Oleh : Angelina Kusuma
Pernahkah anda berpikir, kenapa mukjizat yang terjadi di hidup seseorang terlalu sedikit atau bahkan sama sekali belum pernah terjadi mukjizat dihidupnya?
Apakah itu tanda bahwa Tuhan tidak mengasihinya atau membenci kehidupan orang tersebut?
Di kitab Raja-raja, dikisahkan bahwa ada seorang janda dari salah satu para nabi yang mendatangi Elisa untuk mengadukan masalahnya. Suaminya meninggal dengan mewariskan hutang kepadanya yang sudah jatuh tempo dan para penagih hutang datang untuk menagih pembayaran hutangnya. Ia tidak mempunyai apa-apa dirumahnya selain dari sebuah buli-buli berisi minyak. Dari pembicaraan keduanya, Elisa kemudian menyuruh si janda ini melakukan sesuatu agar terjadi mukjizat dihidupnya.
2 Raja-raja 4:3-4, Lalu berkatalah Elisa: "Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit. Kemudian masuklah, tutuplah pintu sesudah engkau dan anak-anakmu masuk, lalu tuanglah minyak itu ke dalam segala bejana. Mana yang penuh, angkatlah!"
Elisa menyuruh si janda meminta bejana-bejana kosong dari tetangganya namun, "...jangan terlalu sedikit", kata Elisa. Selanjutnya, terjadilah mukjizat ketika janda ini menuangkan buli-buli berisi minyak itu ke dalam bejana-bejana yang sudah diperolehnya. Selama ia menuang, minyak tidak pernah berhenti mengalir dan memenuhi bejana-bejananya. Setelah semua bejana yang dimilikinya penuh, barulah minyak dari buli-buli berhenti mengalir!
2 Raja-raja 4:6, Ketika bejana-bejana itu sudah penuh, berkatalah perempuan itu kepada anaknya: "Dekatkanlah kepadaku sebuah bejana lagi," tetapi jawabnya kepada ibunya: "Tidak ada lagi bejana." Lalu berhentilah minyak itu mengalir.
Dari kisah ini, kita bisa belajar satu hal penting yaitu selain perlu tindakan iman dan penyerahan diri atas masalah kita kepada Tuhan untuk memancing terjadinya mukjizat, mukjizat juga hanya akan berhenti ketika kita 'membatasi/menghentikannya'.
Ketika anak si janda berkata, "Tidak ada lagi bejana", minyak yang awalnya mengalir terus dari buli-buli berhenti dan tidak ada mukjizat yang terjadi lagi. So, apakah benar Tuhan tidak mengasihi atau membenci kehidupan seseorang jika manusia tersebut kekurangan mukjizat? No! Jawabannya, manusialah yang sering kali membatasi/menghentikan Tuhan sehingga Ia tidak bisa membuat atau memperbanyak mukjizat dalam kehidupannya.
Yesus yang sepanjang hidup-Nya di dunia sering mengadakan mukjizat dari satu tempat ke tempat lain, juga terkesan kurang suka mengadakan mukjizat di tanah kelahiran-Nya sendiri di Betlehem. Sebabnya juga bukan karena Ia tidak mampu melakukan mukjizat disana, tapi...lagi-lagi...karena bangsa-Nya sendiri, umat Israel, tidak mempercayai-Nya dengan sepenuh hati bahkan menolak-Nya dari kelahiran sampai pada penyaliban-Nya.
Jika anda merasa bahwa hidup anda terlalu biasa-biasa saja atau kekurangan berkat dan mukjizat disana-sini, jangan buru-buru mengeluh dan memarahi Tuhan. Periksa dulu hidup anda dengan seksama. Mungkin anda sudah membatasi atau bahkan sudah 'melarang' Tuhan agar tidak mengadakan mukjizat-Nya di hidup anda selama ini dengan tidak melibatkan-Nya dalam setiap masalah-masalah anda atau membiarkan Ia duduk di bawah sedangkan anda berada di tahta hidup anda, memerintah Dia.
Tuhan tidak akan pernah pergi dari hidup kita kecuali kita yang pergi meninggalkan-Nya lebih dulu. Mukjizat hanya akan terjadi ketika kita membiarkan kuasa Tuhan mengalir tanpa dibatasi oleh pemikiran dunia kita, bukan Dia yang menghentikannya (nj@coe).
Pernahkah anda berpikir, kenapa mukjizat yang terjadi di hidup seseorang terlalu sedikit atau bahkan sama sekali belum pernah terjadi mukjizat dihidupnya?
Apakah itu tanda bahwa Tuhan tidak mengasihinya atau membenci kehidupan orang tersebut?
Di kitab Raja-raja, dikisahkan bahwa ada seorang janda dari salah satu para nabi yang mendatangi Elisa untuk mengadukan masalahnya. Suaminya meninggal dengan mewariskan hutang kepadanya yang sudah jatuh tempo dan para penagih hutang datang untuk menagih pembayaran hutangnya. Ia tidak mempunyai apa-apa dirumahnya selain dari sebuah buli-buli berisi minyak. Dari pembicaraan keduanya, Elisa kemudian menyuruh si janda ini melakukan sesuatu agar terjadi mukjizat dihidupnya.
2 Raja-raja 4:3-4, Lalu berkatalah Elisa: "Pergilah, mintalah bejana-bejana dari luar, dari pada segala tetanggamu, bejana-bejana kosong, tetapi jangan terlalu sedikit. Kemudian masuklah, tutuplah pintu sesudah engkau dan anak-anakmu masuk, lalu tuanglah minyak itu ke dalam segala bejana. Mana yang penuh, angkatlah!"
Elisa menyuruh si janda meminta bejana-bejana kosong dari tetangganya namun, "...jangan terlalu sedikit", kata Elisa. Selanjutnya, terjadilah mukjizat ketika janda ini menuangkan buli-buli berisi minyak itu ke dalam bejana-bejana yang sudah diperolehnya. Selama ia menuang, minyak tidak pernah berhenti mengalir dan memenuhi bejana-bejananya. Setelah semua bejana yang dimilikinya penuh, barulah minyak dari buli-buli berhenti mengalir!
2 Raja-raja 4:6, Ketika bejana-bejana itu sudah penuh, berkatalah perempuan itu kepada anaknya: "Dekatkanlah kepadaku sebuah bejana lagi," tetapi jawabnya kepada ibunya: "Tidak ada lagi bejana." Lalu berhentilah minyak itu mengalir.
Dari kisah ini, kita bisa belajar satu hal penting yaitu selain perlu tindakan iman dan penyerahan diri atas masalah kita kepada Tuhan untuk memancing terjadinya mukjizat, mukjizat juga hanya akan berhenti ketika kita 'membatasi/menghentikannya'.
Ketika anak si janda berkata, "Tidak ada lagi bejana", minyak yang awalnya mengalir terus dari buli-buli berhenti dan tidak ada mukjizat yang terjadi lagi. So, apakah benar Tuhan tidak mengasihi atau membenci kehidupan seseorang jika manusia tersebut kekurangan mukjizat? No! Jawabannya, manusialah yang sering kali membatasi/menghentikan Tuhan sehingga Ia tidak bisa membuat atau memperbanyak mukjizat dalam kehidupannya.
Yesus yang sepanjang hidup-Nya di dunia sering mengadakan mukjizat dari satu tempat ke tempat lain, juga terkesan kurang suka mengadakan mukjizat di tanah kelahiran-Nya sendiri di Betlehem. Sebabnya juga bukan karena Ia tidak mampu melakukan mukjizat disana, tapi...lagi-lagi...karena bangsa-Nya sendiri, umat Israel, tidak mempercayai-Nya dengan sepenuh hati bahkan menolak-Nya dari kelahiran sampai pada penyaliban-Nya.
Jika anda merasa bahwa hidup anda terlalu biasa-biasa saja atau kekurangan berkat dan mukjizat disana-sini, jangan buru-buru mengeluh dan memarahi Tuhan. Periksa dulu hidup anda dengan seksama. Mungkin anda sudah membatasi atau bahkan sudah 'melarang' Tuhan agar tidak mengadakan mukjizat-Nya di hidup anda selama ini dengan tidak melibatkan-Nya dalam setiap masalah-masalah anda atau membiarkan Ia duduk di bawah sedangkan anda berada di tahta hidup anda, memerintah Dia.
Tuhan tidak akan pernah pergi dari hidup kita kecuali kita yang pergi meninggalkan-Nya lebih dulu. Mukjizat hanya akan terjadi ketika kita membiarkan kuasa Tuhan mengalir tanpa dibatasi oleh pemikiran dunia kita, bukan Dia yang menghentikannya (nj@coe).
No comments:
Post a Comment