Oleh : Angelina Kusuma
Selasa malam kemarin adalah hari yang istimewa buat saya. Malam itu saya berkesempatan berkumpul dengan para 'ahli Taurat' di gereja hehehe. Saya menyebut mereka sebagai 'ahli Taurat' karena mereka adalah sekumpulan ibu-ibu dan bapak-bapak yang sudah lama bergabung di tim pendoa syafaat dan merupakan aktivis gereja yang setiap Selasa malam berkumpul untuk mendengarkan pengajaran Firman Tuhan.
Bergabung di komunitas 'paruh baya' ini membuat saya kadang agak jiper. Pada kenyataannya kegiatan semacam Bible Study di gereja saya ini memang lebih banyak dipenuhi oleh kaum ibu-ibu dan bapak-bapak berusia paruh baya. Kelompok youth apalagi remaja, sangat jarang terlihat di kegiatan-kegiatan seperti ini.
Di sesi sharing dari Firman Tuhan yang sudah disampaikan, saya mendapat kelompok yang terdiri dari empat orang wanita termasuk saya. Sebagai anggota kelompok yang paling muda, saya lebih tertarik mendengarkan para ibu-ibu senior itu membagikan pengalaman mereka selama mengikut Tuhan. Jalannya sharing benar-benar menarik perhatian dan memberkati saya.
Ibu-ibu rumah tangga ini ternyata lebih banyak mengalami kesulitan ketika ingin mendalami Firman Tuhan dibandingkan saya yang masih single. Ada yang kerepotan mendalami Firman Tuhan karena disibukkan oleh pekerjaan rumah tangganya seperti mencuci pakaian, memasak, bersih-bersih rumah, dll, ada yang karena kerepotan mengurus anak-anaknya, sampai karena adanya kejenuhan dan masalah pribadi antara suami istri.
Well, saya tersenyum di dalam hati mendengar pengakuan dari mereka ini. Sebagai wanita single, tidak munafik, kadang saya merasa iri dengan keberadaan mereka yang sudah menikah dan berpasangan. Sepertinya kehidupan mereka jauh lebih bahagia dan berwarna dengan adanya suami dan anak-anaknya dibandingkan saya yang masih single.
Seorang ibu yang selama ini saya pandang mempunyai kerohanian yang cukup matang karena beliau pernah menjadi song leader di ibadah kebaktian gereja, membuat pengakuan yang membuat saya terbelalak. Ia bahkan belum pernah sekalipun bisa menyelesaikan pembacaan Alkitab dari Kejadian hingga Wahyu dan merasa kesulitan setiap kali hendak memulainya. Wow, tiba-tiba saya merasa jauh lebih beruntung daripada beliau.
Saat ini usia saya 27 tahun dan saya sedang sibuk menyelesaikan program pembacaan whole Bible saya dan sudah mulai menginjak kitab 2 Tawarikh di bulan ini. Meski awalnya saya merasa agak terlambat memulai bedah Alkitab karena saya baru memulainya di usia sekarang (bandingkan dengan Yesus yang sudah bergaul akrab dengan Firman sejak usia-Nya 12 tahun, Lukas 2:41-52), rupanya saya masih punya lebih banyak kesempatan untuk semakin menstabilkan pondasi rohani saya ke depan.
Kondisi single saya adalah modal utama untuk lebih dekat kepada Yesus dan Firman-Nya! Dibandingkan ibu-ibu rumah tangga yang sudah mempunyai beban pikiran tambahan berupa anak, kebutuhan hidup berumah tangga, dan suaminya tersebut, saya lebih beruntung karena beban saya saat ini hanyalah diri saya saja.
Kondisi single bukanlah kekurangan. Justru single adalah peluang untuk mengenal Firman Tuhan dengan sebaik-baiknya dan kesempatan emas untuk menstabilkan pondasi iman kita kepada-Nya. Jika saat single kita sudah merasa kekurangan, saat berpasanganpun kita akan semakin kekurangan nantinya. Pengakuan ibu ini semakin memacu saya untuk merampungkan banyak hal di masa single saya yang tinggal sedikit lagi ini :). Saya ingin ketika memasuki dunia marriage nanti, saya sudah mempunyai modal pondasi iman yang kokoh sehingga saya tidak akan kekurangan berkat rohani yang bernilai kekal yaitu hubungan saya dengan Bapa di Surga.
Yesus telah memberikan teladan tentang kecintaan-Nya akan Firman sejak Ia masih berusia sangat muda. Sebagai anak-anak pilihan-Nya, kita juga harus memanfaatkan masa muda dan single kita untuk bergaul akrab dengan Firman-Nya tanpa mengeluh! (nj@coe).
Selasa malam kemarin adalah hari yang istimewa buat saya. Malam itu saya berkesempatan berkumpul dengan para 'ahli Taurat' di gereja hehehe. Saya menyebut mereka sebagai 'ahli Taurat' karena mereka adalah sekumpulan ibu-ibu dan bapak-bapak yang sudah lama bergabung di tim pendoa syafaat dan merupakan aktivis gereja yang setiap Selasa malam berkumpul untuk mendengarkan pengajaran Firman Tuhan.
Bergabung di komunitas 'paruh baya' ini membuat saya kadang agak jiper. Pada kenyataannya kegiatan semacam Bible Study di gereja saya ini memang lebih banyak dipenuhi oleh kaum ibu-ibu dan bapak-bapak berusia paruh baya. Kelompok youth apalagi remaja, sangat jarang terlihat di kegiatan-kegiatan seperti ini.
Di sesi sharing dari Firman Tuhan yang sudah disampaikan, saya mendapat kelompok yang terdiri dari empat orang wanita termasuk saya. Sebagai anggota kelompok yang paling muda, saya lebih tertarik mendengarkan para ibu-ibu senior itu membagikan pengalaman mereka selama mengikut Tuhan. Jalannya sharing benar-benar menarik perhatian dan memberkati saya.
Ibu-ibu rumah tangga ini ternyata lebih banyak mengalami kesulitan ketika ingin mendalami Firman Tuhan dibandingkan saya yang masih single. Ada yang kerepotan mendalami Firman Tuhan karena disibukkan oleh pekerjaan rumah tangganya seperti mencuci pakaian, memasak, bersih-bersih rumah, dll, ada yang karena kerepotan mengurus anak-anaknya, sampai karena adanya kejenuhan dan masalah pribadi antara suami istri.
Well, saya tersenyum di dalam hati mendengar pengakuan dari mereka ini. Sebagai wanita single, tidak munafik, kadang saya merasa iri dengan keberadaan mereka yang sudah menikah dan berpasangan. Sepertinya kehidupan mereka jauh lebih bahagia dan berwarna dengan adanya suami dan anak-anaknya dibandingkan saya yang masih single.
Seorang ibu yang selama ini saya pandang mempunyai kerohanian yang cukup matang karena beliau pernah menjadi song leader di ibadah kebaktian gereja, membuat pengakuan yang membuat saya terbelalak. Ia bahkan belum pernah sekalipun bisa menyelesaikan pembacaan Alkitab dari Kejadian hingga Wahyu dan merasa kesulitan setiap kali hendak memulainya. Wow, tiba-tiba saya merasa jauh lebih beruntung daripada beliau.
Saat ini usia saya 27 tahun dan saya sedang sibuk menyelesaikan program pembacaan whole Bible saya dan sudah mulai menginjak kitab 2 Tawarikh di bulan ini. Meski awalnya saya merasa agak terlambat memulai bedah Alkitab karena saya baru memulainya di usia sekarang (bandingkan dengan Yesus yang sudah bergaul akrab dengan Firman sejak usia-Nya 12 tahun, Lukas 2:41-52), rupanya saya masih punya lebih banyak kesempatan untuk semakin menstabilkan pondasi rohani saya ke depan.
Kondisi single saya adalah modal utama untuk lebih dekat kepada Yesus dan Firman-Nya! Dibandingkan ibu-ibu rumah tangga yang sudah mempunyai beban pikiran tambahan berupa anak, kebutuhan hidup berumah tangga, dan suaminya tersebut, saya lebih beruntung karena beban saya saat ini hanyalah diri saya saja.
Kondisi single bukanlah kekurangan. Justru single adalah peluang untuk mengenal Firman Tuhan dengan sebaik-baiknya dan kesempatan emas untuk menstabilkan pondasi iman kita kepada-Nya. Jika saat single kita sudah merasa kekurangan, saat berpasanganpun kita akan semakin kekurangan nantinya. Pengakuan ibu ini semakin memacu saya untuk merampungkan banyak hal di masa single saya yang tinggal sedikit lagi ini :). Saya ingin ketika memasuki dunia marriage nanti, saya sudah mempunyai modal pondasi iman yang kokoh sehingga saya tidak akan kekurangan berkat rohani yang bernilai kekal yaitu hubungan saya dengan Bapa di Surga.
Yesus telah memberikan teladan tentang kecintaan-Nya akan Firman sejak Ia masih berusia sangat muda. Sebagai anak-anak pilihan-Nya, kita juga harus memanfaatkan masa muda dan single kita untuk bergaul akrab dengan Firman-Nya tanpa mengeluh! (nj@coe).
No comments:
Post a Comment