Oleh : Angelina Kusuma
Sebelumnya saya tidak pernah mengerti apa alasannya ketika ada seseorang yang bilang kepada saya bahwa sebaiknya prialah yang memegang kendali terlebih dahulu dalam sebuah relationship, termasuk didalamnya hal memberi ketegasan soal komitmen hubungan. Saya pikir alasannya hanya sekedar bahwa kita berada di negara Indonesia yang sarat dengan budaya ketimuran. Yang konon katanya kurang sopan jika seorang wanita terlebih dulu mengatakan, "Saya mencintai kamu" kepada seorang pria yang disukainya.
Jauh sebelum manusia merencanakan seorang pasangan hidup bagi dirinya, Tuhan sudah merencanakannya terlebih dulu
Kejadian 2:18, TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
Kejadian 2:20, Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.
Inisiatif pertama tentang hubungan pria dan wanita ada di tangan Allah. Sebelum manusia merencanakan bahwa dia membutuhkan seorang penolong dalam hidupnya, Allah sudah mengetahui soal ketimpangan manusia jika ia sendirian.
Saat sedang bergumul tentang pasangan hidup, libatkanlah Allah secara aktif. Ia yang merencanakan terlebih dahulu dan pastinya Dialah yang terlebih tahu juga, mana yang terbaik untuk anda dan saya. Manusia mana yang cocok dengan kita dan sanggup menjadi penolong yang sepadan dan seimbang untuk kita.
Mengapa harus pria yang membuat komitmen terlebih dulu ?
Hubungan relationship pria dan wanita itu seperti hubungan Kristus dengan jemaat-Nya. Otoritas tertinggi jemaat ada pada Kristus. Demikian juga otoritas sebuah hubungan relationship yang sehat juga harus ada pada seorang pria. Pria yang harusnya memegang kendali, sebagai nahkoda yang akan membawa ke arah mana hubungan pria dan wanita yang sudah terjalin dalam persahabatan sebelumnya itu dilanjutkan.
Kenapa saya mengatakan berawal dari persahabatan terlebih dahulu ? Karena saya sama sekali tidak percaya dengan yang namanya cinta instan. Ada orang yang mengatakan bahwa cinta pada pandangan pertama itu ada. Tetapi bagi saya pribadi, setelah kejadian kita terpesona dengan mr. or miss charming dalam sebuah pandangan atau pertemuan pertama, maka waktulah yang akan menjawab apakah perasaan cinta yang timbul itu akan terus berlanjut atau hanya mampir sesaat itu saja. Jadi yang logis adalah saat kita melihat bahwa seseorang itu cukup baik dan kita mulai bertahap menyukainya dari sekedar seorang sahabat kemudian ke jenjang yang lebih serius lagi yaitu cinta kasih antara pria dan wanita secara dewasa dalam relationship sampai ke jenjang pernikahan.
Kejadian 2:24, Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
Pada awal mula Kitab Kejadian ditulis, itu adalah dasar bagaimana seluruh kontrol dunia ini harus berjalan sebagaimana semestinya. Allah menciptakan seorang Hawa untuk Adam itu ada alasannya. Dan kenapa bukan Hawa yang diciptakan terlebih dahulu oleh Allah kemudian baru Adam, itu juga ada alasannya. Dan Allah tidak mungkin salah menempatkan segala sesuatu di dunia ini.
Kejadian 1:26-27, Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
1 Korintus 11:8-9, Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki.
1 Korintus 14:34, Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat.
Adam adalah cerminan citra Allah yang kuat dan berkuasa untuk mengusahakan dunia yang telah dibentuk oleh-Nya sebelumnya. Sedangkan Hawa diciptakan oleh Allah kemudian, untuk mendampingi Adam. Lebih tepatnya melakukan segala sesuatu yang Adam tidak bisa melakukannya sendiri. Itulah alasan kenapa Hawa dijadikan setelah Adam dan bukan sebaliknya Hawa duluan baru kemudian Adam.
Intinya : Allah menciptakan Adam – pria - terlebih dahulu untuk menyatakan maksud-Nya bahwa ia harus mengatur dan memberi pimpinan kepada Hawa – wanita - dan keluarganya nanti. Hawa – wanita - diciptakan setelah Adam – pria - direncanakan sebagai pendamping dan penolong dalam memenuhi kehendak Allah bagi kehidupan mereka, bukan untuk menggantikan posisi Adam.
Jadi jelas, apa alasan harus pria dulu yang mengambil inisiatif dan memegang kendali dalam sebuah relationship pria dan wanita.
Jika si pria tidak mampu melakukan perannya dengan benar dalam relationship dan mengambil ketegasan dalam hubungan tersebut, bagaimana bisa ia menjadi seorang kepala keluarga secara utuh, yang harus memimpin si wanita dan keluarganya dalam hidup selanjutnya dalam pernikahan ?
No comments:
Post a Comment