendirian dengan-Nya. Saya lebih yakin dan percaya kepada-Nya dibandingkan orang lain, bahkan pendeta sekalipun. Bagi saya, melibatkan Tuhan lebih banyak dan melibatkan sedikit manusia, membuat fokus saya tetap terarah kepada tujuan hidup saya, bukan kepada besar atau kecilnya masalah yang sedang saya hadapi. Saya percaya bahwa Yesus saja sudah cukup untuk mengatasi semua masalah yang saya hadapi karena Dia jauh lebih besar dari apapun juga di dunia ini (nj@coe).
1 Yohanes 4:4b, Sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.
Beberapa saat yang lalu, seorang adik rohani saya berkata demikian, "Kak, aku kok tambah bingung ya sama masalahku yang kemarin. Si A bilang gini, si B bilang gitu, trus si C punya pendapat yang lain lagi. Makin lama, aku jadi berpikiran macem-macem nie. Sulit buat keep positive thinking akhirnya."
Ketika manusia menghadapi sebuah masalah, tak jarang kita akan merasakan apa yang dirasakan oleh adik rohani saya diatas. Betul apa 'betul'? :D.
Dulu saya juga begitu ;) (sebelum bertobat :p). Saya lebih suka mencari jawaban atas masalah yang menimpa saya dengan bertanya kepada orang-orang disekitar saya yang akhirnya membuat masalah bukannya selesai, tapi semakin tampak rumit dan membuat saya terjebak dilema asas praduga tak bersalah (hahaha, bahasanya juga rumit rek :D).
Pernah ada sahabat yang bertanya, "Kamu expert dalam hal konsultasi pribadi ya? Buktinya, udah banyak tuh orang yang curhat sama kamu", kepada saya.
Well, sebenarnya saya tidak pernah merasa bahwa saya sudah ahli atau pakar dalam hal menangani masalah orang lain. Guess, what do I do if somebody share to me? Hehehe, saya tidak melakukan hal-hal yang ajaib atau memberikan solusi yang super jitu kepada mereka kok. Saya lebih banyak mendengar saja saat mereka menceritakan kronologis masalah-masalah mereka dan berkata, "Semangat!" :p.
Setiap orang sebenarnya sudah mempunyai kemampuan untuk mengalahkan semua masalah yang sedang dihadapinya. Yang kadang tidak disadarinya hanyalah bagaimana menemukan kembali keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi masalah-masalah tersebut.
1 Korintus 10:13, Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia.
Jika kita menyadari betul janji Firman Tuhan di 1 Korintus 10:13 ini, kita tidak akan terlalu sibuk dengan diri sendiri ketika memasuki sebuah pencobaan. Janji Tuhan ya dan amin. Apa yang perlu kita ragukan lagi jika Ia sendiri sudah berkata bahwa, "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia."
Seberat apapun rasanya pencobaan yang sedang kita alami saat ini, pasti bisa kita hadapi dengan sempurna ketika kita mempercayai kekuatan yang sudah Ia berikan ke dalam tubuh kita. Tuhan tidak akan pergi dari posisi-Nya di hati kita meski kita jatuh ke jurang masalah yang kelam.
Kesalahan yang umum dilakukan oleh manusia ketika ia menemui masalah di hidupnya, ia lebih banyak melibatkan manusia lain daripada melibatkan Tuhan dengan intens. Bertanya kepada orang yang lebih berpengalaman memang tidak salah, tapi bertanya langsung kepada Tuhan jauh lebih baik dan tepat sasaran.
Setelah menyadari bahwa melibatkan banyak orang ternyata lebih membuat saya bingung karena menimbulkan banyak kemungkinan-kemungkinan baru yang tanpa dasar, saya lebih senang berdiam diri di dalam Tuhan ketika mengalami sebuah pencobaan dan bergumul sendirian dengan-Nya. Saya lebih yakin dan percaya kepada-Nya dibandingkan orang lain, bahkan pendeta sekalipun. Bagi saya, melibatkan Tuhan lebih banyak dan melibatkan sedikit manusia, membuat fokus saya tetap terarah kepada tujuan hidup saya, bukan kepada besar atau kecilnya masalah yang sedang saya hadapi. Saya percaya bahwa Yesus saja sudah cukup untuk mengatasi semua masalah yang saya hadapi karena Dia jauh lebih besar dari apapun juga di dunia ini (nj@coe).
1 Yohanes 4:4b, Sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.
Sunday, May 10, 2009
Selagi Muda
Oleh : Angelina Kusuma
Selasa malam kemarin adalah hari yang istimewa buat saya. Malam itu saya berkesempatan berkumpul dengan para 'ahli Taurat' di gereja hehehe. Saya menyebut mereka sebagai 'ahli Taurat' karena mereka adalah sekumpulan ibu-ibu dan bapak-bapak yang sudah lama bergabung di tim pendoa syafaat dan merupakan aktivis gereja yang setiap Selasa malam berkumpul untuk mendengarkan pengajaran Firman Tuhan.
Bergabung di komunitas 'paruh baya' ini membuat saya kadang agak jiper. Pada kenyataannya kegiatan semacam Bible Study di gereja saya ini memang lebih banyak dipenuhi oleh kaum ibu-ibu dan bapak-bapak berusia paruh baya. Kelompok youth apalagi remaja, sangat jarang terlihat di kegiatan-kegiatan seperti ini.
Di sesi sharing dari Firman Tuhan yang sudah disampaikan, saya mendapat kelompok yang terdiri dari empat orang wanita termasuk saya. Sebagai anggota kelompok yang paling muda, saya lebih tertarik mendengarkan para ibu-ibu senior itu membagikan pengalaman mereka selama mengikut Tuhan. Jalannya sharing benar-benar menarik perhatian dan memberkati saya.
Ibu-ibu rumah tangga ini ternyata lebih banyak mengalami kesulitan ketika ingin mendalami Firman Tuhan dibandingkan saya yang masih single. Ada yang kerepotan mendalami Firman Tuhan karena disibukkan oleh pekerjaan rumah tangganya seperti mencuci pakaian, memasak, bersih-bersih rumah, dll, ada yang karena kerepotan mengurus anak-anaknya, sampai karena adanya kejenuhan dan masalah pribadi antara suami istri.
Well, saya tersenyum di dalam hati mendengar pengakuan dari mereka ini. Sebagai wanita single, tidak munafik, kadang saya merasa iri dengan keberadaan mereka yang sudah menikah dan berpasangan. Sepertinya kehidupan mereka jauh lebih bahagia dan berwarna dengan adanya suami dan anak-anaknya dibandingkan saya yang masih single.
Seorang ibu yang selama ini saya pandang mempunyai kerohanian yang cukup matang karena beliau pernah menjadi song leader di ibadah kebaktian gereja, membuat pengakuan yang membuat saya terbelalak. Ia bahkan belum pernah sekalipun bisa menyelesaikan pembacaan Alkitab dari Kejadian hingga Wahyu dan merasa kesulitan setiap kali hendak memulainya. Wow, tiba-tiba saya merasa jauh lebih beruntung daripada beliau.
Saat ini usia saya 27 tahun dan saya sedang sibuk menyelesaikan program pembacaan whole Bible saya dan sudah mulai menginjak kitab 2 Tawarikh di bulan ini. Meski awalnya saya merasa agak terlambat memulai bedah Alkitab karena saya baru memulainya di usia sekarang (bandingkan dengan Yesus yang sudah bergaul akrab dengan Firman sejak usia-Nya 12 tahun, Lukas 2:41-52), rupanya saya masih punya lebih banyak kesempatan untuk semakin menstabilkan pondasi rohani saya ke depan.
Kondisi single saya adalah modal utama untuk lebih dekat kepada Yesus dan Firman-Nya! Dibandingkan ibu-ibu rumah tangga yang sudah mempunyai beban pikiran tambahan berupa anak, kebutuhan hidup berumah tangga, dan suaminya tersebut, saya lebih beruntung karena beban saya saat ini hanyalah diri saya saja.
Kondisi single bukanlah kekurangan. Justru single adalah peluang untuk mengenal Firman Tuhan dengan sebaik-baiknya dan kesempatan emas untuk menstabilkan pondasi iman kita kepada-Nya. Jika saat single kita sudah merasa kekurangan, saat berpasanganpun kita akan semakin kekurangan nantinya. Pengakuan ibu ini semakin memacu saya untuk merampungkan banyak hal di masa single saya yang tinggal sedikit lagi ini :). Saya ingin ketika memasuki dunia marriage nanti, saya sudah mempunyai modal pondasi iman yang kokoh sehingga saya tidak akan kekurangan berkat rohani yang bernilai kekal yaitu hubungan saya dengan Bapa di Surga.
Yesus telah memberikan teladan tentang kecintaan-Nya akan Firman sejak Ia masih berusia sangat muda. Sebagai anak-anak pilihan-Nya, kita juga harus memanfaatkan masa muda dan single kita untuk bergaul akrab dengan Firman-Nya tanpa mengeluh! (nj@coe).
Selasa malam kemarin adalah hari yang istimewa buat saya. Malam itu saya berkesempatan berkumpul dengan para 'ahli Taurat' di gereja hehehe. Saya menyebut mereka sebagai 'ahli Taurat' karena mereka adalah sekumpulan ibu-ibu dan bapak-bapak yang sudah lama bergabung di tim pendoa syafaat dan merupakan aktivis gereja yang setiap Selasa malam berkumpul untuk mendengarkan pengajaran Firman Tuhan.
Bergabung di komunitas 'paruh baya' ini membuat saya kadang agak jiper. Pada kenyataannya kegiatan semacam Bible Study di gereja saya ini memang lebih banyak dipenuhi oleh kaum ibu-ibu dan bapak-bapak berusia paruh baya. Kelompok youth apalagi remaja, sangat jarang terlihat di kegiatan-kegiatan seperti ini.
Di sesi sharing dari Firman Tuhan yang sudah disampaikan, saya mendapat kelompok yang terdiri dari empat orang wanita termasuk saya. Sebagai anggota kelompok yang paling muda, saya lebih tertarik mendengarkan para ibu-ibu senior itu membagikan pengalaman mereka selama mengikut Tuhan. Jalannya sharing benar-benar menarik perhatian dan memberkati saya.
Ibu-ibu rumah tangga ini ternyata lebih banyak mengalami kesulitan ketika ingin mendalami Firman Tuhan dibandingkan saya yang masih single. Ada yang kerepotan mendalami Firman Tuhan karena disibukkan oleh pekerjaan rumah tangganya seperti mencuci pakaian, memasak, bersih-bersih rumah, dll, ada yang karena kerepotan mengurus anak-anaknya, sampai karena adanya kejenuhan dan masalah pribadi antara suami istri.
Well, saya tersenyum di dalam hati mendengar pengakuan dari mereka ini. Sebagai wanita single, tidak munafik, kadang saya merasa iri dengan keberadaan mereka yang sudah menikah dan berpasangan. Sepertinya kehidupan mereka jauh lebih bahagia dan berwarna dengan adanya suami dan anak-anaknya dibandingkan saya yang masih single.
Seorang ibu yang selama ini saya pandang mempunyai kerohanian yang cukup matang karena beliau pernah menjadi song leader di ibadah kebaktian gereja, membuat pengakuan yang membuat saya terbelalak. Ia bahkan belum pernah sekalipun bisa menyelesaikan pembacaan Alkitab dari Kejadian hingga Wahyu dan merasa kesulitan setiap kali hendak memulainya. Wow, tiba-tiba saya merasa jauh lebih beruntung daripada beliau.
Saat ini usia saya 27 tahun dan saya sedang sibuk menyelesaikan program pembacaan whole Bible saya dan sudah mulai menginjak kitab 2 Tawarikh di bulan ini. Meski awalnya saya merasa agak terlambat memulai bedah Alkitab karena saya baru memulainya di usia sekarang (bandingkan dengan Yesus yang sudah bergaul akrab dengan Firman sejak usia-Nya 12 tahun, Lukas 2:41-52), rupanya saya masih punya lebih banyak kesempatan untuk semakin menstabilkan pondasi rohani saya ke depan.
Kondisi single saya adalah modal utama untuk lebih dekat kepada Yesus dan Firman-Nya! Dibandingkan ibu-ibu rumah tangga yang sudah mempunyai beban pikiran tambahan berupa anak, kebutuhan hidup berumah tangga, dan suaminya tersebut, saya lebih beruntung karena beban saya saat ini hanyalah diri saya saja.
Kondisi single bukanlah kekurangan. Justru single adalah peluang untuk mengenal Firman Tuhan dengan sebaik-baiknya dan kesempatan emas untuk menstabilkan pondasi iman kita kepada-Nya. Jika saat single kita sudah merasa kekurangan, saat berpasanganpun kita akan semakin kekurangan nantinya. Pengakuan ibu ini semakin memacu saya untuk merampungkan banyak hal di masa single saya yang tinggal sedikit lagi ini :). Saya ingin ketika memasuki dunia marriage nanti, saya sudah mempunyai modal pondasi iman yang kokoh sehingga saya tidak akan kekurangan berkat rohani yang bernilai kekal yaitu hubungan saya dengan Bapa di Surga.
Yesus telah memberikan teladan tentang kecintaan-Nya akan Firman sejak Ia masih berusia sangat muda. Sebagai anak-anak pilihan-Nya, kita juga harus memanfaatkan masa muda dan single kita untuk bergaul akrab dengan Firman-Nya tanpa mengeluh! (nj@coe).
Friday, May 08, 2009
Ibuku Yang 'Kejam'
Oleh : Angelina Kusuma
Mami saya adalah figur seorang ibu yang 'kejam'!
Saat duduk di kelas 3 SMU, saya pernah hampir kehilangan nyawa karena kecelakaan lalu lintas. Kejadiannya berlangsung cepat. Saat itu saya baru saja keluar dari sebuah toko buku dan hendak menyeberang kearah jalan pulang. Di perempatan jalan dekat dengan alun-alun kota, terjadilah kejadian yang akhirnya membuat saya trauma naik sepeda motor lagi bertahun-tahun berikutnya itu. Saya dikerubuti dua buah mobil tepat di tengah perempatan jalan yang mengantarkan saya pada komitmen, "Aku nggak akan naik sepeda motor lagi seumur hidup setelah hari ini!"
Sejak kejadian itu, saya benar-benar tidak pernah menyentuh yang namanya sepeda motor dan mengendarainya seorang diri. Setiap kali mengingat kejadian sore dimana nyawa saya hampir melayang karenanya, jantung saya terasa ingin berhenti berdetak. Takut, khawatir, dan rasa cemas selalu membayangi saya ketika melihat sosok yang namanya sepeda motor dan jalan raya!
3 tahun lalu tepatnya sekitar 6 tahun sejak kejadian di perempatan jalan yang mengakibatkan trauma yang teramat sangat itu, saya ditantang Mami saya untuk melakoni pantangan tersebut. Sejak saya tidak mau naik sepeda motor lagi, saya memang sedikit banyak merepotkan orang-orang disekeliling saya untuk mengantarkan saya saat beraktivitas. "Kalo kegiatanmu sedikit sie nggak masalah Mami atau Papi nganter kesana-kemari. Tapi kegiatanmu itu terlalu banyak dan intens. Kalo terus-terusan minta anter kesana-kemari, bisa-bisa Papi sama Mami yang jatuh sakit", ini adalah alasan Mami saya kenapa beliau memaksa saya untuk melawan rasa takut saat berkendara sepeda motor sendirian di jalan raya.
Keluarga saya mempunyai prinsip yang disiplin. Sejak kecil saya dan adik saya sudah dididik untuk melakukan segala sesuatu tanpa pembantu. Jika lapar, kami tidak segan untuk ke dapur dan memasak makanan sendiri jika perlu. Jika rumah kotor, tanpa diperintahpun kami harus sadar untuk bergotong royong membersihkannya. Karenanya, kami terbiasa tumbuh menjadi orang yang mandiri dan harus berani bertanggung-jawab. Termasuk dengan aktivitas sehari-hari kami. Kami harus mempertanggung-jawabkannya agar tidak mengganggu aktivitas anggota keluarga lainnya di dalam rumah.
6 tahun setelah peristiwa yang membawa trauma mengendarai sepeda motor, saya hidup di luar kota yang jauh dari keluarga. Saya terbiasa menggunakan jasa angkutan umum atau nebeng kendaraan teman jika hendak keluar rumah. Tapi sejak kedatangan saya kembali ke rumah yang hanya di sebuah kota kecil tanpa jasa angkutan umum memadai dan mendudukung aktivitas saya yang harus menjangkau tempat-tempat yang tidak dilewati satu jasa angkutan umumpun, keluarga saya mulai kelabakan mengimbangi gerak saya.
Sebulan ada di rumah, saya sadar bahwa trauma saya dulu mulai merepotkan orang lain. Bagaimana tidak, Mami atau Papi saya terpaksa harus mengantar dan menjemput saya dari dan ke tempat kerja, belum lagi ditambah jika saya sedang ada kegiatan di gereja atau membeli beberapa keperluan yang saya butuhkan.
"Kamu harus bisa naik sepeda motor lagi!" Punishment dari Mami saya ini membuat saya berkeringat dingin berhari-hari. Saya kenal betul dengan beliau. Jika kata 'harus' sudah keluar dari perbendaharaan kosakatanya, berarti dengan cara apapun saya harus patuh.
Dan benar saja, meski saya berurai air mata, Mami saya tetap memaksa saya mengendarai sepeda motor. Saking besarnya ketakutan yang ada di diri saya, saya juga harus jatuh bangun ketika sepeda motor yang saya kendarai tidak bisa berjalan tegak, menabrak pagar tanaman milik tetangga beberapa kali, dan lain-lain. Mami saya mengajari saya dengan keras. Beliau tidak perduli dengan tangisan saya (eh, kalo inget saya jadi malu :D. Saat itu saya berumur 22 tahun dan menangis dengan PD-nya diatas sepeda motor hahaha) dan permohonan saya agar diijinkan untuk tidak mengendarai sepeda motor lagi. Setiap kali saya mengerang, beliau sudah siap dengan kata-kata pedasnya, "Kamu harus berani. Harus bisa! Jangan nyusahin orang terus dong."
Seminggu berikutnya, Mami saya tidak pernah memberi saya ruang bebas dan memaksa saya untuk terus belajar melawan ketakutan berkendara sepeda motor. Mulai dari belajar mengendarai sepeda motor di jalanan sepi, menyeberang di perempatan jalan yang bagi saya seperti momok paling menakutkan, sampai mengendarai sepeda motor di daerah dengan tanjakan dan turunan yang menyeramkan jalurnya.
Bagi saya, tidak mudah melepaskan ketakutan yang sudah menimbulkan trauma bertahun-tahun itu. Saya sampai menjuluki Mami saya sebagai ibu yang 'kejam'! Nggak perduli betapa berjasanya beliau telah melahirkan dan mengasuh saya hingga besar, pokoknya beliau adalah ibu yang 'kejam'...'kejam'...dan 'kejam'...!!! Tiap hari rasanya saya tidak sedang berhadapan dengan seorang ibu saat itu, tapi seperti sedang berhadapan dengan dosen super killer hehehe.
Setelah latihan ekstra seminggu berlalu, saya mulai merasa lebih baikan. Saya bisa kembali mengendarai sepeda motor dan terbiasa dengan hiruk pikuk jalan raya. Dibawah tekanan Mami saya yang 'kejam' itu, trauma saya berkendara sepeda motor sendirian di jalan raya berangsur-angsur hilang. Sekarang setelah 3 tahun berlalu, trauma saya di masa lalu sudah benar-benar hilang. Saya bisa mengendarai sepeda motor kembali dengan lancar dan tidak ada ketakutan seperti 9 tahun yang lalu. Pengajaran keras dari Mami saya yang 'kejam' itu telah membawa saya berani melawan ketakutan yang ada di diri mengalahkan trauma saya.
Amsal 13:24, Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.
Tidak ada seorangpun yang kebal terhadap masalah di dunia ini. Baik itu anak kecil atau orang dewasa, rakyat biasa sampai presiden, semua mempunyai beban masalah sendiri-sendiri. Ketika kita diberi masalah oleh Tuhan, tandanya Ia sedang mendidik kita agar lebih baik di masa depan.
Mami dunia saya saja tidak pernah membiarkan saya tinggal dalam trauma dan ketakutan. Apalagi Bapa kita di Surga. Ia menghilangkan orang yang kita sayangi agar kita belajar menghadapi ketakutan akan sendirian, Ia membuat kita kadang tidak mendengar-Nya agar kita belajar percaya kepada janji-janji-Nya, Ia membuat kita menangis dengan lengan-Nya yang teracung agar kita menyadari bahwa kekuatan yang Ia berikan di dalam diri kita sebenarnya jauh lebih besar dari semua masalah yang kita hadapi.
Saya bersyukur mempunyai seorang Mami yang 'kejam'. Beliau mengajari saya untuk menjadi orang yang berani menghadapi kemustahilan meski saya tidak punya dasar untuk itu sebelumnya. Ketakutan yang kita punyai bukanlah dari Tuhan. Setiap kita diperlengkapi-Nya dengan kekuatan yang bisa dipakai untuk menghadapi setiap masalah yang terjadi di hidup kita. Tidak ada trauma atau kelemahan yang tidak bisa kita kalahkan jika kita punya nyali untuk menaklukkannya. Bersama Yesus kita bisa! ^_^ (nj@coe).
Mami saya adalah figur seorang ibu yang 'kejam'!
Saat duduk di kelas 3 SMU, saya pernah hampir kehilangan nyawa karena kecelakaan lalu lintas. Kejadiannya berlangsung cepat. Saat itu saya baru saja keluar dari sebuah toko buku dan hendak menyeberang kearah jalan pulang. Di perempatan jalan dekat dengan alun-alun kota, terjadilah kejadian yang akhirnya membuat saya trauma naik sepeda motor lagi bertahun-tahun berikutnya itu. Saya dikerubuti dua buah mobil tepat di tengah perempatan jalan yang mengantarkan saya pada komitmen, "Aku nggak akan naik sepeda motor lagi seumur hidup setelah hari ini!"
Sejak kejadian itu, saya benar-benar tidak pernah menyentuh yang namanya sepeda motor dan mengendarainya seorang diri. Setiap kali mengingat kejadian sore dimana nyawa saya hampir melayang karenanya, jantung saya terasa ingin berhenti berdetak. Takut, khawatir, dan rasa cemas selalu membayangi saya ketika melihat sosok yang namanya sepeda motor dan jalan raya!
3 tahun lalu tepatnya sekitar 6 tahun sejak kejadian di perempatan jalan yang mengakibatkan trauma yang teramat sangat itu, saya ditantang Mami saya untuk melakoni pantangan tersebut. Sejak saya tidak mau naik sepeda motor lagi, saya memang sedikit banyak merepotkan orang-orang disekeliling saya untuk mengantarkan saya saat beraktivitas. "Kalo kegiatanmu sedikit sie nggak masalah Mami atau Papi nganter kesana-kemari. Tapi kegiatanmu itu terlalu banyak dan intens. Kalo terus-terusan minta anter kesana-kemari, bisa-bisa Papi sama Mami yang jatuh sakit", ini adalah alasan Mami saya kenapa beliau memaksa saya untuk melawan rasa takut saat berkendara sepeda motor sendirian di jalan raya.
Keluarga saya mempunyai prinsip yang disiplin. Sejak kecil saya dan adik saya sudah dididik untuk melakukan segala sesuatu tanpa pembantu. Jika lapar, kami tidak segan untuk ke dapur dan memasak makanan sendiri jika perlu. Jika rumah kotor, tanpa diperintahpun kami harus sadar untuk bergotong royong membersihkannya. Karenanya, kami terbiasa tumbuh menjadi orang yang mandiri dan harus berani bertanggung-jawab. Termasuk dengan aktivitas sehari-hari kami. Kami harus mempertanggung-jawabkannya agar tidak mengganggu aktivitas anggota keluarga lainnya di dalam rumah.
6 tahun setelah peristiwa yang membawa trauma mengendarai sepeda motor, saya hidup di luar kota yang jauh dari keluarga. Saya terbiasa menggunakan jasa angkutan umum atau nebeng kendaraan teman jika hendak keluar rumah. Tapi sejak kedatangan saya kembali ke rumah yang hanya di sebuah kota kecil tanpa jasa angkutan umum memadai dan mendudukung aktivitas saya yang harus menjangkau tempat-tempat yang tidak dilewati satu jasa angkutan umumpun, keluarga saya mulai kelabakan mengimbangi gerak saya.
Sebulan ada di rumah, saya sadar bahwa trauma saya dulu mulai merepotkan orang lain. Bagaimana tidak, Mami atau Papi saya terpaksa harus mengantar dan menjemput saya dari dan ke tempat kerja, belum lagi ditambah jika saya sedang ada kegiatan di gereja atau membeli beberapa keperluan yang saya butuhkan.
"Kamu harus bisa naik sepeda motor lagi!" Punishment dari Mami saya ini membuat saya berkeringat dingin berhari-hari. Saya kenal betul dengan beliau. Jika kata 'harus' sudah keluar dari perbendaharaan kosakatanya, berarti dengan cara apapun saya harus patuh.
Dan benar saja, meski saya berurai air mata, Mami saya tetap memaksa saya mengendarai sepeda motor. Saking besarnya ketakutan yang ada di diri saya, saya juga harus jatuh bangun ketika sepeda motor yang saya kendarai tidak bisa berjalan tegak, menabrak pagar tanaman milik tetangga beberapa kali, dan lain-lain. Mami saya mengajari saya dengan keras. Beliau tidak perduli dengan tangisan saya (eh, kalo inget saya jadi malu :D. Saat itu saya berumur 22 tahun dan menangis dengan PD-nya diatas sepeda motor hahaha) dan permohonan saya agar diijinkan untuk tidak mengendarai sepeda motor lagi. Setiap kali saya mengerang, beliau sudah siap dengan kata-kata pedasnya, "Kamu harus berani. Harus bisa! Jangan nyusahin orang terus dong."
Seminggu berikutnya, Mami saya tidak pernah memberi saya ruang bebas dan memaksa saya untuk terus belajar melawan ketakutan berkendara sepeda motor. Mulai dari belajar mengendarai sepeda motor di jalanan sepi, menyeberang di perempatan jalan yang bagi saya seperti momok paling menakutkan, sampai mengendarai sepeda motor di daerah dengan tanjakan dan turunan yang menyeramkan jalurnya.
Bagi saya, tidak mudah melepaskan ketakutan yang sudah menimbulkan trauma bertahun-tahun itu. Saya sampai menjuluki Mami saya sebagai ibu yang 'kejam'! Nggak perduli betapa berjasanya beliau telah melahirkan dan mengasuh saya hingga besar, pokoknya beliau adalah ibu yang 'kejam'...'kejam'...dan 'kejam'...!!! Tiap hari rasanya saya tidak sedang berhadapan dengan seorang ibu saat itu, tapi seperti sedang berhadapan dengan dosen super killer hehehe.
Setelah latihan ekstra seminggu berlalu, saya mulai merasa lebih baikan. Saya bisa kembali mengendarai sepeda motor dan terbiasa dengan hiruk pikuk jalan raya. Dibawah tekanan Mami saya yang 'kejam' itu, trauma saya berkendara sepeda motor sendirian di jalan raya berangsur-angsur hilang. Sekarang setelah 3 tahun berlalu, trauma saya di masa lalu sudah benar-benar hilang. Saya bisa mengendarai sepeda motor kembali dengan lancar dan tidak ada ketakutan seperti 9 tahun yang lalu. Pengajaran keras dari Mami saya yang 'kejam' itu telah membawa saya berani melawan ketakutan yang ada di diri mengalahkan trauma saya.
Amsal 13:24, Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.
Tidak ada seorangpun yang kebal terhadap masalah di dunia ini. Baik itu anak kecil atau orang dewasa, rakyat biasa sampai presiden, semua mempunyai beban masalah sendiri-sendiri. Ketika kita diberi masalah oleh Tuhan, tandanya Ia sedang mendidik kita agar lebih baik di masa depan.
Mami dunia saya saja tidak pernah membiarkan saya tinggal dalam trauma dan ketakutan. Apalagi Bapa kita di Surga. Ia menghilangkan orang yang kita sayangi agar kita belajar menghadapi ketakutan akan sendirian, Ia membuat kita kadang tidak mendengar-Nya agar kita belajar percaya kepada janji-janji-Nya, Ia membuat kita menangis dengan lengan-Nya yang teracung agar kita menyadari bahwa kekuatan yang Ia berikan di dalam diri kita sebenarnya jauh lebih besar dari semua masalah yang kita hadapi.
Saya bersyukur mempunyai seorang Mami yang 'kejam'. Beliau mengajari saya untuk menjadi orang yang berani menghadapi kemustahilan meski saya tidak punya dasar untuk itu sebelumnya. Ketakutan yang kita punyai bukanlah dari Tuhan. Setiap kita diperlengkapi-Nya dengan kekuatan yang bisa dipakai untuk menghadapi setiap masalah yang terjadi di hidup kita. Tidak ada trauma atau kelemahan yang tidak bisa kita kalahkan jika kita punya nyali untuk menaklukkannya. Bersama Yesus kita bisa! ^_^ (nj@coe).
Wednesday, May 06, 2009
Anjing dan Kucingpun Bisa Berdamai
Oleh : Angelina Kusuma
Pak Arief adalah seorang yang sangat menyayangi binatang. Beliau mempunyai dua ekor anjing, yang jantan diberi nama Friki dan yang betina diberi nama Friko. Senin pagi, Pak Arief melakukan kebiasaannya berolah raga ditemani Friki ke area persawahan yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Ketika sedang asyik berolah raga, beliau menemukan empat ekor anak kucing yang sedang menjerit-jerit karena ditinggal induknya. Empat anak kucing ini mempunyai warna bulu yang berbeda-beda. Satu hitam, satu orange, satu abu-abu, dan yang satu lagi mempunyai tiga warna bulu dibadannya, hitam, putih, dan orange.
Melihat anak kucing yang masih kecil-kecil itu, Friki yang sudah terlatih untuk memburu tikus-tikus di rumah Pak Arief, langsung menerkam kearah kerumunan empat anak kucing tersebut. Si anak kucing yang mempunyai tiga warna bulu ditubuhnya, akhirnya mati langsung ditempat akibat terkaman Friki.
Karena kasihan, Pak Arief membawa ketiga anak kucing yang masih tersisa itu ke rumahnya. Keesokan harinya, anak kucing yang berwarna orange ikut menyusul mati. Melihat anak-anak kucingnya mati satu per satu Pak Arief mulai merancang sebuah eksperimen. Ia mencampurkan kedua anak kucingnya ke kandang Friko agar ia bertindak sebagai induk bagi anak-anak kucing yang malang itu.
Anak kucing berwarna abu-abu, mati di hari kedua setelah ia sekandang dengan Friko. Yang tersisa tinggal anak kucing berwarna hitam yang rupanya mulai bisa beradaptasi dengan induk barunya. Si Friko yang juga anjing berbulu coklat kehitam-hitaman, mengasuh anak kucing berwarna hitam itu sampai hari ini. Meski air susu Friko tidak keluar, kadang terlihat juga bahwa si anak kucing hitam itu tetap nyaman ngempeng padanya dan membuat si anak kucing hitam bisa bertahan hidup.
Kisah Friko dan anak kucing hitam ini, membuat saya teringat akan film kartun yang sering saya tonton waktu kecil dulu, Tom and Jerry. Di kisah Tom si kucing dan Jerry si tikus yang di dunia nyata juga tidak bisa akur, di film ini bisa menjadi sahabat baik. Rupanya, permusuhan antara kucing dan anjing di dunia nyatapun bisa diperdamaikan seperti kisah Tom and Jerry yang ada di film kartun produksi MGM (Metro-Goldwyn-Mayer) itu.
Friko yang sekarang menjadi induk bagi anak kucing hitam milik Pak Arief, telah mematahkan mitos permusuhan anjing dan kucing yang selama ini beredar di masyarakat. Nah, bagaimana dengan kita sebagai manusia? Bisakah kita selalu damai/akur dengan sesama kita? Bisakah kita hidup berdampingan dengan saudara-saudara kita lainnya, dan selalu mengampuni ketika ada yang berbuat salah atau telah melukai hati kita, entah ia sengaja maupun tidak?
Derajat manusia lebih tinggi daripada anjing, kucing, dan tikus. Kalo anjing dan kucing bisa berdamai, kenapa kita tidak? (nj@coe).
Imamat 19:18, Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.
Pak Arief adalah seorang yang sangat menyayangi binatang. Beliau mempunyai dua ekor anjing, yang jantan diberi nama Friki dan yang betina diberi nama Friko. Senin pagi, Pak Arief melakukan kebiasaannya berolah raga ditemani Friki ke area persawahan yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Ketika sedang asyik berolah raga, beliau menemukan empat ekor anak kucing yang sedang menjerit-jerit karena ditinggal induknya. Empat anak kucing ini mempunyai warna bulu yang berbeda-beda. Satu hitam, satu orange, satu abu-abu, dan yang satu lagi mempunyai tiga warna bulu dibadannya, hitam, putih, dan orange.
Melihat anak kucing yang masih kecil-kecil itu, Friki yang sudah terlatih untuk memburu tikus-tikus di rumah Pak Arief, langsung menerkam kearah kerumunan empat anak kucing tersebut. Si anak kucing yang mempunyai tiga warna bulu ditubuhnya, akhirnya mati langsung ditempat akibat terkaman Friki.
Karena kasihan, Pak Arief membawa ketiga anak kucing yang masih tersisa itu ke rumahnya. Keesokan harinya, anak kucing yang berwarna orange ikut menyusul mati. Melihat anak-anak kucingnya mati satu per satu Pak Arief mulai merancang sebuah eksperimen. Ia mencampurkan kedua anak kucingnya ke kandang Friko agar ia bertindak sebagai induk bagi anak-anak kucing yang malang itu.
Anak kucing berwarna abu-abu, mati di hari kedua setelah ia sekandang dengan Friko. Yang tersisa tinggal anak kucing berwarna hitam yang rupanya mulai bisa beradaptasi dengan induk barunya. Si Friko yang juga anjing berbulu coklat kehitam-hitaman, mengasuh anak kucing berwarna hitam itu sampai hari ini. Meski air susu Friko tidak keluar, kadang terlihat juga bahwa si anak kucing hitam itu tetap nyaman ngempeng padanya dan membuat si anak kucing hitam bisa bertahan hidup.
Kisah Friko dan anak kucing hitam ini, membuat saya teringat akan film kartun yang sering saya tonton waktu kecil dulu, Tom and Jerry. Di kisah Tom si kucing dan Jerry si tikus yang di dunia nyata juga tidak bisa akur, di film ini bisa menjadi sahabat baik. Rupanya, permusuhan antara kucing dan anjing di dunia nyatapun bisa diperdamaikan seperti kisah Tom and Jerry yang ada di film kartun produksi MGM (Metro-Goldwyn-Mayer) itu.
Friko yang sekarang menjadi induk bagi anak kucing hitam milik Pak Arief, telah mematahkan mitos permusuhan anjing dan kucing yang selama ini beredar di masyarakat. Nah, bagaimana dengan kita sebagai manusia? Bisakah kita selalu damai/akur dengan sesama kita? Bisakah kita hidup berdampingan dengan saudara-saudara kita lainnya, dan selalu mengampuni ketika ada yang berbuat salah atau telah melukai hati kita, entah ia sengaja maupun tidak?
Derajat manusia lebih tinggi daripada anjing, kucing, dan tikus. Kalo anjing dan kucing bisa berdamai, kenapa kita tidak? (nj@coe).
Imamat 19:18, Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.
Tuesday, May 05, 2009
15 Facts About Men (Part 2)
Lanjutan dari : 15 Facts About Men (Part 1)
Oleh : Angelina Kusuma
11. Most men are attached to their mothers
Kebanyakan pria lebih dekat kepada ibu mereka daripada kepada ayah mereka. Karena kedekatan ini, menyebabkan tidak sedikit dari pria-pria yang kemudian mencari wanita-wanita yang juga mirip dengan ibu mereka. Berada di sisi wanita yang mempunyai sifat seperti ibunya, membuat para pria ini lebih nyaman dan terlindungi selama menjalani hubungan.
12. Most men want their wives to be loving, caring, and good home makers
Pria bukanlah tipe makhluk yang mudah memutuskan untuk menikah. Mereka akan berpikir puluhan kali sebelum akhirnya berkata, "Would you like to be my wife" kepada seorang wanita meski ia sudah mencintainya segenap hati dalam waktu yang cukup lama. Berbagai pertimbangan seperti aspek ekonomi dan keberlangsungan rumah tangga mereka ke depan, menjadi beban tanggung jawab tersendiri dipundak para pria.
Wanita yang bisa mencintai, memperhatikan, dan capable dalam urusan dalam rumah tangga seperti memasak dan mengurus anak-anak, akan memperoleh nilai plus di hadapan pria. Wanita seperti ini, pasti selalu menjadi dambaan setiap pria tanpa kecuali. Pria memang menyukai wanita yang mandiri dan memiliki karrier bagus dibidangnya. Namun bagi mereka, kodrat wanita yang tidak bisa dirubah adalah mengurus rumah tangga.
Kegagalan seorang wanita di mata pria yaitu ketika mereka dipandang telah melalaikan kewajiban rumah tangganya seperti mengurus keperluan suami dan anak-anaknya. Tidak perduli apakah wanita tersebut mampu mencetak jutaan Rupiah setiap minggu atau setiap bulannya, yang dibutuhkan pria dari wanita adalah pengabdian mereka terhadap rumah tangga dan anak-anaknya nanti, bukan pekerjaannya di kantor yang hebat, pendidikannya yang tinggi, segudang aktivitasnya di oraganisasi ini itu, dan lain-lain, meskipun pria juga menyukai pasangan yang cerdas, mandiri, dan mempunyai segudang prestasi.
13. Every man, most desires to be the best husband for his wife
Selaras dengan keinginan setiap pria untuk memiliki istri yang mampu memberikan cinta, perhatian, dan bisa mengurus keperluan rumah tangga dengan baik, jauh di lubuk hati setiap pria mereka juga mendambakan dirinya bisa menjadi suami terbaik bagi istrinya. Meski seorang pria termasuk sulit mengambil komitmen relationship atau nampak sebagai pria dengan bertemperamen liar, ia tetaplah seorang pria yang perlu dikasihi dan mengasihi, serta pasti mempunyai kerinduan membentuk keluarga dengan orang yang dicintainya dan berbahagia dalam rumah tangganya suatu saat nanti.
14. A man feel happiest when he becomes a father
"Tidak ada hal yang membuat hidupmu terasa lengkap kecuali ketika kamu menjadi orang tua", ini adalah kalimat yang diucapkan oleh seorang sahabat pria saya beberapa hari setelah ia menggendong bayi mungil hasil pernikahannya. Ya, itulah kebanggaan lain dari seorang pria. Mereka bangga dan bahagia ketika mereka menjadi seorang ayah dari anak yang lahir dari darah dagingnya sendiri meski terkadang ia bisa terkesan sangat cuek dan kurang bisa bergaul akrab dengan anak-anak kecil.
15. Men love romanticism, but most of them can not do romantic attention
Hampir semua pria-pria yang ada disekeliling saya merupakan pria-pria yang tidak romantis. Setiap kali saya berkata kepada mereka, "Kok kamu nggak bisa romantis sie?", mereka akan membalik pertanyaan saya menjadi, "Emang romantis itu seperti apa sie? Kan aku udah ngajak kamu makan bareng, jalan bareng, ngasih coklat...Itu bukan romantis ya?"
Hahaha, banyak pria mengalami dilema saat disuruh berromantis ria kepada wanita. Mereka pikir, arti romantis pasti seperti yang ada di film-film Hollywood dimana kebiasaannya seorang pria akan datang kepada wanita dengan bunga rose merah dan coklat di tangan, kemudian mengajaknya candle light dinner dibawah siraman cahaya bulan dan bintang. Itukah yang disebut romantis? Oh no!
Bagi wanita, romantis adalah refleksi kepercayaan terhadap pasangannya. Romantis bukan hanya sekedar tindakan tapi lebih kearah keterlibatan emosi dan keintiman. Banyak pria tidak bisa bersikap romantis kepada wanita karena logika mereka sering bergerak maju lebih dulu daripada perasaan, sehingga kebanyakan dari mereka hanya bisa melakukan tindakan yang berbau romantis namun tidak terasa/berkesan romantis bagi wanita yang ia maksut karena tidak ada keterlibatan emosi dan keintiman didalam tindakan-tindakan tersebut, atau mereka benar-benar tidak mau melakukan tindakan yang bersentuhan dengan keromantisan karena mereka malu jika nanti ditertawakan oleh wanita saat mereka berusaha menunjukkan sisi kelembutannya (kebanyakan pria juga takut akan penolakan rite?).
Ajari para pria-pria kekasih anda untuk bersikap romantis dari hati, bukan mengomelinya ketika mereka mengulurkan bunga, coklat, atau menawari anda candle light dinner namun mereka menunjukkan sikap dingin dan tidak perduli terhadap perasaan anda sendiri. Sebagai wanita, kita adalah penolong pria. Jika mereka membutuhkan bantuan untuk mengkoreksi bagaimana cara bersikap yang benar dan menyentuh hati anda, ya utarakan uneg-uneg yang ada dihati anda dengan lembut dan penuh kasih.
Ok, have a nice relationship yo ^_^ (nj@coe).
Oleh : Angelina Kusuma
11. Most men are attached to their mothers
Kebanyakan pria lebih dekat kepada ibu mereka daripada kepada ayah mereka. Karena kedekatan ini, menyebabkan tidak sedikit dari pria-pria yang kemudian mencari wanita-wanita yang juga mirip dengan ibu mereka. Berada di sisi wanita yang mempunyai sifat seperti ibunya, membuat para pria ini lebih nyaman dan terlindungi selama menjalani hubungan.
12. Most men want their wives to be loving, caring, and good home makers
Pria bukanlah tipe makhluk yang mudah memutuskan untuk menikah. Mereka akan berpikir puluhan kali sebelum akhirnya berkata, "Would you like to be my wife" kepada seorang wanita meski ia sudah mencintainya segenap hati dalam waktu yang cukup lama. Berbagai pertimbangan seperti aspek ekonomi dan keberlangsungan rumah tangga mereka ke depan, menjadi beban tanggung jawab tersendiri dipundak para pria.
Wanita yang bisa mencintai, memperhatikan, dan capable dalam urusan dalam rumah tangga seperti memasak dan mengurus anak-anak, akan memperoleh nilai plus di hadapan pria. Wanita seperti ini, pasti selalu menjadi dambaan setiap pria tanpa kecuali. Pria memang menyukai wanita yang mandiri dan memiliki karrier bagus dibidangnya. Namun bagi mereka, kodrat wanita yang tidak bisa dirubah adalah mengurus rumah tangga.
Kegagalan seorang wanita di mata pria yaitu ketika mereka dipandang telah melalaikan kewajiban rumah tangganya seperti mengurus keperluan suami dan anak-anaknya. Tidak perduli apakah wanita tersebut mampu mencetak jutaan Rupiah setiap minggu atau setiap bulannya, yang dibutuhkan pria dari wanita adalah pengabdian mereka terhadap rumah tangga dan anak-anaknya nanti, bukan pekerjaannya di kantor yang hebat, pendidikannya yang tinggi, segudang aktivitasnya di oraganisasi ini itu, dan lain-lain, meskipun pria juga menyukai pasangan yang cerdas, mandiri, dan mempunyai segudang prestasi.
13. Every man, most desires to be the best husband for his wife
Selaras dengan keinginan setiap pria untuk memiliki istri yang mampu memberikan cinta, perhatian, dan bisa mengurus keperluan rumah tangga dengan baik, jauh di lubuk hati setiap pria mereka juga mendambakan dirinya bisa menjadi suami terbaik bagi istrinya. Meski seorang pria termasuk sulit mengambil komitmen relationship atau nampak sebagai pria dengan bertemperamen liar, ia tetaplah seorang pria yang perlu dikasihi dan mengasihi, serta pasti mempunyai kerinduan membentuk keluarga dengan orang yang dicintainya dan berbahagia dalam rumah tangganya suatu saat nanti.
14. A man feel happiest when he becomes a father
"Tidak ada hal yang membuat hidupmu terasa lengkap kecuali ketika kamu menjadi orang tua", ini adalah kalimat yang diucapkan oleh seorang sahabat pria saya beberapa hari setelah ia menggendong bayi mungil hasil pernikahannya. Ya, itulah kebanggaan lain dari seorang pria. Mereka bangga dan bahagia ketika mereka menjadi seorang ayah dari anak yang lahir dari darah dagingnya sendiri meski terkadang ia bisa terkesan sangat cuek dan kurang bisa bergaul akrab dengan anak-anak kecil.
15. Men love romanticism, but most of them can not do romantic attention
Hampir semua pria-pria yang ada disekeliling saya merupakan pria-pria yang tidak romantis. Setiap kali saya berkata kepada mereka, "Kok kamu nggak bisa romantis sie?", mereka akan membalik pertanyaan saya menjadi, "Emang romantis itu seperti apa sie? Kan aku udah ngajak kamu makan bareng, jalan bareng, ngasih coklat...Itu bukan romantis ya?"
Hahaha, banyak pria mengalami dilema saat disuruh berromantis ria kepada wanita. Mereka pikir, arti romantis pasti seperti yang ada di film-film Hollywood dimana kebiasaannya seorang pria akan datang kepada wanita dengan bunga rose merah dan coklat di tangan, kemudian mengajaknya candle light dinner dibawah siraman cahaya bulan dan bintang. Itukah yang disebut romantis? Oh no!
Bagi wanita, romantis adalah refleksi kepercayaan terhadap pasangannya. Romantis bukan hanya sekedar tindakan tapi lebih kearah keterlibatan emosi dan keintiman. Banyak pria tidak bisa bersikap romantis kepada wanita karena logika mereka sering bergerak maju lebih dulu daripada perasaan, sehingga kebanyakan dari mereka hanya bisa melakukan tindakan yang berbau romantis namun tidak terasa/berkesan romantis bagi wanita yang ia maksut karena tidak ada keterlibatan emosi dan keintiman didalam tindakan-tindakan tersebut, atau mereka benar-benar tidak mau melakukan tindakan yang bersentuhan dengan keromantisan karena mereka malu jika nanti ditertawakan oleh wanita saat mereka berusaha menunjukkan sisi kelembutannya (kebanyakan pria juga takut akan penolakan rite?).
Ajari para pria-pria kekasih anda untuk bersikap romantis dari hati, bukan mengomelinya ketika mereka mengulurkan bunga, coklat, atau menawari anda candle light dinner namun mereka menunjukkan sikap dingin dan tidak perduli terhadap perasaan anda sendiri. Sebagai wanita, kita adalah penolong pria. Jika mereka membutuhkan bantuan untuk mengkoreksi bagaimana cara bersikap yang benar dan menyentuh hati anda, ya utarakan uneg-uneg yang ada dihati anda dengan lembut dan penuh kasih.
Ok, have a nice relationship yo ^_^ (nj@coe).
15 Facts About Men (Part 1)
Oleh : Angelina Kusuma
Bagi kebanyakan wanita, pria adalah pribadi yang misterius. Lingkungan sosialisasi pria yang lebih sempit dibandingkan wanita, membuat makhluk jenis ini seolah menyimpan banyak misteri yang sulit dipahami oleh lawan jenisnya. Tapi dibalik kemisteriusannya itu, pria mempunyai rahasia-rahasia yang sebenarnya sangat sederhana. Apakah itu?
1. Men like to gossip too
Pria juga mempunyai kebiasaan yang hampir sama dengan wanita ketika mereka menemukan sebuah topik yang menarik. Meski tidak sevulgar wanita yang sejak lahir katanya sudah ditakdirkan suka berbicara, diam-diam para pria juga suka bergosip lho. Saat mereka berada di komunitasnya, para pria yang terlihat cool dan jauh dari kesan 'bisik-bisik tetangga' ini juga bisa sibuk menggosip. Beberapa sahabat pria yang ada di list Facebook saya, terkadang membuat saya tertawa geli ketika melihat mereka sedang menyapa sahabat lamanya melalui media wall. "Eh, si A kabarnya mo married sama X bulan depan lho", "Itu si D akhirnya dapet kerjaan juga di PT. Y. Cuma kayaknya sie nggak bakal krasan dia"
Hahaha, so what? Para pria juga butuh berbicara dengan sesamanya dengan bumbu-bumbu disana-sini seperti para wanita rupanya. Hanya saja, biasanya pria baru mau bergosip dengan komunitas mereka (ketika ada kaum Hawa mendekat kearah pembicaraan mereka, maka mereka bisa langsung tutup mulut dan berlagak seperti tidak ada apa-apa lagi). Tidak seperti wanita yang anywhere dan anytime bisa langsung menggelar tikar kemudian, "Pst, eh jeng...jeng...tau nggak sie loe...bla bla bla...and...bla..bla...bla...", cara bergosip pria lebih tertutup dibanding wanita.
Topik pembicaraan yang dipilih priapun tak jauh dari topik yang biasa dipergunjingkan oleh wanita. Bedanya, para pria lebih menaruh perhatian pada tema-tema pembicaraan seputar pekerjaan, gadgets, olahraga, dan kegiatan harian khas mereka.
2. A man can not alone for a long time without his friends
Pria juga tidak bisa hidup nyaman tanpa teman-teman se-gank-nya. Mereka membutuhkan sekumpulan atau beberapa orang pria lainnya untuk menemani mereka mulai dari sekedar nongkrong di tepi jalan, hang out ke tempat fitness, nonton pertandingan bola ramai-ramai, sampai rekan/partner diskusi untuk masalah-masalah di tempat kerja dan keseharian mereka.
Berbeda dengan para wanita yang lebih tahan berada sendirian, pria relatif tidak tahan sendiri. Mereka perlu teman untuk membuat mereka aman dan nyaman. Satu kebiasaan ini sering kali membuat wanita kurang memahaminya. Wanita lebih mengingini suasana romantis dimana hanya ada dia dan si pria pasangannya, namun pria lebih memilih teman-temannya daripada berada dekat dengan kekasih yang ia cintai sekalipun. Tapi itulah pria. Kebebasannya berada di lingkungan teman-teman yang telah membuatnya nyaman lebih dulu memang tidak mudah digantikan oleh seseorang yang baru masuk ke dalam hidupnya kemudian.
3. The first thing that make a man feel adorable from a woman is her looks
Pria tak hanya tertarik pada paras yang cantik dari seorang wanita tapi juga dengan seluruh kemasan yang diusung oleh wanita tersebut. Bagi pria, mata mereka adalah kelemahan. Mereka mudah jatuh cinta pada sesuatu yang enak dilihat dan indah di mata mereka. Ingat, tak hanya wajah saja, tapi pria juga tertarik pada keseluruhan hal yang ada di diri seorang wanita. Wajah cantik, penampilan serasi, dan sikap yang sopan bisa membuat pria-pria makin mabuk kepayang dibuatnya.
4. Pride a man is in his job
Kemakmuran merupakan ukuran pride khusus bagi pria. Semakin mereka mempunyai pekerjaan yang mapan, penghasilan cukup apalagi sampai melimpah, kepercayaan diri mereka akan ikut meningkat seiring dengan stabilnya posisi perekonomian yang mereka miliki. Inilah sebabnya kenapa para pria lebih rentan terjangkit workaholic alias si gila kerja.
Uang juga dianggap sebagai modal para pria untuk berani melangkah ke jenjang yang lebih tinggi yaitu memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga, menghidupi istri dan anak-anaknya, serta memberikan jaminan atas seluruh kebutuhan hidup rumah tangganya. So, jangan heran jika mereka mendadak bisa menjadi seperti anak berusia lima tahun meski usia sebenarnya sudah diatas 30 tahun ketika posisi mereka di pekerjaan mulai terancam. Tandanya, pria itu sedang mengalami dilema sebagai seorang pria yang identik harus lebih berguna, lebih berkuasa, lebih mapan, dan lebih berwibawa dengan menghasilkan uang, sumber kehidupan bagi keluarganya.
5. A man is most tense when he ask out to a girl that he likes
Meski pria terlihat sangat percaya diri ketika mereka berjalan atau memecahkan sebuah masalah, mereka akan berubah tegang, gugup, dan salah tingkah ketika berhadapan dengan wanita yang disukainya. Seatraktif mungkin perilaku seorang pria, ia bisa diam seribu bahasa di depan wanita yang bisa membuat degup jantungnya berdebar-debar.
Ada banyak pria berkata kepada saya bahwa mereka sebenarnya sangat takut akan penolakan. Itu sebabnya mereka bisa merasakan ketegangan, gugup, dan salah tingkah ketika berhadapan pada sosok wanita yang mereka sukai. Perasaan takut kehilangan dan takut ditolak itu, membuat para pria tidak bisa berfikir jernih dan percaya diri seperti biasa yang mereka pegang sebagai prinsip hidup.
6. Never talk to your man about what he thinks about you
Hal yang menurut pria sia-sia adalah ketika seorang wanita bertanya apa pendapat mereka tentangnya. Meski pria mengagumi wanita, tapi mereka tidak terlalu suka mengatakannya secara langsung ataupun berargumen untuk membuat anda tersenyum karenanya. Pria tidak pandai berbasa-basi. Jika anda bertanya kepadanya mengenai baju yang sedang anda pakai, dandanan yang sedang anda kenakan, atau pertanyaan mengenai cantik manakah antara anda dan wanita berbaju merah sexy yang baru saja lewat di depannya, mereka pasti lebih memilih untuk membawakan anda cermin daripada menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut hehehe.
7. An ideal date for a man would be dinner and a live concert/sport game
Kebanyakan pria lebih suka menantang adrenalin mereka daripada menghabiskan semalam penuh romantis dalam kesunyian. Bagi mereka, bersama orang yang dicintai dan semangat berpetualang haruslah seimbang.
Jika anda sudah mempunyai kekasih, sekali-sekali ajaklah ia menikmati suasana kencan yang sesuai dengan selera mereka. Tetap bernuansa romantis namun ada sense memacu adrenalin agar mereka tidak cepat merasa bosan dengan acara kencan bersama anda tentunya. Dinner dengan iringan live music dan arena sports game seperti billiard atau bowling, pasti lebih mengasyikkan bagi mereka daripada sekedar dinner diatas puncak gedung bertingkat, memandangi bulan purnama yang bertabur bintang-bintang.
8. Men think about sex in a day everytime their mind start to wander
Banyak orang berkata bahwa pria dan sex adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Banyak wanita menyangka jika seorang pria mengajak mereka berkencan, itu artinya mereka meminta sebuah permainan sex dan berakhir diatas ranjang. Hal ini tidak sepenuhnya benar!
Pria hanya berpikir kearah sex ketika pikiran mereka sedang kosong atau dibiarkan ngelantur. Selama wanita dan orang-orang yang ada disekelilingnya memberikan support membangun di pikiran pria itu untuk terus bergerak kearah yang positif, pria tidak akan berminat melakukan sex meski ia mempunyai banyak peluang. Seorang pria yang penat sehabis kerja lembur berhari-hari atau sedang asyik menonton pertandingan sepak bola, juga dikatakan menunjukkan penurunan terhadap keinginan mereka terhadap sex.
Think positive, otak pria tidak selamanya berisi sex melulu kok hihihi.
9. Men hate the most a nagging and over possesive girl
Para pria suka berburu. Mereka suka akan tantangan. Suka menikmati proses saat mengejar wanita-wanita yang menjadi target incaran mereka. Keberhasilan mereka mengambil inisiatif pertama atas hubungannya dengan wanita yang sudah lama dikejarnya juga merupakan pride tersendiri bagi pria. Oleh karena itu, mereka tidak terlalu respek pada wanita-wanita yang menunjukkan agresifitas diawal hubungan, rasa posesif, dan suka memonitor setiap kegiatan mereka setiap saat. Semakin diawasi atau dikekang, pria bukannya bertambah nyaman dan setia kepada pasangannya, tapi biasanya mereka cenderung lari dan menghindar cepat-cepat.
Pria juga kurang suka jika hanya dijadikan sebagai pendengar yang baik. Mereka paling benci diomeli dan menjadi obyek pelampiasan dari gerutuan wanita yang sedang mengkritik tindakan mereka. Jika mereka menghadapi situasi dimana wanita siap dengan puluhan bahkan ratusan kata-kata yang siap dilontarkan kepadanya, ia pasti memilih untuk diam atau menghilang sesaat karena kemampuan utama pria bukanlah meladeni wanita dalam hal bersilat lidah.
10. A man love high tech and electronics
Jika wanita mudah tersentuh oleh hal-hal berbau romantis, pria lebih mudah tersentuh oleh segala sesuatu yang berbau high tech. Jika wanita berjalan ke mall dan mereka bisa menghabiskan ratusan ribu untuk membeli baju dan peralatan make up, maka para pria juga bisa menghabiskan jutaan Rupiah hanya demi membeli barang-barang elektronik kesukaannya.
Hadiah yang menarik bagi seorang pria tentu saja yang berbau elektronik dan high tech. Mereka tidak terlalu terpesona dengan hadiah liburan gratis ke tempat paling indah atau paling mahal sekalipun. Tapi mereka akan segera bersorak girang ketika mereka mendapatkan gadgets keluaran terbaru atau barang elektronik yang mereka idam-idamkan sejak lama. Hmm, anda tertarik memberi hadiah kepada seorang pria? Cari tahu aja benda elektronik atau gadgets apa yang sedang menjadi incarannya saat ini (nj@coe).
Lanjut ke : 15 Facts About Men (Part 2)
Bagi kebanyakan wanita, pria adalah pribadi yang misterius. Lingkungan sosialisasi pria yang lebih sempit dibandingkan wanita, membuat makhluk jenis ini seolah menyimpan banyak misteri yang sulit dipahami oleh lawan jenisnya. Tapi dibalik kemisteriusannya itu, pria mempunyai rahasia-rahasia yang sebenarnya sangat sederhana. Apakah itu?
1. Men like to gossip too
Pria juga mempunyai kebiasaan yang hampir sama dengan wanita ketika mereka menemukan sebuah topik yang menarik. Meski tidak sevulgar wanita yang sejak lahir katanya sudah ditakdirkan suka berbicara, diam-diam para pria juga suka bergosip lho. Saat mereka berada di komunitasnya, para pria yang terlihat cool dan jauh dari kesan 'bisik-bisik tetangga' ini juga bisa sibuk menggosip. Beberapa sahabat pria yang ada di list Facebook saya, terkadang membuat saya tertawa geli ketika melihat mereka sedang menyapa sahabat lamanya melalui media wall. "Eh, si A kabarnya mo married sama X bulan depan lho", "Itu si D akhirnya dapet kerjaan juga di PT. Y. Cuma kayaknya sie nggak bakal krasan dia"
Hahaha, so what? Para pria juga butuh berbicara dengan sesamanya dengan bumbu-bumbu disana-sini seperti para wanita rupanya. Hanya saja, biasanya pria baru mau bergosip dengan komunitas mereka (ketika ada kaum Hawa mendekat kearah pembicaraan mereka, maka mereka bisa langsung tutup mulut dan berlagak seperti tidak ada apa-apa lagi). Tidak seperti wanita yang anywhere dan anytime bisa langsung menggelar tikar kemudian, "Pst, eh jeng...jeng...tau nggak sie loe...bla bla bla...and...bla..bla...bla...", cara bergosip pria lebih tertutup dibanding wanita.
Topik pembicaraan yang dipilih priapun tak jauh dari topik yang biasa dipergunjingkan oleh wanita. Bedanya, para pria lebih menaruh perhatian pada tema-tema pembicaraan seputar pekerjaan, gadgets, olahraga, dan kegiatan harian khas mereka.
2. A man can not alone for a long time without his friends
Pria juga tidak bisa hidup nyaman tanpa teman-teman se-gank-nya. Mereka membutuhkan sekumpulan atau beberapa orang pria lainnya untuk menemani mereka mulai dari sekedar nongkrong di tepi jalan, hang out ke tempat fitness, nonton pertandingan bola ramai-ramai, sampai rekan/partner diskusi untuk masalah-masalah di tempat kerja dan keseharian mereka.
Berbeda dengan para wanita yang lebih tahan berada sendirian, pria relatif tidak tahan sendiri. Mereka perlu teman untuk membuat mereka aman dan nyaman. Satu kebiasaan ini sering kali membuat wanita kurang memahaminya. Wanita lebih mengingini suasana romantis dimana hanya ada dia dan si pria pasangannya, namun pria lebih memilih teman-temannya daripada berada dekat dengan kekasih yang ia cintai sekalipun. Tapi itulah pria. Kebebasannya berada di lingkungan teman-teman yang telah membuatnya nyaman lebih dulu memang tidak mudah digantikan oleh seseorang yang baru masuk ke dalam hidupnya kemudian.
3. The first thing that make a man feel adorable from a woman is her looks
Pria tak hanya tertarik pada paras yang cantik dari seorang wanita tapi juga dengan seluruh kemasan yang diusung oleh wanita tersebut. Bagi pria, mata mereka adalah kelemahan. Mereka mudah jatuh cinta pada sesuatu yang enak dilihat dan indah di mata mereka. Ingat, tak hanya wajah saja, tapi pria juga tertarik pada keseluruhan hal yang ada di diri seorang wanita. Wajah cantik, penampilan serasi, dan sikap yang sopan bisa membuat pria-pria makin mabuk kepayang dibuatnya.
4. Pride a man is in his job
Kemakmuran merupakan ukuran pride khusus bagi pria. Semakin mereka mempunyai pekerjaan yang mapan, penghasilan cukup apalagi sampai melimpah, kepercayaan diri mereka akan ikut meningkat seiring dengan stabilnya posisi perekonomian yang mereka miliki. Inilah sebabnya kenapa para pria lebih rentan terjangkit workaholic alias si gila kerja.
Uang juga dianggap sebagai modal para pria untuk berani melangkah ke jenjang yang lebih tinggi yaitu memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga, menghidupi istri dan anak-anaknya, serta memberikan jaminan atas seluruh kebutuhan hidup rumah tangganya. So, jangan heran jika mereka mendadak bisa menjadi seperti anak berusia lima tahun meski usia sebenarnya sudah diatas 30 tahun ketika posisi mereka di pekerjaan mulai terancam. Tandanya, pria itu sedang mengalami dilema sebagai seorang pria yang identik harus lebih berguna, lebih berkuasa, lebih mapan, dan lebih berwibawa dengan menghasilkan uang, sumber kehidupan bagi keluarganya.
5. A man is most tense when he ask out to a girl that he likes
Meski pria terlihat sangat percaya diri ketika mereka berjalan atau memecahkan sebuah masalah, mereka akan berubah tegang, gugup, dan salah tingkah ketika berhadapan dengan wanita yang disukainya. Seatraktif mungkin perilaku seorang pria, ia bisa diam seribu bahasa di depan wanita yang bisa membuat degup jantungnya berdebar-debar.
Ada banyak pria berkata kepada saya bahwa mereka sebenarnya sangat takut akan penolakan. Itu sebabnya mereka bisa merasakan ketegangan, gugup, dan salah tingkah ketika berhadapan pada sosok wanita yang mereka sukai. Perasaan takut kehilangan dan takut ditolak itu, membuat para pria tidak bisa berfikir jernih dan percaya diri seperti biasa yang mereka pegang sebagai prinsip hidup.
6. Never talk to your man about what he thinks about you
Hal yang menurut pria sia-sia adalah ketika seorang wanita bertanya apa pendapat mereka tentangnya. Meski pria mengagumi wanita, tapi mereka tidak terlalu suka mengatakannya secara langsung ataupun berargumen untuk membuat anda tersenyum karenanya. Pria tidak pandai berbasa-basi. Jika anda bertanya kepadanya mengenai baju yang sedang anda pakai, dandanan yang sedang anda kenakan, atau pertanyaan mengenai cantik manakah antara anda dan wanita berbaju merah sexy yang baru saja lewat di depannya, mereka pasti lebih memilih untuk membawakan anda cermin daripada menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut hehehe.
7. An ideal date for a man would be dinner and a live concert/sport game
Kebanyakan pria lebih suka menantang adrenalin mereka daripada menghabiskan semalam penuh romantis dalam kesunyian. Bagi mereka, bersama orang yang dicintai dan semangat berpetualang haruslah seimbang.
Jika anda sudah mempunyai kekasih, sekali-sekali ajaklah ia menikmati suasana kencan yang sesuai dengan selera mereka. Tetap bernuansa romantis namun ada sense memacu adrenalin agar mereka tidak cepat merasa bosan dengan acara kencan bersama anda tentunya. Dinner dengan iringan live music dan arena sports game seperti billiard atau bowling, pasti lebih mengasyikkan bagi mereka daripada sekedar dinner diatas puncak gedung bertingkat, memandangi bulan purnama yang bertabur bintang-bintang.
8. Men think about sex in a day everytime their mind start to wander
Banyak orang berkata bahwa pria dan sex adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Banyak wanita menyangka jika seorang pria mengajak mereka berkencan, itu artinya mereka meminta sebuah permainan sex dan berakhir diatas ranjang. Hal ini tidak sepenuhnya benar!
Pria hanya berpikir kearah sex ketika pikiran mereka sedang kosong atau dibiarkan ngelantur. Selama wanita dan orang-orang yang ada disekelilingnya memberikan support membangun di pikiran pria itu untuk terus bergerak kearah yang positif, pria tidak akan berminat melakukan sex meski ia mempunyai banyak peluang. Seorang pria yang penat sehabis kerja lembur berhari-hari atau sedang asyik menonton pertandingan sepak bola, juga dikatakan menunjukkan penurunan terhadap keinginan mereka terhadap sex.
Think positive, otak pria tidak selamanya berisi sex melulu kok hihihi.
9. Men hate the most a nagging and over possesive girl
Para pria suka berburu. Mereka suka akan tantangan. Suka menikmati proses saat mengejar wanita-wanita yang menjadi target incaran mereka. Keberhasilan mereka mengambil inisiatif pertama atas hubungannya dengan wanita yang sudah lama dikejarnya juga merupakan pride tersendiri bagi pria. Oleh karena itu, mereka tidak terlalu respek pada wanita-wanita yang menunjukkan agresifitas diawal hubungan, rasa posesif, dan suka memonitor setiap kegiatan mereka setiap saat. Semakin diawasi atau dikekang, pria bukannya bertambah nyaman dan setia kepada pasangannya, tapi biasanya mereka cenderung lari dan menghindar cepat-cepat.
Pria juga kurang suka jika hanya dijadikan sebagai pendengar yang baik. Mereka paling benci diomeli dan menjadi obyek pelampiasan dari gerutuan wanita yang sedang mengkritik tindakan mereka. Jika mereka menghadapi situasi dimana wanita siap dengan puluhan bahkan ratusan kata-kata yang siap dilontarkan kepadanya, ia pasti memilih untuk diam atau menghilang sesaat karena kemampuan utama pria bukanlah meladeni wanita dalam hal bersilat lidah.
10. A man love high tech and electronics
Jika wanita mudah tersentuh oleh hal-hal berbau romantis, pria lebih mudah tersentuh oleh segala sesuatu yang berbau high tech. Jika wanita berjalan ke mall dan mereka bisa menghabiskan ratusan ribu untuk membeli baju dan peralatan make up, maka para pria juga bisa menghabiskan jutaan Rupiah hanya demi membeli barang-barang elektronik kesukaannya.
Hadiah yang menarik bagi seorang pria tentu saja yang berbau elektronik dan high tech. Mereka tidak terlalu terpesona dengan hadiah liburan gratis ke tempat paling indah atau paling mahal sekalipun. Tapi mereka akan segera bersorak girang ketika mereka mendapatkan gadgets keluaran terbaru atau barang elektronik yang mereka idam-idamkan sejak lama. Hmm, anda tertarik memberi hadiah kepada seorang pria? Cari tahu aja benda elektronik atau gadgets apa yang sedang menjadi incarannya saat ini (nj@coe).
Lanjut ke : 15 Facts About Men (Part 2)
Monday, May 04, 2009
Do Everything In Love
Oleh : Angelina Kusuma
Lisa memandangi dirinya di depan cermin dengan seksama. Sesekali ia memutar-mutar tubuh untuk mematutkan setelan gaun yang sedang dipakainya sembari melukis sekulum senyum dipantulan cermin. Sedetik kemudian Lisa mengambil sisir untuk merapikan rambutnya, menjepitnya dengan hiasan kupu-kupu pink yang manis. Diambilnya minyak wangi...dan...sret sret...menebarkan aroma bau semerbak ke seluruh tubuhnya. Lalu, Lisa mengambil high heel-nya. Memasangnya di kaki kemudian berlenggak-lenggok bak peragawati berjalan diatas catwalk. Yeah, malam ini adalah malam Minggu. Dan Lisa sedang berdandan secantik mungkin untuk menyambut Toni yang akan datang menjemputnya berkencan sekitar satu jam lagi. Sebagai seorang gadis yang sedang dilanda asmara, Lisa tengah berbahagia saat ini. Demi pujaan hatinya, ia rela berdandan secantik mungkin meski harus menghabiskan banyak waktu.
Setiap manusia, satu atau dua kali pastinya pernah merasakan jatuh cinta. Sama seperti Lisa yang sedang jatuh cinta kepada Toni, saat kita jatuh cinta, kita juga bisa merelakan banyak hal demi seseorang atau sesuatu yang kita cintai tersebut. Mungkin berkorban waktu, uang, perhatian, prioritas, dan pikiran yang rela tersita oleh satu hal yang istimewa itu. Yup, cinta membuat kebanyakan orang mau melakukan apa saja bahkan yang kurang masuk diakal sekalipun!
Hebatnya pengaruh dari cinta, membuat Rasul Paulus pun menuliskannya sebagai salah satu nasehat yang ia kirimkan kepada jemaat di Korintus. Ia menulis, "Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!" (1 Cor. 16:14, Do everything in love).
Menurut Helen Fisher Ph.D, seorang antropolog dari Rutgers University, jatuh cinta membuat otak lebih meningkatkan kinerjanya untuk menghasilkan hormon dopamine yang membuat orang merasa senang/bahagia, menyegarkan mood, menambah stamina, dan meningkatkan kemampuan berkonsentrasi pada obyek yang dicintainya. Salah satu makanan yang dapat merangsang hormon dopamine adalah cokelat. Karena itulah, jarang ada orang berhenti makan cokelat pada gigitan pertama.
Selain kepada lawan jenis (pacar, tunangan, suami/istri), sebenarnya kita juga bisa menggunakan kekuatan dari momen jatuh cinta ini di semua bidang. Jika kita jatuh cinta kepada pekerjaan, tentu akibatnya kita bisa melakukan apa saja agar pekerjaan itu berjalan dengan baik. Jika kita jatuh cinta kepada orang tua, tentu akibatnya kita akan berbakti kepada mereka dengan segenap jiwa. Kita juga bisa belajar untuk jatuh cinta kepada semua hal yang ada disekeliling kita lainnya, seperti hobby, rumah, sahabat-sahabat, rekan sekerja, tempat kerja, lingkungan temat tinggal, dan lain-lain.
Raja Daud, memberi contoh jatuh cinta kepada yang lebih ekstrim lagi. Ia jatuh cinta kepada rumah Tuhannya! (Mazmur 69:10a, Sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku). Wow, apa yang terjadi jika semua orang meneladani tindakan Raja Daud ini? Benar. Tidak akan ada lagi kemunafikan dan 'hitung-hitungan' dengan Tuhan di dunia ini. Semua orang tanpa perlu diperingatkan atau dihimbau oleh gembala sidang dan hamba-hamba Tuhan lainnya, pasti akan berbondong-bondong datang ke rumah Tuhan dan memberikan persembahan yang terbaik untuk-Nya. Jika saat jatuh cinta kepada manusia lain kita bisa menghalalkan segala cara untuk menunjukkan rasa cinta kita kepadanya, terlebih lagi jika kita sedang jatuh cinta kepada Bapa yang di Surga. Iya kan?
Jatuh cinta adalah pilihan. Hari-hari akhir ini, banyak orang lebih 'memilih' tinggal dalam kesakitan akibat patah hati daripada jatuh cinta. Selama kita berjalan pada kebenaran Firman Tuhan, cinta tidak akan menyakiti. Sebaliknya, cinta yang benar bisa membangun dan mendorong kita kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Lepaskan semua beban berat yang anda pikul dan mulailah jatuh cinta pada hal-hal yang ada dan sudah terjadi dalam hidup anda sampai hari ini. Biarkan otak anda memproduksi hormon dopamine lebih banyak setiap hari sehingga kehidupan anda berada dalam naungan kebahgiaan yang terus mengalir. Love your life, change your world! (nj@coe).
Lisa memandangi dirinya di depan cermin dengan seksama. Sesekali ia memutar-mutar tubuh untuk mematutkan setelan gaun yang sedang dipakainya sembari melukis sekulum senyum dipantulan cermin. Sedetik kemudian Lisa mengambil sisir untuk merapikan rambutnya, menjepitnya dengan hiasan kupu-kupu pink yang manis. Diambilnya minyak wangi...dan...sret sret...menebarkan aroma bau semerbak ke seluruh tubuhnya. Lalu, Lisa mengambil high heel-nya. Memasangnya di kaki kemudian berlenggak-lenggok bak peragawati berjalan diatas catwalk. Yeah, malam ini adalah malam Minggu. Dan Lisa sedang berdandan secantik mungkin untuk menyambut Toni yang akan datang menjemputnya berkencan sekitar satu jam lagi. Sebagai seorang gadis yang sedang dilanda asmara, Lisa tengah berbahagia saat ini. Demi pujaan hatinya, ia rela berdandan secantik mungkin meski harus menghabiskan banyak waktu.
Setiap manusia, satu atau dua kali pastinya pernah merasakan jatuh cinta. Sama seperti Lisa yang sedang jatuh cinta kepada Toni, saat kita jatuh cinta, kita juga bisa merelakan banyak hal demi seseorang atau sesuatu yang kita cintai tersebut. Mungkin berkorban waktu, uang, perhatian, prioritas, dan pikiran yang rela tersita oleh satu hal yang istimewa itu. Yup, cinta membuat kebanyakan orang mau melakukan apa saja bahkan yang kurang masuk diakal sekalipun!
Hebatnya pengaruh dari cinta, membuat Rasul Paulus pun menuliskannya sebagai salah satu nasehat yang ia kirimkan kepada jemaat di Korintus. Ia menulis, "Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!" (1 Cor. 16:14, Do everything in love).
Menurut Helen Fisher Ph.D, seorang antropolog dari Rutgers University, jatuh cinta membuat otak lebih meningkatkan kinerjanya untuk menghasilkan hormon dopamine yang membuat orang merasa senang/bahagia, menyegarkan mood, menambah stamina, dan meningkatkan kemampuan berkonsentrasi pada obyek yang dicintainya. Salah satu makanan yang dapat merangsang hormon dopamine adalah cokelat. Karena itulah, jarang ada orang berhenti makan cokelat pada gigitan pertama.
Selain kepada lawan jenis (pacar, tunangan, suami/istri), sebenarnya kita juga bisa menggunakan kekuatan dari momen jatuh cinta ini di semua bidang. Jika kita jatuh cinta kepada pekerjaan, tentu akibatnya kita bisa melakukan apa saja agar pekerjaan itu berjalan dengan baik. Jika kita jatuh cinta kepada orang tua, tentu akibatnya kita akan berbakti kepada mereka dengan segenap jiwa. Kita juga bisa belajar untuk jatuh cinta kepada semua hal yang ada disekeliling kita lainnya, seperti hobby, rumah, sahabat-sahabat, rekan sekerja, tempat kerja, lingkungan temat tinggal, dan lain-lain.
Raja Daud, memberi contoh jatuh cinta kepada yang lebih ekstrim lagi. Ia jatuh cinta kepada rumah Tuhannya! (Mazmur 69:10a, Sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku). Wow, apa yang terjadi jika semua orang meneladani tindakan Raja Daud ini? Benar. Tidak akan ada lagi kemunafikan dan 'hitung-hitungan' dengan Tuhan di dunia ini. Semua orang tanpa perlu diperingatkan atau dihimbau oleh gembala sidang dan hamba-hamba Tuhan lainnya, pasti akan berbondong-bondong datang ke rumah Tuhan dan memberikan persembahan yang terbaik untuk-Nya. Jika saat jatuh cinta kepada manusia lain kita bisa menghalalkan segala cara untuk menunjukkan rasa cinta kita kepadanya, terlebih lagi jika kita sedang jatuh cinta kepada Bapa yang di Surga. Iya kan?
Jatuh cinta adalah pilihan. Hari-hari akhir ini, banyak orang lebih 'memilih' tinggal dalam kesakitan akibat patah hati daripada jatuh cinta. Selama kita berjalan pada kebenaran Firman Tuhan, cinta tidak akan menyakiti. Sebaliknya, cinta yang benar bisa membangun dan mendorong kita kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Lepaskan semua beban berat yang anda pikul dan mulailah jatuh cinta pada hal-hal yang ada dan sudah terjadi dalam hidup anda sampai hari ini. Biarkan otak anda memproduksi hormon dopamine lebih banyak setiap hari sehingga kehidupan anda berada dalam naungan kebahgiaan yang terus mengalir. Love your life, change your world! (nj@coe).
Subscribe to:
Posts (Atom)