Wednesday, July 29, 2009

Mencari Berkat Atau Menjadi Berkat

Oleh : Angelina Kusuma

Yakobus 1:12, Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.

Dalam pandangan saya, beliau adalah sosok seorang ibu yang luar biasa. Di tempat kerja, beliau menjadi sahabat yang baik bagi rekan-rekan sekerjanya, sehingga kehadiran beliau di kantor membuat semua orang bisa bersemangat bekerja. Di rumah, beliau mempunyai hubungan yang harmonis dengan suami dan kedua anaknya. Anak-anak menyebut beliau sebagai seorang ibu yang bijaksana dan suaminya selalu bangga akan ketrampilannya mengelola kehidupan rumah tangga mereka sehari-hari. Di lingkungan sekitar rumah, beliau dikenal sebagai seorang yang cukup ramah dan perduli terhadap kegiatan-kegiatan kewargaan maupun kondisi kehidupan para tetangganya. Di gereja, beliau juga menjadi salah satu aktivis. Pelayanannya banyak memberkati jemaat dan menjadi teladan sebagai seorang ibu yang sukses disegala bidang yang digelutinya.

Ketika saya bertanya apa resepnya sehingga beliau mampu menjadi wanita cakap seperti gambaran yang ada dalam Amsal 31:10-31, beliau menjawabnya dengan sederhana, "Dimanapun, saya selalu menanamkan prinsip pada diri sendiri bahwa saya harus menjadi berkat, bukan mencari berkat." Kata-kata yang diucapkan oleh Ibu Meida, ibu dari sahabat saya Lidya, tiga tahun lalu ketika saya masih tinggal di kota Cilincing ini, saya ingat sampai sekarang. Posisinya sebagai seorang ibu dalam rumah tangga, wanita karier di kantor, tetangga yang baik, dan aktivis di gereja, tidak pernah tertukar tempat. Tingkah lakunya sebagai wanita berkarakter Kristus, muncul secara nyata pada pribadinya setiap saat.

Menjadi berkat atau mencari berkat, pasti pilihan untuk kita semua. Sering kali, kita tidak bisa maksimal menerangi dunia sekitar yang belum mengenal Kristus karena kita lebih tergiur mencari berkat, bukan menjadi berkat untuk orang lain. Saat kita mencari berkat, fokus kita kepada tindakan memuliakan Tuhan akan bergeser. Tapi saat kita memutuskan untuk menjadi berkat, janji Tuhan ya dan amin akan membuat berkat-berkat lain mengejar kita.

Tentunya anda sudah pernah tahu tentang bagaimana proses mendapatkan emas murni. Awal mulanya emas diperoleh dari bongkahan-bongkahan batu mulia yang kemudian dimurnikan dalam serangkaian peleburan dalam perapian berkali-kali. Dari bongkahan batu sampai menjadi perhiasan emas memerlukan waktu yang cukup lama. Orang awam, pastinya tidak akan tertarik membawa bongkahan-bongkahan batu sebagai barang berharga baginya. Namun, jika bongkahan-bongkahan batu mulia tersebut sudah menjadi kalung, gelang, cincin, dan bentuk-bentuk perhiasan emas lainnya, siapa yang tidak mau membawanya pulang dan menyimpannya?

Hidup yang mau menjadi berkat, sama artinya seperti bongkahan-bongkahan batu mulia yang dimurnikan menjadi emas. Serangkaian proses hidup menanti untuk memurnikan jiwa kita sampai akhirnya menjadikan kita sebagai berkat bagi orang lain. Ibu Meida juga memberi kesaksian yang sama kepada saya bahwa kehidupannya sebelum hari ini tidaklah mudah. Beliau harus belajar untuk bersabar, merendahkan diri, mengatur waktu, mendisiplinkan diri, beramah-tamah, dan belajar banyak hal sebelumnya, agar beliau bisa menjadi berkat disemua aspek yang bersinggungan dengannya.

"Saya pernah dicurigai dengan berbagai macam persepsi negatif saat memulai komukasi yang akrab dengan rekan-rekan sekantor. Pernah ditolak oleh tetangga yang hendak saya tolong, karena dipikirnya saya justru ingin mengambil keuntungan dari kondisi kurang baik yang sedang dialaminya. Sering dikritik oleh suami dan anak-anak saya saat kecil ketika saya lebih banyak menghabiskan weekend di gereja dari pada diam di rumah, dan harus mengawali bidang pelayanan mulai dari yang kecil-kecil di gereja seperti penerima tamu atau kolektan sebelum menjadi pendoa syafaat dan worship leader seperti sekarang. Saat melalui proses demi proses pemurnian jiwa itu, saya berkata kepada tubuh saya bahwa saya tidak boleh menyerah, saya harus kuat, dan saya harus belajar lebih baik lagi di dalam Tuhan dari hari ke hari, sampai saya bisa membalik keadaan dan saya menjadi berkat buat semua orang yang pernah berpikiran negatif mengenai saya, orang-orang yang pernah mengkritik tindakan saya, atau yang lain-lainnya. Saya menganggap diri saya seperti murid yang harus menerima pengajaran dari Tuhan dan sesamanya, menyelesaikan ujian-ujian iman yang diberikan kepada saya, dan mampu mencetak prestasi dengan nilai-nilai ujian iman yang terbaik."

Ibu Meida sudah hampir berhasil memenuhi seluruh tujuan hidupnya untuk memuliakan Kristus melalui kehidupannya saat ini, karena beliau memutuskan untuk menjadi berkat lebih dulu. Tidak ada hal yang lebih indah di dunia ini kecuali keberadaan kita diakui 'berguna' untuk semua bidang dan semua orang yang ada di sekitar kita. Jika anda ingin bertumbuh menjadi berkat seperti Ibu Meida dan ribuan orang lain yang telah berhasil menaklukkan kehidupannya, anda juga harus mau menerima proses-proses pemurnian jiwa yang tak mudah seperti yang pernah dialami oleh Ibu Meida atau proses peleburan bongkahan-bongkahan batu mulia sampai menjadi emas murni (nj@coe).



2 comments:

eha said...

Tergelitik dengan kalimat ini

'Sering dikritik oleh suami dan anak-anak saya saat kecil ketika saya lebih banyak menghabiskan weekend di gereja dari pada diam di rumah'

Bagiku, melayani adalah panggilan yang mulia, namun keluarga tidak boleh sampai terabaikan.

Enjie said...

Terkadang seseorang perlu mendisiplinkan diri agar bisa bagi waktu aja antara pelayanan dan keluarga. Ada banyak orang saat pelayanan, keluarganya keteteran atau juga sebaliknya keluarganya baik-baik aja tapi pelayanan nol kosong. Nah, kita perlu menguasai management time agar keduanya berjalan lancar dan sama-sama beriringan. Cuma, untuk ngedapetin itu emang ga mudah jalannya menuju kesana ;)