Bulan lalu, saya bersama salah seorang teman gereja melakukan kunjungan dari satu tempat ke tempat lainnya guna menjenguk para jemaat gereja yang sedang terbaring sakit.
Serve like Jesus |
1. Pak Heri yang sakit kanker prostat
Saya dan Ce Evi tiba di RSUD Ponorogo menjelang pukul 12:00 WIB. Kami bergegas naik ke Ruang Mawar yang ada di lantai 3, tempat Pak Heri sedang dirawat. Saat kaki kami tiba di ruangan tempat Pak Heri terbaring, saya trenyuh dibuatnya. Ruangan itu merupakan ruang rawat inap kelas 3 yang berisi sekitar 8 pasien. Saat jam kunjungan seperti sekarang, suasananya ramai sekali. Setiap pasien sedang dikunjungi oleh sanak-keluarga dan teman-temannya. Tak ada AC, hanya ada 2 kipas angin yang terpasang di langit-langit ruangan dan tempat-tempat tidur sederhana.
"Saya ingin segera pulang ke rumah mbak Angel. Disini nggak enak", kata Pak Heri dengan suara lirih. Huff, saya bisa membayangkan betapa nggak enaknya saat harus terbaring di rumah sakit seperti itu. Selama hidup, saya juga pernah ngamar di RS sampai 3 kali, tapi ketiganya saya menginap di ruang kelas 1 yang ada AC dan TV-nya. Meskipun begitu, saya tidak pernah bisa menikmati masa-masa istirahat saya di RS. Apa enaknya fasilitas lengkap jika tubuh tak sehat?
Pak Heri bercerita bahwa beliau juga terkena gagal ginjal yang mengharuskannya cuci darah 5 hari sekali. "Hanya mukjizat Tuhan yang saya nantikan. Saya ingin sembuh dan ke gereja lagi" Saya hampir saja menangis mendengar kata-katanya. Didera penyakit seperti itupun, masih ada pengharapan ke Tuhan untuk sembuh total. Sebelum saya dan Ce Evi meninggalkan ruangan itu, saya sempat pimpin doa untuk Pak Heri, istri dan anak-anaknya di rumah.
2. Adik Ibu Ruth yang terkena stroke
Dari Ruang Mawar, saya dan Ce Evi turun ke Ruang Aster. Masih di rumah sakit yang sama, kali ini kami menjenguk adik Ibu Ruth yang terkena stroke. Mereka berdua merupakan jemaat baru di gereja dan adik Ibu Ruth ini baru saja bertobat dan mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya. Ruang tempat adik Ibu Ruth terbaring ini berkapasitas 4 orang, lebih tenang dibandingkan ruang tempat Pak Heri dirawat. Adik ibu Ruth terlihat gelisah dalam tidurnya dan karena beliau sering bergerak kesana-kemari, diujung selang infusnya sampai ada bercak-bercak darah.
"Tolong doakan adik saya, dia ketakutan. Katanya dia sering dengar suara-suara aneh kalo tidur"
Saya dan Ce Evi meninggalkan RSUD Ponorogo setelah selesai berdoa untuk kesembuhan adiknya Ibu Ruth.
3. Mbah Ri yang sakit tua
Akhirnya kami tiba di kost Mbah Ri dari RSUD Ponorogo. Ah, saya terharu ketika melihat keadaan Mbah Ri. Beliau hanya tinggal disebuah kamar kost yang sempit sekali. Kondisi kamarnya agak kotor, hanya ada satu tempat tidur, kipas angin kecil, radio tua dan beberapa gelas dan piring yang belum dicuci. Mbah Ri ini usianya sekitar 78 tahun. Beliau tidak diterima lagi oleh anak dan keluarganya sejak mengikut Yesus. Bisa dikatakan, beliau dibuang keluarganya karena iman dan kepercayaannya kepada Tuhan yang baru.
"Mbah wis ora iso mlaku nduk, neng kamar mandi ae dhek wingi mbrangkang" (Mbah sudah tidak bisa berjalan nak, ke kamar mandi saja kemarin merangkak). OMG, saya dan Ce Evi saling berpandangan satu sama lain sambil menahan gejolak di dada huhuhu. Saya membantu Mbah Ri menemukan obat-obatan yang harus diminumnya setelah itu kami bertiga berdoa bersama-sama.
"Matur suwun yo nduk. Gusti Yesus sing mbales" (Terima kasih ya nak. Tuhan Yesus yang membalas). Mbah Ri mengusap air mata yang mengalir di pipi keriputnya setelah kami selesai berdoa. Hmm, suatu teladan iman yang layak ditiru. Tua, sakit-sakitan, hidup sebatang kara, dibuang keluarga hanya karena percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat...tapi meski diuji demikian, Mbah Ri tetap tegar menghadapi dihidupnya.
Matius 25:35-36, 40, "Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku...Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku"
Tak perlu Sekolah Alkitab dulu untuk memulai sebuah pelayanan. Yang kamu perlukan hanyalah hati yang mau mengasihi dan rela untuk melayani. Saat kamu memberikan hati, pikiran dan seluruh hidupmu untuk Yesus, Dia akan menunjukkan kepadamu orang-orang untuk dilayani.
Saya pulang dari acara kunjungan orang-orang sakit kali ini dengan spirit yang baru. Tuhan tidak pernah berjanji bahwa jalan hidup kita akan selalu rata. Tapi Dia berjanji bahwa penyertaan-Nya sempurna setiap saat. Masing-masing kita pasti punya salib yang harus dipikul. Tuhan nggak suruh kamu selalu menang dalam segala hal. Dia cuma pengen kamu nggak nyerah dalam ujian-ujianmu aja. Yah! Semangat, kalo kita diberikan ujian oleh Tuhan, artinya kita layak naik ke level yang lebih tinggi. Praise The Lord.
No comments:
Post a Comment