Oleh : Angelina Kusuma
Dua orang Kristen yang baik, belum tentu menjamin bahwa keduanya bisa menjadi pasangan hidup yang sepadan selamanya. Begitu pula hubungan lawan jenis yang terlihat begitu cocok, belum tentu akan menjadikan keduanya sebagai pasangan yang serasi di masa depan.
Siang itu Rie bercerita kepada saya mengenai hubungannya dengan seorang pria Kristen yang disukainya. "Saya berkenalan dengannya di Persekutuan Doa kampus saat masih sama-sama kuliah di universitas. Mulanya saya tidak begitu respek dengan keberadaannya karena memang ia bukanlah tipe pria idaman saya. Lambat laun dengan berjalannya hubungan pertemanan kami yang bertambah erat dari hari ke hari, akhirnya saya menyadari bahwa saya mulai tertarik dengannya. Hal ini juga didukung oleh adanya tiga tanda yang saya minta dari Tuhan untuk meneguhkan bahwa ia adalah calon pasangan hidup saya yang benar. Tanda pertama saya dapat ketika saya berdoa kepada Tuhan untuk melihat calon pasangan hidup saya di acara perayaan Natal Persekutuan Doa kampus. Saat itu, tiba-tiba ia terlihat berjalan mengarah ke kursi di belakang saya dan membuat hati saya berbisik, "He is the answer for your prayed." Tanda pertama ini membuat saya sedikit bimbang dan bertanya-tanya dalam hati, "Apakah benar dia orangnya?"
Kurang puas dengan tanda pertama, keesokan harinya saya kembali berdoa meminta tanda kedua di gereja mengenai keberadaan pria ini sebagai calon pasangan hidup saya. Kalau memang benar ia adalah orangnya, saya meminta Tuhan mempertemukan kami di gereja tersebut. Ajaib, tanda kedua juga terpenuhi. Ketika saya berjalan pulang ke kos-kosan bersama teman, saya melihatnya juga keluar dari gereja yang sama dalam waktu yang hampir bersamaan dan kami pulang dengan menggunakan mobil angkutan yang sama. Saat itu, hati saya mulai risau. Betapa tidak? Saya tahu betul bahwa pria ini sebenarnya tidak bergereja di aliran gereja yang kami datangi pagi itu. Lagi pula, selama setahun bergereja disana saya sama sekali tidak pernah melihatnya di antara jemaat yang ada. Setelah tanda pertama dan kedua berhasil diwujudkan oleh pria ini, saya pun meminta tanda yang ketiga. Tanda ini benar-benar saya minta khusus untuk dia dengan segala kemustahilan yang ada di otak saya. Saat itu saya berada di sebuah KKR di Persekutuan Doa kampus di mana saya berperan sebagai salah satu konselor. Pria tersebut sudah lulus dari kampus dan di wisuda beberapa minggu sebelumnya. Meminta Tuhan menghadirkannya dalam acara KKR ini saya rasa adalah sebuah tanda yang mustahil terwujud. Tetapi herannya, kembali saya mendapati pria tersebut hadir di acara KKR dan akhirnya kami juga bertemu. Ketiga tanda yang saya terima itu hampir membuat saya yakin bahwa memang pria inilah yang ditetapkan Tuhan sebagai pasangan hidup saya.
Setelah itu, meski ia bekerja di luar kota dan saya masih kuliah di kampus yang dulu, ia rutin menghubungi saya dengan berbagai alasan. Dan sebuah moment dimana ia menelepon saya menjelang ujian skripsi waktu ia ada di luar negeri, benar-benar membuat saya sudah merasa bahwa kami pasti diciptakan untuk hidup bersama suatu saat nanti meski ia belum pernah sekalipun berkata bahwa ia mencintai saya. Segalanya berubah ketika saya bekerja di kota yang sama dengannya. Hubungan kami yang manis dan bayangan kesempatan untuk hidup bersamanya tiba-tiba hancur berkeping-keping. Kami tidak bisa bertemu meski berada dalam satu kota yang hanya terpisah beberapa kilometer. Komunikasi kami melalui HP dan e-mail mulai melontarkan kata-kata ketus yang saling menyakiti dan memaksa hubungan kami merenggang dengan sendirinya. Sampai akhirnya ketegangan kami itu berakhir dengan sebuah sakit di hati saya. Saya selalu bertanya-tanya kepada Tuhan, kenapa Ia memberikan saya tanda-tanda yang bisa diadakan oleh pria itu dan kemudian memisahkan kami sebelum bersatu?"
Hal senada dengan Rie juga pernah diceritakan oleh Tia kepada saya mengenai hubungannya dengan seorang pria Kristen yang pada awalnya juga disertai tanda-tanda ajaib yang dimintanya dari Tuhan. "Kami satu angkatan di kampus dan bertemu lagi setelah lulus di sebuah perusahaan yang sama. Ketika di kantor yang sama, kami sering bekerja dalam satu tim. Karena saya bekerja lebih dulu daripada dia di kantor tersebut, akhirnya sayalah yang mengajarinya mengenai segala sesuatu tentang tugas-tugas kantor. Dari seringnya kami berinteraksi melalui pekerjaan, lama kelamaan kedekatan kami mulai terjalin lebih intim. Saya mulai tertarik kepadanya sebagai seorang wanita kepada pria, bukan lagi kepada sekedar sahabat biasa. Didukung dengan pendapat beberapa teman di kampus yang juga melihat bahwa ia bisa menjadi pasangan yang ideal untuk saya, saya pun mulai membawa hubungan kami kepada Tuhan.
Tidak ada lagi rahasia di antara kami berdua. Ia share kepada saya mengenai kehidupannya tanpa terkecuali. Hingga suatu saat, ketika saya ditugaskan ke luar negeri hubungan kami mulai merenggang. Saya merasa bahwa ia mulai berubah. Saya tidak tahu apa yang dialaminya selama kami lost contact beberapa waktu. Ia seperti menghindari saya. Ketika saya kembali ke Indonesia dan bekerja di kantor yang sama dengannya, barulah saya tahu bahwa ia hendak resign dari kantor kami. Sebuah kejadian yang membuat saya bersedih, bukan saja karena ia istimewa buat saya tetapi karena saya tahu cerita tersebut dari teman sekerja kami yang lainnya.
Tidak tenang dengan hubungan kami yang semakin memburuk, akhirnya saya berdoa meminta tanda kepada Tuhan, "Jika memang ia calon pasangan hidup saya, saya minta ia menghubungi saya malam ini juga. Saya tidak akan tenang jika tidak tahu duduk persoalan kenapa ia harus pindah dari kantor sebelum ia yang menjelaskannya sendiri." Beberapa menit setelah saya menutup doa, sebuah telepon masuk dari pria tersebut. Saat itu saya pikir tanda tersebut akan membuat hubungan kami membaik. Tetapi ternyata kami tetap menjadi dua orang 'seperti' asing yang saling ketus, cek cok disana-sini, dan yang jelas hati saya juga sakit. Akhirnya, ia tetap keluar dari kantor kami dan bekerja di perusahaan lain, sedangkan saya kembali menerima tugas kerja ke luar negeri seperti sebelumnya. Hubungan kami...sampai sekarang masih dingin..."
Agak berbeda dengan Rie dan Tia, dua orang yang berhasil menjalin relationship sesuai dengan tanda-tanda dari Tuhan tetapi berakhir sebelum ke pelaminan juga dialami oleh Lusi dan Vee.
Kisah Lusi, "Ketika bergumul tentang pasangan hidup, tante saya diberikan sebuah penglihatan terlebih dulu oleh Tuhan mengenai seorang pria yang akan menjadi calon pacar saya. Tante menceritakan penglihatannya itu kepada Ibu saya, bahwa ia melihat pria yang bermain alat musik drum di gereja dimana kami sedang mengikuti ibadah saat itu akan menjadi pacar saya nantinya. Mulanya, Ibu saya tidak percaya akan penglihatan tante saya. Tetapi yang terjadi memang demikian halnya. Akhirnya saya berkenalan dengan pria tersebut, saling jatuh cinta, dan kemudian kami berpacaran tepat seperti penglihatan yang diterima oleh tante saya sebelumnya.
Saat berpacaran saya tidak mempunyai firasat bahwa kami akan berpisah sebelum menikah suatu saat nanti. Saya yakin bahwa kami akan selamanya berpasangan karena bagi saya sebuah penglihatan dari Tuhan yang ditaruh atas tante saya bukanlah sebuah tanda yang main-main. Saya dan pacar saya memang sempat hampir melewati batas-batas berpacaran meskipun tidak sampai terjadi ML. Sejak saat itu tiba-tiba hubungan kami pun memburuk. Ada banyak hal yang membuat saya dan pacar saya bentrok dan akhirnya kami memutuskan berpisah secara baik-baik.
Saya tidak pernah menceritakan kesalahan saya dan pacar saya saat berpacaran kepada siapapun. Tetapi setelah berpisah dengannya, kembali tante saya bilang bahwa ia sempat mendapat penglihatan apa saja yang sudah saya lakukan bersama pacar saya dan karena itulah Tuhan memisahkan kami. Saya sangat terpukul dengan retaknya hubungan relationship yang pernah saya bina itu. Tetapi setelah menyadari bahwa satu-satunya alasan kenapa kami berpisah juga karena kehendak Tuhan yang tidak ingin masa depan kami lebih hancur dari sekarang, akhirnya berangsur-angsur saya bisa memulihkan diri."
Kisah Vee, "Sejak pertama kali bertemu dengannya saya sudah merasa cocok. Ia seorang pria yang takut akan Tuhan, menyukai seni seperti saya, dan kami bisa nyambung saat berbicara. Selama setahun ia rutin menghubungi saya, baik via chatting online maupun telpon. Lama-kelamaan kedekatan kami mulai mengarah serius. Dari kakak rohani dan teman-teman rohani yang saya curhati mengenai hubungan kami, semuanya setuju jika kami menjalin relationship. Bahkan kedua orang tua saya dan orang tuanya juga begitu antusias ketika akhirnya kami benar-benar berpacaran.
Sign from God? Tidak perlu ditanya lagi berapa banyak yang sudah saya dapat. Setiap kali berdoa kepada Tuhan untuk pria ini, jawaban yang saya terima selalu penuh dengan damai sejahtera. Merasa bahwa tidak ada tanda bahaya dari pihak manapun, kami akhirnya menjalani relationship dengan iman. Tetapi menjelang tahun kedua hubungan kami, mulai terasa gangguan-gangguan didalamnya. Perselisihan demi perselisihan sering terjadi dan saya merasakan bahwa kami tidak lagi sejalan dalam hal prinsip dan rohani yang sama hingga akhirnya kamipun memutuskan untuk menjalani kembali hidup masing-masing tanpa pacaran."
Rie, Tia, Lusi, dan Vee adalah contoh dari beberapa wanita yang harus mengalami keretakan relationship sebelum berhasil melenggang ke pernikahan. Kisah relationship mereka bukannya melanggar kekudusan dari Tuhan pada awalnya. Tanda-tanda dan penglihatan khusus yang menyatakan bahwa pria yang mereka sukai adalah calon pasangan mereka begitu nyata seolah-olah Tuhan akan berkehendak 100% atas hubungan mereka nantinya. Tetapi kenapa akhirnya hubungan yang 'diperkenan' Tuhan dengan disertai berbagai tanda ajaib tersebut akhirnya juga dipisahkan oleh-Nya sebelum menjadi lebih abadi dalam biduk rumah tangga. Apakah Tuhan telah salah memberikan tanda-tanda kepada mereka?
Meminta tanda dari Tuhan untuk sebuah hubungan sebenarnya tidak salah. Hanya saja, kita harus sadar bahwa saat kita sedang jatuh cinta, keinginan diri kita bisa menggeser posisi dan kekuasaan Tuhan yang seharusnya menjadi yang terutama. Tanda-tanda sekecil atau sesederhana apapun, bisa menjadi penuntun seseorang bertemu dengan calon pasangan hidupnya jika ia menggunakan hikmat (tidak asal meminta tanda).
Kisah Ishak dan Ribka sering dijadikan teladan bagi para single Kristen yang ingin mencari calon pasangan hidupnya. Dalam kisah mereka, hamba Abraham yang diutus mencari calon istri bagi Ishak oleh Abraham meminta beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh wanita yang akan dimintanya sebagai calon istri bagi putra tuannya itu.
Kejadian 24:12-14
24:12 Lalu berkatalah ia: "TUHAN, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham.
24:13 Di sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air.
24:14 Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum--dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu."
Hamba Abraham tidak sembarangan meminta tanda saat berdoa kepada Tuhan. Ia meminta tanda dengan penuh hikmat. "...anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air", bisa diartikan bahwa anak-anak perempuan yang mau keluar menimba air adalah seorang wanita bertipe pekerja keras. "...anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah...", bisa diartikan bahwa wanita yang mau memberikan minum kepada orang asing seperti hamba Abraham saat itu pastilah wanita yang penuh kasih sayang dan baik hati. "...dan unta-untamu juga akan kuberi minum...", artinya wanita yang juga bersedia bersusah payah memberi minum kepada unta-unta milik orang asing pasti seorang wanita yang rajin dan ringan tangan.
Banyak orang Kristen terjebak dalam tanda atau nubuatan calon pasangan hidup yang merasa telah ia terima karena salah tangkap! Tidak semua tanda dan nubuatan yang kita minta kepada-Nya itu benar-benar murni hasil dari pikiran kita yang berhikmat. Sering kali yang terjadi, tanda dan nubuatan yang kita terima itu hanya berasal dari keinginan daging kita yang sudah terkontaminasi keinginan untuk memiliki seorang pria atau wanita yang menarik bagi kita.
Hubungan pria, wanita, dan Tuhan dalam relationship maupun pernikahan seperti sebuah segitiga sama kaki. Tuhan sebagai pemrakarsa hubungan tersebut berada di puncak segitiga, sedangkan kaki-kaki sisi kanan dan kiri diduduki oleh pria dan wanita. Semakin sepadan dan seimbang kedudukan pria dan wanita di dalam segitiga tersebut, menandakan bahwa hubungan masing-masing individu ke Tuhan semakin baik. Ketika salah satu kaki segitiga tak lagi sepadan dengan kaki segitiga yang lainnya, kesenjangan hubungan di antara ketiganya mulai terbentuk. Entah yang terjadi adalah bermasalahnya hubungan pria dengan Tuhannya atau hubungan wanita dengan Tuhannya.
Kasus Rie, Tia, Lusi, dan Vee, pada mulanya tentu dikehendaki terjadi oleh Tuhan karena kesepadanan mereka dengan calon pasangan mereka ada. Tetapi ketika hubungan segitiga yang terjadi kemudian mulai membuat sudut yang tak lagi sama, maka Tuhan bisa bertindak untuk menceraikan mereka sebelum terlanjur naik ke pernikahan kudus untuk menyelamatkan pribadi-pribadi yang dikasihi-Nya sebelum tersakiti lebih jauh.
Jika anda merasa menerima tanda-tanda atau nubuatan saat dalam masa penjajakan dengan seorang pria atau wanita, ujilah semuanya itu dengan hikmat. Yang bisa kita klaim sebagai pasangan hidup yang benar bukanlah pacar atau tunangan kita sekalipun. Pasangan hidup hanya bisa kita sematkan kepada dia yang sudah menjadi suami atau istri kita dalam pernikahan kudus! Hubungan pacaran dan pertunangan bisa diceraikan oleh Tuhan jika keduanya menjadi tidak sepadan satu sama lain, tetapi untuk pernikahan kudus Kristiani tidak akan bisa diceraikan oleh siapapun kecuali oleh kematian karena Tuhan kita yang disebut Yesus, tidak pernah menghendaki perceraian pada pernikahan umat-Nya (nj@coe).
Dua orang Kristen yang baik, belum tentu menjamin bahwa keduanya bisa menjadi pasangan hidup yang sepadan selamanya. Begitu pula hubungan lawan jenis yang terlihat begitu cocok, belum tentu akan menjadikan keduanya sebagai pasangan yang serasi di masa depan.
Siang itu Rie bercerita kepada saya mengenai hubungannya dengan seorang pria Kristen yang disukainya. "Saya berkenalan dengannya di Persekutuan Doa kampus saat masih sama-sama kuliah di universitas. Mulanya saya tidak begitu respek dengan keberadaannya karena memang ia bukanlah tipe pria idaman saya. Lambat laun dengan berjalannya hubungan pertemanan kami yang bertambah erat dari hari ke hari, akhirnya saya menyadari bahwa saya mulai tertarik dengannya. Hal ini juga didukung oleh adanya tiga tanda yang saya minta dari Tuhan untuk meneguhkan bahwa ia adalah calon pasangan hidup saya yang benar. Tanda pertama saya dapat ketika saya berdoa kepada Tuhan untuk melihat calon pasangan hidup saya di acara perayaan Natal Persekutuan Doa kampus. Saat itu, tiba-tiba ia terlihat berjalan mengarah ke kursi di belakang saya dan membuat hati saya berbisik, "He is the answer for your prayed." Tanda pertama ini membuat saya sedikit bimbang dan bertanya-tanya dalam hati, "Apakah benar dia orangnya?"
Kurang puas dengan tanda pertama, keesokan harinya saya kembali berdoa meminta tanda kedua di gereja mengenai keberadaan pria ini sebagai calon pasangan hidup saya. Kalau memang benar ia adalah orangnya, saya meminta Tuhan mempertemukan kami di gereja tersebut. Ajaib, tanda kedua juga terpenuhi. Ketika saya berjalan pulang ke kos-kosan bersama teman, saya melihatnya juga keluar dari gereja yang sama dalam waktu yang hampir bersamaan dan kami pulang dengan menggunakan mobil angkutan yang sama. Saat itu, hati saya mulai risau. Betapa tidak? Saya tahu betul bahwa pria ini sebenarnya tidak bergereja di aliran gereja yang kami datangi pagi itu. Lagi pula, selama setahun bergereja disana saya sama sekali tidak pernah melihatnya di antara jemaat yang ada. Setelah tanda pertama dan kedua berhasil diwujudkan oleh pria ini, saya pun meminta tanda yang ketiga. Tanda ini benar-benar saya minta khusus untuk dia dengan segala kemustahilan yang ada di otak saya. Saat itu saya berada di sebuah KKR di Persekutuan Doa kampus di mana saya berperan sebagai salah satu konselor. Pria tersebut sudah lulus dari kampus dan di wisuda beberapa minggu sebelumnya. Meminta Tuhan menghadirkannya dalam acara KKR ini saya rasa adalah sebuah tanda yang mustahil terwujud. Tetapi herannya, kembali saya mendapati pria tersebut hadir di acara KKR dan akhirnya kami juga bertemu. Ketiga tanda yang saya terima itu hampir membuat saya yakin bahwa memang pria inilah yang ditetapkan Tuhan sebagai pasangan hidup saya.
Setelah itu, meski ia bekerja di luar kota dan saya masih kuliah di kampus yang dulu, ia rutin menghubungi saya dengan berbagai alasan. Dan sebuah moment dimana ia menelepon saya menjelang ujian skripsi waktu ia ada di luar negeri, benar-benar membuat saya sudah merasa bahwa kami pasti diciptakan untuk hidup bersama suatu saat nanti meski ia belum pernah sekalipun berkata bahwa ia mencintai saya. Segalanya berubah ketika saya bekerja di kota yang sama dengannya. Hubungan kami yang manis dan bayangan kesempatan untuk hidup bersamanya tiba-tiba hancur berkeping-keping. Kami tidak bisa bertemu meski berada dalam satu kota yang hanya terpisah beberapa kilometer. Komunikasi kami melalui HP dan e-mail mulai melontarkan kata-kata ketus yang saling menyakiti dan memaksa hubungan kami merenggang dengan sendirinya. Sampai akhirnya ketegangan kami itu berakhir dengan sebuah sakit di hati saya. Saya selalu bertanya-tanya kepada Tuhan, kenapa Ia memberikan saya tanda-tanda yang bisa diadakan oleh pria itu dan kemudian memisahkan kami sebelum bersatu?"
Hal senada dengan Rie juga pernah diceritakan oleh Tia kepada saya mengenai hubungannya dengan seorang pria Kristen yang pada awalnya juga disertai tanda-tanda ajaib yang dimintanya dari Tuhan. "Kami satu angkatan di kampus dan bertemu lagi setelah lulus di sebuah perusahaan yang sama. Ketika di kantor yang sama, kami sering bekerja dalam satu tim. Karena saya bekerja lebih dulu daripada dia di kantor tersebut, akhirnya sayalah yang mengajarinya mengenai segala sesuatu tentang tugas-tugas kantor. Dari seringnya kami berinteraksi melalui pekerjaan, lama kelamaan kedekatan kami mulai terjalin lebih intim. Saya mulai tertarik kepadanya sebagai seorang wanita kepada pria, bukan lagi kepada sekedar sahabat biasa. Didukung dengan pendapat beberapa teman di kampus yang juga melihat bahwa ia bisa menjadi pasangan yang ideal untuk saya, saya pun mulai membawa hubungan kami kepada Tuhan.
Tidak ada lagi rahasia di antara kami berdua. Ia share kepada saya mengenai kehidupannya tanpa terkecuali. Hingga suatu saat, ketika saya ditugaskan ke luar negeri hubungan kami mulai merenggang. Saya merasa bahwa ia mulai berubah. Saya tidak tahu apa yang dialaminya selama kami lost contact beberapa waktu. Ia seperti menghindari saya. Ketika saya kembali ke Indonesia dan bekerja di kantor yang sama dengannya, barulah saya tahu bahwa ia hendak resign dari kantor kami. Sebuah kejadian yang membuat saya bersedih, bukan saja karena ia istimewa buat saya tetapi karena saya tahu cerita tersebut dari teman sekerja kami yang lainnya.
Tidak tenang dengan hubungan kami yang semakin memburuk, akhirnya saya berdoa meminta tanda kepada Tuhan, "Jika memang ia calon pasangan hidup saya, saya minta ia menghubungi saya malam ini juga. Saya tidak akan tenang jika tidak tahu duduk persoalan kenapa ia harus pindah dari kantor sebelum ia yang menjelaskannya sendiri." Beberapa menit setelah saya menutup doa, sebuah telepon masuk dari pria tersebut. Saat itu saya pikir tanda tersebut akan membuat hubungan kami membaik. Tetapi ternyata kami tetap menjadi dua orang 'seperti' asing yang saling ketus, cek cok disana-sini, dan yang jelas hati saya juga sakit. Akhirnya, ia tetap keluar dari kantor kami dan bekerja di perusahaan lain, sedangkan saya kembali menerima tugas kerja ke luar negeri seperti sebelumnya. Hubungan kami...sampai sekarang masih dingin..."
Agak berbeda dengan Rie dan Tia, dua orang yang berhasil menjalin relationship sesuai dengan tanda-tanda dari Tuhan tetapi berakhir sebelum ke pelaminan juga dialami oleh Lusi dan Vee.
Kisah Lusi, "Ketika bergumul tentang pasangan hidup, tante saya diberikan sebuah penglihatan terlebih dulu oleh Tuhan mengenai seorang pria yang akan menjadi calon pacar saya. Tante menceritakan penglihatannya itu kepada Ibu saya, bahwa ia melihat pria yang bermain alat musik drum di gereja dimana kami sedang mengikuti ibadah saat itu akan menjadi pacar saya nantinya. Mulanya, Ibu saya tidak percaya akan penglihatan tante saya. Tetapi yang terjadi memang demikian halnya. Akhirnya saya berkenalan dengan pria tersebut, saling jatuh cinta, dan kemudian kami berpacaran tepat seperti penglihatan yang diterima oleh tante saya sebelumnya.
Saat berpacaran saya tidak mempunyai firasat bahwa kami akan berpisah sebelum menikah suatu saat nanti. Saya yakin bahwa kami akan selamanya berpasangan karena bagi saya sebuah penglihatan dari Tuhan yang ditaruh atas tante saya bukanlah sebuah tanda yang main-main. Saya dan pacar saya memang sempat hampir melewati batas-batas berpacaran meskipun tidak sampai terjadi ML. Sejak saat itu tiba-tiba hubungan kami pun memburuk. Ada banyak hal yang membuat saya dan pacar saya bentrok dan akhirnya kami memutuskan berpisah secara baik-baik.
Saya tidak pernah menceritakan kesalahan saya dan pacar saya saat berpacaran kepada siapapun. Tetapi setelah berpisah dengannya, kembali tante saya bilang bahwa ia sempat mendapat penglihatan apa saja yang sudah saya lakukan bersama pacar saya dan karena itulah Tuhan memisahkan kami. Saya sangat terpukul dengan retaknya hubungan relationship yang pernah saya bina itu. Tetapi setelah menyadari bahwa satu-satunya alasan kenapa kami berpisah juga karena kehendak Tuhan yang tidak ingin masa depan kami lebih hancur dari sekarang, akhirnya berangsur-angsur saya bisa memulihkan diri."
Kisah Vee, "Sejak pertama kali bertemu dengannya saya sudah merasa cocok. Ia seorang pria yang takut akan Tuhan, menyukai seni seperti saya, dan kami bisa nyambung saat berbicara. Selama setahun ia rutin menghubungi saya, baik via chatting online maupun telpon. Lama-kelamaan kedekatan kami mulai mengarah serius. Dari kakak rohani dan teman-teman rohani yang saya curhati mengenai hubungan kami, semuanya setuju jika kami menjalin relationship. Bahkan kedua orang tua saya dan orang tuanya juga begitu antusias ketika akhirnya kami benar-benar berpacaran.
Sign from God? Tidak perlu ditanya lagi berapa banyak yang sudah saya dapat. Setiap kali berdoa kepada Tuhan untuk pria ini, jawaban yang saya terima selalu penuh dengan damai sejahtera. Merasa bahwa tidak ada tanda bahaya dari pihak manapun, kami akhirnya menjalani relationship dengan iman. Tetapi menjelang tahun kedua hubungan kami, mulai terasa gangguan-gangguan didalamnya. Perselisihan demi perselisihan sering terjadi dan saya merasakan bahwa kami tidak lagi sejalan dalam hal prinsip dan rohani yang sama hingga akhirnya kamipun memutuskan untuk menjalani kembali hidup masing-masing tanpa pacaran."
Rie, Tia, Lusi, dan Vee adalah contoh dari beberapa wanita yang harus mengalami keretakan relationship sebelum berhasil melenggang ke pernikahan. Kisah relationship mereka bukannya melanggar kekudusan dari Tuhan pada awalnya. Tanda-tanda dan penglihatan khusus yang menyatakan bahwa pria yang mereka sukai adalah calon pasangan mereka begitu nyata seolah-olah Tuhan akan berkehendak 100% atas hubungan mereka nantinya. Tetapi kenapa akhirnya hubungan yang 'diperkenan' Tuhan dengan disertai berbagai tanda ajaib tersebut akhirnya juga dipisahkan oleh-Nya sebelum menjadi lebih abadi dalam biduk rumah tangga. Apakah Tuhan telah salah memberikan tanda-tanda kepada mereka?
Meminta tanda dari Tuhan untuk sebuah hubungan sebenarnya tidak salah. Hanya saja, kita harus sadar bahwa saat kita sedang jatuh cinta, keinginan diri kita bisa menggeser posisi dan kekuasaan Tuhan yang seharusnya menjadi yang terutama. Tanda-tanda sekecil atau sesederhana apapun, bisa menjadi penuntun seseorang bertemu dengan calon pasangan hidupnya jika ia menggunakan hikmat (tidak asal meminta tanda).
Kisah Ishak dan Ribka sering dijadikan teladan bagi para single Kristen yang ingin mencari calon pasangan hidupnya. Dalam kisah mereka, hamba Abraham yang diutus mencari calon istri bagi Ishak oleh Abraham meminta beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh wanita yang akan dimintanya sebagai calon istri bagi putra tuannya itu.
Kejadian 24:12-14
24:12 Lalu berkatalah ia: "TUHAN, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham.
24:13 Di sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air.
24:14 Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum--dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu."
Hamba Abraham tidak sembarangan meminta tanda saat berdoa kepada Tuhan. Ia meminta tanda dengan penuh hikmat. "...anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air", bisa diartikan bahwa anak-anak perempuan yang mau keluar menimba air adalah seorang wanita bertipe pekerja keras. "...anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah...", bisa diartikan bahwa wanita yang mau memberikan minum kepada orang asing seperti hamba Abraham saat itu pastilah wanita yang penuh kasih sayang dan baik hati. "...dan unta-untamu juga akan kuberi minum...", artinya wanita yang juga bersedia bersusah payah memberi minum kepada unta-unta milik orang asing pasti seorang wanita yang rajin dan ringan tangan.
Banyak orang Kristen terjebak dalam tanda atau nubuatan calon pasangan hidup yang merasa telah ia terima karena salah tangkap! Tidak semua tanda dan nubuatan yang kita minta kepada-Nya itu benar-benar murni hasil dari pikiran kita yang berhikmat. Sering kali yang terjadi, tanda dan nubuatan yang kita terima itu hanya berasal dari keinginan daging kita yang sudah terkontaminasi keinginan untuk memiliki seorang pria atau wanita yang menarik bagi kita.
Hubungan pria, wanita, dan Tuhan dalam relationship maupun pernikahan seperti sebuah segitiga sama kaki. Tuhan sebagai pemrakarsa hubungan tersebut berada di puncak segitiga, sedangkan kaki-kaki sisi kanan dan kiri diduduki oleh pria dan wanita. Semakin sepadan dan seimbang kedudukan pria dan wanita di dalam segitiga tersebut, menandakan bahwa hubungan masing-masing individu ke Tuhan semakin baik. Ketika salah satu kaki segitiga tak lagi sepadan dengan kaki segitiga yang lainnya, kesenjangan hubungan di antara ketiganya mulai terbentuk. Entah yang terjadi adalah bermasalahnya hubungan pria dengan Tuhannya atau hubungan wanita dengan Tuhannya.
Kasus Rie, Tia, Lusi, dan Vee, pada mulanya tentu dikehendaki terjadi oleh Tuhan karena kesepadanan mereka dengan calon pasangan mereka ada. Tetapi ketika hubungan segitiga yang terjadi kemudian mulai membuat sudut yang tak lagi sama, maka Tuhan bisa bertindak untuk menceraikan mereka sebelum terlanjur naik ke pernikahan kudus untuk menyelamatkan pribadi-pribadi yang dikasihi-Nya sebelum tersakiti lebih jauh.
Jika anda merasa menerima tanda-tanda atau nubuatan saat dalam masa penjajakan dengan seorang pria atau wanita, ujilah semuanya itu dengan hikmat. Yang bisa kita klaim sebagai pasangan hidup yang benar bukanlah pacar atau tunangan kita sekalipun. Pasangan hidup hanya bisa kita sematkan kepada dia yang sudah menjadi suami atau istri kita dalam pernikahan kudus! Hubungan pacaran dan pertunangan bisa diceraikan oleh Tuhan jika keduanya menjadi tidak sepadan satu sama lain, tetapi untuk pernikahan kudus Kristiani tidak akan bisa diceraikan oleh siapapun kecuali oleh kematian karena Tuhan kita yang disebut Yesus, tidak pernah menghendaki perceraian pada pernikahan umat-Nya (nj@coe).
1 comment:
nice post
Post a Comment