Oleh : Angelina Kusuma
"Ah, aku sudah terlalu tua untuk memperdalam musik. Yang muda-muda aja deh", kalimat ini sempat saya dengar dari seorang Bapak-bapak yang ditawari melayani di bagian departemen musik gerejanya. Bapak-bapak ini memang bisa sedikit bermain alat musik gitar meski tidak semua kord gitar beliau kuasai dengan baik. Dengan berdalih bahwa usianya yang telah menginjak 45 tahun itu sudah terlalu tua untuk memperdalam permainan alat-alat musik, sepertinya beliau telah melontarkan alasan yang masuk akal. Tapi sebenarnya, bukankah beliau sedang membatasi dirinya untuk berkembang lebih dihidupnya?
Terkadang tanpa sadar, kita sendirilah yang membatasi diri menjadi yang terbaik di dunia ini. Karena alasan usia, kesibukan, jarak, dan lain-lain, kita sering menolak untuk belajar tentang sesuatu. Yang membuat manusia enggan belajar, salah satunya karena faktor proses yang selalu memakan waktu. Kebanyakan orang, ketakutan kehilangan waktu berharga mereka karena berpikir sempit!
Sempit? Yah, itulah yang akan saya katakan mengenai orang-orang yang malas mempelajari sesuatu karena alasan takut kehilangan waktu-waktu berharganya. Tidak ada yang sia-sia dalam proses belajar. Dan meskipun kita tidak menjadi juara pertama di bidang yang kita pelajari tersebut, paling tidak hal itu akan menambah warna tersendiri di hidup kita.
Sejak kecil saya termasuk orang yang aktif. Selalu ada hal-hal baru yang ingin saya pelajari dan tidak pernah membiarkan waktu saya berlalu hanya karena ia disebut 'terlalu berharga'. Justru karena waktu saya di dunia ini sangat berharga, maka saya memilih untuk mengisi hari-hari saya itu dengan segudang kegiatan dan hal-hal menarik/hal-hal baru yang perlu dipelajari.
Saya belum pernah menjadi yang terbaik di semua bidang yang pernah saya pelajari. Saya belum menjadi song leader tetap meski saya bisa menyanyi. Saya belum menjadi dancer meski saya bisa menari. Saya belum bisa menjadi anggota inti di tim bola basket meski saya bisa bermain basket. Saya belum menjadi the best writer meski saya bisa menulis. Saya belum bisa menjadi fotografer handal meski saya bisa memotret. Dan saya belum bisa menjadi koki hebat meski saya bisa memasak. Biarpun demikian, saya masih terus memperdalam ilmu-ilmu saya di bidang-bidang tersebut dan tidak akan pernah menutup pintu terhadap peluang-peluang lain yang perlu dipelajari seperti design grafis, bermain musik, melukis, atau lain-lainnya yang mungkin saja peluangnya mendatangi saya suatu ketika nanti.
Mungkin ada beberapa orang yang akan mengata-ngatai saya demikian, "Buat apa repot-repot mempelajari banyak hal? Toh, nanti juga tidak akan terpakai semua dengan maksimal?"
Eits, itu kan kata orang...tapi tidak buat saya! hehehe.
Bagi saya, setiap hari di hidup kita adalah proses pembelajaran. Tidak ada kesia-siaan dengan hasil apapun yang kita peroleh dari belajar meski tidak menempatkan kita dijajaran top scorer or the best. Justru dengan semakin banyak kita tahu dan merambah ke segala bidang, kita akan menjadi semakin dewasa dan bijaksana dengan sendirinya. Karena tidak semua bidang itu mudah dipelajari dan perlu perjuangan untuk mengendalikan diri atau banyak bersabar untuk mendapatkan ilmunya.
Talenta tak hanya diberikan secara cuma-cuma oleh Tuhan kepada kita, tapi juga karena kita berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya.
Lukas 19:24-26, Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina. Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.
Di perumpamaan talenta yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya di Lukas 19:12-27, dikisahkan mengenai seorang bangsawan yang memberikan sepuluh mina kepada sepuluh hambanya untuk berdagang. Setelah penobatannya sebagai raja, maka hamba-hambanya tersebut dipanggil kembali menghadap kepadanya untuk memberi pertanggung-jawaban atas apa yang telah mereka perbuat terhadap uang yang dititipkan kepada mereka.
Hamba pertama menghasilkan sepuluh mina (Lukas 19:16), hamba kedua menghasilkan lima mina (Lukas 19:18), tapi hamba ketiga tidak menghasilkan mina lain kecuali satu mina yang mula-mula diberikan oleh rajanya itu (Lukas 19:20). Akibat karena hamba ketiga ini tidak menjalankan mina yang telah diberikan oleh rajanya untuk menghasilkan laba, maka seperti yang ditulis oleh Lukas 19:24-26, minanya itu diberikan kepada hamba lain yang berhasil menjalankan mina rajanya hingga menjadi sepuluh mina.
Jika kita tidak mengasah talenta-talenta yang Tuhan berikan kepada kita, kita juga bisa bernasip sama seperti hamba ketiga dalam perumpamaan tentang talenta yang diajarkan oleh Yesus ini. Sebaliknya, jika kita didapati-Nya setia menjalankan talenta-talenta kita bahkan sanggup menghasilkan lebih dari yang Ia inginkan, tidak tertutup kemungkinan Ia akan memberikan talenta-talenta lain kepada kita yang jauh lebih besar.
Maximized yourself by learning and doing. Tidak pernah terlambat untuk belajar hal-hal baru dan memperdalam ilmu-ilmu yang kita punyai meski kadarnya masih dibawah standar rata-rata. Jadikan hidup anda sebagai petualangan seru yang harus anda nikmati setiap harinya. Menjadi manusia multi talent selalu lebih menarik daripada hidup terus dalam bayang-bayang keterbatasan yang kita buat sendiri dalam pikiran (nj@coe).
"Ah, aku sudah terlalu tua untuk memperdalam musik. Yang muda-muda aja deh", kalimat ini sempat saya dengar dari seorang Bapak-bapak yang ditawari melayani di bagian departemen musik gerejanya. Bapak-bapak ini memang bisa sedikit bermain alat musik gitar meski tidak semua kord gitar beliau kuasai dengan baik. Dengan berdalih bahwa usianya yang telah menginjak 45 tahun itu sudah terlalu tua untuk memperdalam permainan alat-alat musik, sepertinya beliau telah melontarkan alasan yang masuk akal. Tapi sebenarnya, bukankah beliau sedang membatasi dirinya untuk berkembang lebih dihidupnya?
Terkadang tanpa sadar, kita sendirilah yang membatasi diri menjadi yang terbaik di dunia ini. Karena alasan usia, kesibukan, jarak, dan lain-lain, kita sering menolak untuk belajar tentang sesuatu. Yang membuat manusia enggan belajar, salah satunya karena faktor proses yang selalu memakan waktu. Kebanyakan orang, ketakutan kehilangan waktu berharga mereka karena berpikir sempit!
Sempit? Yah, itulah yang akan saya katakan mengenai orang-orang yang malas mempelajari sesuatu karena alasan takut kehilangan waktu-waktu berharganya. Tidak ada yang sia-sia dalam proses belajar. Dan meskipun kita tidak menjadi juara pertama di bidang yang kita pelajari tersebut, paling tidak hal itu akan menambah warna tersendiri di hidup kita.
Sejak kecil saya termasuk orang yang aktif. Selalu ada hal-hal baru yang ingin saya pelajari dan tidak pernah membiarkan waktu saya berlalu hanya karena ia disebut 'terlalu berharga'. Justru karena waktu saya di dunia ini sangat berharga, maka saya memilih untuk mengisi hari-hari saya itu dengan segudang kegiatan dan hal-hal menarik/hal-hal baru yang perlu dipelajari.
Saya belum pernah menjadi yang terbaik di semua bidang yang pernah saya pelajari. Saya belum menjadi song leader tetap meski saya bisa menyanyi. Saya belum menjadi dancer meski saya bisa menari. Saya belum bisa menjadi anggota inti di tim bola basket meski saya bisa bermain basket. Saya belum menjadi the best writer meski saya bisa menulis. Saya belum bisa menjadi fotografer handal meski saya bisa memotret. Dan saya belum bisa menjadi koki hebat meski saya bisa memasak. Biarpun demikian, saya masih terus memperdalam ilmu-ilmu saya di bidang-bidang tersebut dan tidak akan pernah menutup pintu terhadap peluang-peluang lain yang perlu dipelajari seperti design grafis, bermain musik, melukis, atau lain-lainnya yang mungkin saja peluangnya mendatangi saya suatu ketika nanti.
Mungkin ada beberapa orang yang akan mengata-ngatai saya demikian, "Buat apa repot-repot mempelajari banyak hal? Toh, nanti juga tidak akan terpakai semua dengan maksimal?"
Eits, itu kan kata orang...tapi tidak buat saya! hehehe.
Bagi saya, setiap hari di hidup kita adalah proses pembelajaran. Tidak ada kesia-siaan dengan hasil apapun yang kita peroleh dari belajar meski tidak menempatkan kita dijajaran top scorer or the best. Justru dengan semakin banyak kita tahu dan merambah ke segala bidang, kita akan menjadi semakin dewasa dan bijaksana dengan sendirinya. Karena tidak semua bidang itu mudah dipelajari dan perlu perjuangan untuk mengendalikan diri atau banyak bersabar untuk mendapatkan ilmunya.
Talenta tak hanya diberikan secara cuma-cuma oleh Tuhan kepada kita, tapi juga karena kita berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya.
Lukas 19:24-26, Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina. Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.
Di perumpamaan talenta yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya di Lukas 19:12-27, dikisahkan mengenai seorang bangsawan yang memberikan sepuluh mina kepada sepuluh hambanya untuk berdagang. Setelah penobatannya sebagai raja, maka hamba-hambanya tersebut dipanggil kembali menghadap kepadanya untuk memberi pertanggung-jawaban atas apa yang telah mereka perbuat terhadap uang yang dititipkan kepada mereka.
Hamba pertama menghasilkan sepuluh mina (Lukas 19:16), hamba kedua menghasilkan lima mina (Lukas 19:18), tapi hamba ketiga tidak menghasilkan mina lain kecuali satu mina yang mula-mula diberikan oleh rajanya itu (Lukas 19:20). Akibat karena hamba ketiga ini tidak menjalankan mina yang telah diberikan oleh rajanya untuk menghasilkan laba, maka seperti yang ditulis oleh Lukas 19:24-26, minanya itu diberikan kepada hamba lain yang berhasil menjalankan mina rajanya hingga menjadi sepuluh mina.
Jika kita tidak mengasah talenta-talenta yang Tuhan berikan kepada kita, kita juga bisa bernasip sama seperti hamba ketiga dalam perumpamaan tentang talenta yang diajarkan oleh Yesus ini. Sebaliknya, jika kita didapati-Nya setia menjalankan talenta-talenta kita bahkan sanggup menghasilkan lebih dari yang Ia inginkan, tidak tertutup kemungkinan Ia akan memberikan talenta-talenta lain kepada kita yang jauh lebih besar.
Maximized yourself by learning and doing. Tidak pernah terlambat untuk belajar hal-hal baru dan memperdalam ilmu-ilmu yang kita punyai meski kadarnya masih dibawah standar rata-rata. Jadikan hidup anda sebagai petualangan seru yang harus anda nikmati setiap harinya. Menjadi manusia multi talent selalu lebih menarik daripada hidup terus dalam bayang-bayang keterbatasan yang kita buat sendiri dalam pikiran (nj@coe).
2 comments:
How bout focus, to do something with his age? :D
Do de best in everything aje bro :)) hahaha
Post a Comment