Oleh : Angelina Kusuma
Minggu sore menjelang pukul lima, seperti biasa saya bersiap-siap pergi ke gereja untuk mengikut Ibadah Raya. Saya mengenakan baju serapi mungkin, menyisir rambut dikepang satu ke belakang, memakai parfum pewangi, mengambil tas, mengambil Alkitab, kemudian brum, dengan mengendarai sebuah sepeda motor saya akhirnya pergi ke gereja. Waktu dalam perjalanan, sebenarnya saya merasa ada sesuatu yang terlewat saya kerjakan tadi.
Saya berpikir dan terus mengingat-ingat, "Apa ya kira-kira yang terlupakan ?" Uang persembahan sudah, Alkitab sudah, kunci rumah sudah. "Apakah saya lupa berdoa sebelum pergi dari rumah ?" Tetapi seingat saya juga sudah berdoa. Lalu, apakah bagian yang terlupa dikerjakan itu ?
Masih dengan sedikit gamang, akhirnya saya menepi juga ke lapangan parkir gereja. Selesai mengunci sepeda motor, saya kemudian berjalan menuju pintu gerbang gereja. Didepan pintu gerbang gereja, tiba-tiba kepala saya menunduk. Melihat ke bawah. Ops, saya terkejut ketika menyadari bahwa 'F4 ijo' saya nangkring ditelapak kaki. Pantas, dari tadi saya merasa ada sesuatu yang terlewat saya kerjakan sebelumnya. Ternyata, sore ini saya pergi ke gereja dengan mengenakan 'F4 ijo'. Alias sandal jepit saya, warna hijau yang ada gambarnya F4 pemain sinema Asia Meteor Garden.
Dengan reflek saya membalikan badan saya ingin pulang kembali ke rumah. Tetapi kelakuan saya itu ketahuan oleh para penerima tamu wanita yang ada dipintu gereja. Kontan saja para penerima tamu gereja tersebut tertawa begitu melihat penampakan aneh saya sore itu. Baju atasan hitam, celana panjang hitam, tetapi telapak kaki berhiaskan sandal jepit dengan warna hijau yang begitu mencolok dibandingkan warna-warna sebelumnya.
"Udah masuk aja, Ngel. Nggak ada yang bakalan lihat kok. Lagian kan emang nggak sengaja." Hibur Ci Novi yang akhirnya membuat saya masuk ke gereja juga. Untung ibadahnya belum dimulai. Jadi yang hadir di gereja saat itu baru para pelayan ibadah sore yang sedang khusyuk mengikuti doa pelayan mimbar.
Dengan sok cuek saya masuk ke gereja sambil berfikir. Kenapa tadi saya tidak peka sama sekali dengan bisikan-bisikan yang bersliweran ditelinga saya bahwa ada sesuatu yang lupa saya kerjakan ?. Saya mengambil tempat dideretan kursi nomor empat, paling pojok sebelah kiri dekat tembok - padahal biasanya saya selalu duduk dikursi jemaat barisan depan.
Selesai doa penutup pelayan mimbar diucapkan, para pelayan ibadah kemudian bersiap-siap mengambil posisi masing-masing. Pemain musik, pemimpim pujian, penyanyi latar, bersiap dimimbar dan juga pengatur sound system dibagian belakang deretan kursi jemaat. Tanpa saya duga, tiba-tiba Ibu Gembala melihat ke arah saya duduk.
“Gawat nie”, pikir saya. Jika Ibu Gembala tiba-tiba mengarahkan pandangannya kepada saya seperti itu, biasanya ada sesuatu yang harus saya kerjakan selama ibadah berlangsung. Jika tidak disuruh mengedarkan kantung kolekte, biasanya disuruh mengoperasikan komputer gereja untuk memutar slide presentasi lagu ke LCD proyektor.
Nah, benar saja. Beliau memberi tanda agar saya maju ke tempat komputer gereja berada dengan jari telunjuknya. Berhubung komputer itu letaknya persis didepan bangku jemaat, otomatis akan terlihat semua apa saja yang dikerjakan oleh seorang operator komputer tersebut. Bayangkan jika jemaat gereja tahu ada pelayan ibadah sore yang memakai sandal jepit ?
Di gereja saya yang ini lumayan tertib aturannya. Semua pelayan gereja selalu diwajibkan memakai baju yang sopan - tertutup dan tidak mengundang hal yang macam-macam bagi yang melihatnya, ditambah harus memakai dasi bagi kaum pria dan sepatu. Bagaimana jika saya maju ke depan bangku jemaat dengan memakai sandal jepit ? Meskipun pelayanan didepan komputer gereja adalah sebuah pelayanan yang tidak sevital pemimpin pujian, penyanyi latar, atau pengkotbah – tanggung jawabnya, tetapi tetap saja seorang pemegang komputer dan LCD proyektor juga harus memperhatikan aturan itu - ini adalah salah satu peraturan pelayan mimbar yang baku di gereja saya. Aturan ini hanya berubah sedikit di Ibadah Kaum Muda-nya. Di Ibadah Kaum Muda, semua pelayan ibadah diperbolehkan memakai kaos oblong khas remaja dan pemuda. Tujuannya agar mereka bisa dekat dengan komunitas yang dilayani. Tetapi di Ibadah Raya aturan ini sama sekali tidak boleh dilanggar dengan toleransi seperti apa pun juga.
Akhirnya saya memberi tanda 'tidak mau' kepada Ibu Gembala dengan silangan tangan-tangan saya didepan dada dari tempat duduk sebagai jawaban atas permintaan Beliau sebelumnya. Beruntung Ci Novi sudah mengetahui keadaan saya yang hanya memakai sandal jepit sore itu. Begitu dilihatnya Ibu Gembala hendak menyuruh saya maju ke depan meja komputer gereja, ia langsung menghampiri Ibu Gembala kemudian berbisik ditelinga Beliau. Hasilnya, Ibu Gembala melihat kembali ke arah saya kemudian tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Diawal-awal ibadah berlangsung, saya sulit berkonsentrasi. Pikiran saya antara geli bercampur dengan jengkel. Saya teringat dengan kisah lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana didalam Alkitab menjelang perjamuan kawin - Matius 25:1-13. Sore itu rasanya saya termasuk dalam kategori salah satu dari lima gadis bodoh yang lupa membawa minyak persediaan untuk pelitanya sehingga membuat mereka ditolak masuk ke perjamuan kawin.
Hanya gara-gara sandal jepit - 'F4 ijo' - saya batal menjadi salah satu pelayan di Ibadah Raya gereja. Masih ditambah rasa malu lagi.
Matius 25:12-13, Tetapi Ia menjawab: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."
Jelas sekali Yesus berkata bahwa kita harus berjaga-jaga ! Tidak ada seorangpun didunia ini yang tahu kapan waktunya Kerajaan Sorga akan tiba. Karena itulah kita semua harus berjaga-jaga, siap sedia setiap saat.
”Be 100 %, biar ga kecolongan”. Intinya kita tidak boleh kehilangan fokus kita kepada Dia sedikitpun, kapanpun dan dimanapun. Kita harus benar-benar siap sedia 100 %. Tidak boleh 99,9 %, apalagi dibawah itu.
Memang, begitu banyak persoalan. Banyak masalah yang harus dihadapi oleh manusia didunia saat ini. Bencana di Indonesia sekarang sambung menyambung tidak ada habis-habisnya. Jika kita tidak kuat iman, Iblis selalu mengangakan mulutnya untuk membuat kita jatuh ke lubang dosa.
I Petrus 5:8, Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu si iblis berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
Untuk menjadi 100 % terkadang kita harus melatih diri terlebih dahulu melalui hal-hal yang sepele. Dalam hal terkecil sekalipun, Roh Kudus yang berdiam dalam hati kita tidak bisu. Ia selalu memberikan kita suatu sinyal ketika kita melakukan tindakan yang kurang tepat.
Contohnya seperti saya. Sandal jepit adalah perkara kecil. Tetapi seingat saya dengan sadar, mulai dari saat kaki saya melangkah keluar pintu rumah sampai didepan pintu gerbang gereja, hati saya selalu gelisah. Pastinya saat itu Roh Kudus sedang mengingatkan kepada saya, jika saya tidak sedang memakai sepatu dan nantinya digereja saya akan ditunjuk untuk mengoperasikan LCD proyektor dan komputer gereja. Sayangnya, saya tidak peka-peka juga dari awal sampai akhir.
Jika kita tidak peka terus-menerus terhadap peringatan-Nya, apakah Roh Kudus akan diam dan membiarkan kita begitu saja ? Tidak sama sekali !
Kepala saya tiba-tiba menunduk tepat didepan gerbang gereja, baru setelah itu saya menyadari bahwa saat itu saya sedang memakai 'F4 ijo'.
Saya membayangkannya seperti ini : sepanjang perjalanan selama lima belas menit diatas sepeda motor sebelumnya, Roh Kudus pasti jengkel karena saya tidak mengindahkan peringatan-Nya dan tidak sadar-sadar juga jika saat itu saya pergi ke gereja hanya memakai sandal jepit. Makanya sebelum saya benar-benar masuk ke gereja, Ia menundukkan kepala saya tepat didepan pintu gerbang gereja agar saya bisa melihat fokus yang ingin Ia ingatkan dari tadi dengan jelas.
Itulah Roh Kudus kita. Ia tidak hanya mengingatkan hal-hal yang besar kepada kita tetapi juga mengingatkan hal yang sekecil-kecilnya. Kerajaan Surga berbicara mengenai hal yang kudus dan tidak bercela sedikitpun. Yang membuat kita sadar atau tidak dengan tuntunan Roh Kudus dalam hidup kita hanya terletak pada mau atau tidaknya kita mengasah kepekaan hati kita untuk menikmati keberadaan-Nya dan mendengarkan suara-Nya saat menuntun kita.
Yohanes 16:13-15, Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.
No comments:
Post a Comment