Oleh : Angelina Kusuma
Minggu lalu, saya tertarik untuk mengangkat sebuah topik mengenai kriteria pasangan hidup yang diharapkan oleh peserta diskusi sebuah forum online via blog. Mengesankan, dalam tempo sehari, topik tersebut di-reply sebanyak 47 kali dan diakses sebanyak 201 kali oleh 123 member yang tergabung di host blog - tidak termasuk orang-orang yang tidak tergabung melalui host blog atau yang menemukan topik ini langsung melalui mesin pencari data online di internet. Padahal, topik mengenai kriteria pasangan hidup termasuk sering diangkat di forum online via blog ini. Tetapi responnya, tidak pernah sepi peminat. Kesimpulan saya, cinta dan pertanyaan mengenai seputar pasangan hidup memang merupakan satu topik yang tidak akan pernah usang dimakan waktu.
Jawaban yang beragam mengenai kriteria pasangan hidup saya terima dari member yang me-reply pertanyaan saya. Ada jawaban kriteria yang membuat saya mengangguk-angguk setuju, tersenyum, tertawa geli, sampai jawaban kriteria-kriteria yang mengarah kepada advise - biasanya diberikan oleh mereka yang sudah mengalami pernikahan itu sendiri.
Kenapa kita perlu menetapkan kriteria pasangan hidup ?
Bagi saya, kasih adalah sebuah ujian yang rumit bagi manusia. Ketika seorang manusia jatuh cinta kepada manusia yang lain, sebenarnya ia sedang digiring ke tes psikologinya Tuhan. Disana ada golakan antara nafsu duniawi dan rohani, ada gesekan-gesekan hubungan manusia secara vertikal dan horisontal, dan juga ujian kepekaan membedakan antara suara Roh Kudus dan bisikan Iblis.
Banyak orang Kristen yang menganggap bahwa membahas tentang kasih atau love itu tidaklah sepenting membahas tentang ayat-ayat Alkitab atau doktrin Alkitabiah tertentu. Tetapi bagi saya, pembahasan tentang kasih seharusnya tidak menjadi topik anak tiri kita sebagai pengikut Kristus karena tiga alasan penting, yaitu :
1. Kasih tidak akan pernah berkesudahan
1 Korintus 13:8, Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
2. Allah adalah contoh nyata dari kasih itu sendiri.
1 Yohanes 4:16, Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
3. Kejatuhan manusia terhadap dosa yang paling banyak didunia adalah diarea love.
Banyak kesaksian yang saya dengar tentang kejatuhan manusia terhadap dosa hanya karena mempunyai akar pahit akibat cinta yang salah. Dan sering kali saya menyaksikan banyak kompromi dengan falsafah dunia yang telah dilakukan oleh anak-anak Tuhan ketika mereka mengalami jatuh cinta kepada manusia yang lain.
Ya, akar dari kehidupan ini sebenarnya adalah kasih. Jika seseorang gagal mendapatkan kasih yang sejati atau terbelenggu dalam cinta nafsu – eross - maka Iblislah yang akan menang dihidupnya. Iblis dipatahkan kuasanya oleh Allah melalui kasih pengorbanan Yesus diatas kayu salib. Itulah sebabnya, saat ini Iblispun giat menghancurkan anak-anak Tuhan melalui area love yang mereka miliki. Karena jika area tersebut kuat, hubungan manusia dengan Allah akan sulit dihancurkan oleh Iblis.
Cinta adalah dasar sebuah keluarga. Dan keluarga adalah rencana penggenapan Allah untuk menunaikan tugas mulia-Nya didunia ini.
Kejadian 1:27-28, Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Karena pentingnya arti keluarga dimata Allah, itulah alasan kenapa kita harus berhati-hati ketika sedang berada diarea love. Menetapkan kriteria tertentu sebagai pedoman dalam memilih pasangan hidup tidaklah salah. Asal, kita menetapkan kriteria tersebut berdasarkan pedoman yang Tuhan mau dan bukan berdasarkan nafsu kita sendiri. Kriteria pasangan hidup seperti sebuah kompas atau peta yang akan menunjukkan kita arah yang benar dalam mencari pasangan hidup yang sesungguhnya.
Kriteria utama pasangan hidup yang benar
[Kriteria Pertama] Visi dan misi yang saling melengkapi didalam Yesus
Cukupkah dengan kriteria pasangan hidup yang seagama bagi kita ? Saya akan menjawab, tidak. Saya pernah berjalan seiring dengan seorang pria Kristen yang sudah lahir baru dan juga taat kepada Tuhan. Saya kira saya telah menemukan seorang pria yang tepat untuk menjadi pendamping hidup saya karena dalam kriteria pasangan hidup saya saat itu, urutan pertama ia haruslah sesama anak Tuhan. Tetapi kenyataannya, ternyata visi dan misi hidup kami didalam Tuhan tidaklah saling mendukung. Meskipun kami sama-sama menyembah Tuhan yang sama, bentrokan dalam hal arah hidup dan yang terpenting dalam hidup kami akhirnya menyudahi hubungan tersebut.
Jika anda menetapkan bahwa kriteria pertama pasangan hidup anda nantinya adalah beragama Kristen dan percaya kepada Yesus Kristus Tuhan, itu adalah satu hal yang benar. Tetapi itu saja belum cukup untuk membuat anda berdua bisa berjalan bersama dalam memenuhi panggilan Tuhan dalam pernikahan. Visi dan misi yang saling mendukung juga sangat diperlukan untuk menyatukan langkah yang sama.
Saya pernah mendengar pengakuan dari seorang wanita yang bercerita bahwa ia tidak bisa menjelaskan masa lalunya kepada kekasihnya karena alasan tertentu. Dan saya juga pernah mendengar pengakuan dari seorang pria yang sudah berstatus suami, tetapi tidak bisa mengatakan ketakutan-ketakutan dalam hidupnya kepada istrinya karena tidak ingin melukai perasaan istri dan keluarganya.
Apakah hubungan kedua contoh diatas sehat ? Baik dalam area relationship maupun area pernikahan, keterbukaan antar pasangan adalah kunci utama untuk membentuk hubungan yang sehat dan saling menguatkan. Bagaimana pasangan kita bisa membantu kita mengatasi kelemahan-kelemahan kita jika ia tidak tahu apa yang menjadi ketakutan-ketakutan kita dalam hidup ini ? Bagaimana kita benar-benar menjadi satu, jika visi dan misi hidup kita tidak jelas satu sama lain ? Bisa jadi apa yang menjadi ketakutan kita adalah sebuah pantangan bagi pasangan kita bukan ? Makanya, sebelum melangkah bersama-sama dalam sebuah pernikahan, ada baiknya jika saat kita menjalin relationship dengan orang lain, kita juga mulai membentuk visi dan misi hidup yang sama berlandaskan keterbukaan rohani yang saling membangun dan mengisi.
1 Korintus 1:10, Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.
[Kriteria Kedua] Pasangan kita adalah seseorang yang mampu memperlakukan kita sebagaimana mestinya
Saya tidak sedang berbicara tentang seorang pria atau wanita yang pandai merayu pasangannya atau memberikan perhatian lebih kepada pasangannya dengan intensitas kehadirannya setiap saat, berbagai macam hadiah, atau selalu bertutur kata yang sopan dan manis kepada pasangannya. Yang saya maksud disini adalah seseorang yang memahami betul perbedaan antara pria dan wanita sehingga mampu memposisikan dirinya dengan tepat bagi pasangannya.
• Pria adalah pemimpin, wanita adalah pendamping
Sehebat apapun seorang wanita, kedudukannya dalam relationship dan pernikahan adalah sebagai penolong pria dan bukan pengganti pria untuk memimpinnya. Meskipun dalam hubungan tersebut tingkat kerohanian si wanita lebih tinggi daripada pria, tetap saja ia harus tunduk kepada pria dan memberi dorongan kepada pria tersebut agar mencapai posisinya sebagai kepala keluarganya seperti Kristus bagi anak-anak-Nya.
• Pria memandang segala sesuatu secara keseluruhan, wanita memperhatikan detail
Jika dalam sebuah hubungan tidak ada kesadaran akan perbedaan cara pria dan wanita dalam memandang satu masalah, maka bersiaplah untuk melalui hubungan tersebut dengan percekcokan setiap saat. Pria mempunyai pandangan besar atas setiap masalah yang dihadapinya. Sebaliknya, wanita lebih menaruh perhatian pada detail-detail kecil yang terlewat oleh pandangan pria dan menempatkan gambaran besar masalah diakhir penglihatannya.
• Pria dan mata, wanita dan telinga
Poin ini juga mengarah pada perbedaan kekurangan pria dan wanita secara keseluruhan. Mata pria mudah tergoda oleh hal-hal yang menurutnya indah dan layak untuk dinikmati. Sedangkan telinga wanita mudah tergoda oleh hal-hal yang menurutnya enak didengar dan layak dimasukkan ke dalam hati.
Tentu, tidak akan ada malaikat sempurna didunia ini. Yang ada adalah hubungan manusia yang saling melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing. Memahami perbedaan-perbedaan yang ada diantara kita dan pasangan kita, akan membantu kita agar bisa memperlakukan mereka sesuai dengan posisi mereka yang semestinya dihadapan manusia lain dan Allah sendiri.
Kejadian 2:22-24, Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
Efesus 5:22-27, Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan. karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
[Kriteria Ketiga] Bisa mencintai keluarga kita apa adanya
Jika kita mencintai seorang manusia didunia ini, maka kita juga harus bersiap untuk mencintai keluarganya. Hal ini adalah dua hal yang tidak bisa dilepaskan. Jika seseorang bisa mencintai pria maupun wanita secara pribadi tetapi tidak bisa mencintai keluarganya, itu adalah sesuatu yang harus diberi tanda 'hati-hati'.
Keluarga adalah sarana seorang pribadi manusia terlahir ke dunia ini. Seburuk apapun keadaan didalam keluarga, tali kekeluargaan tidak bisa diputuskan begitu saja. Dan jika seseorang hanya bisa menerima pribadi yang dicintainya tetapi tidak bisa mencintai keluarganya sekaligus, maka hubungan yang terjalin kemungkinan besar akan berada dalam kisaran nafsu dan bukan dalam rencana Allah untuk menggenapi Firman-Nya.
Dalam Keluaran 20:12 jelas dikatakan mengenai salah satu dari 10 perintah Tuhan pertama kepada bangsa Israel yang diwahyukan melalui hamba-Nya Musa berisi, Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu. Inilah arti penting restu keluarga dalam sebuah hubungan relationship maupun pernikahan. Keluarga adalah otoritas pertama yang diberikan oleh Allah agar kita belajar taat, menghormati dan tunduk dalam hubungan kasih kita dengan manusia lain didunia ini.
Bagaimana cara mendapatkan pasangan hidup yang benar ?
Akhir-akhir ini saya diingatkan oleh Tuhan kembali mengenai tiga hal : doa - iman - mukjizat dalam setiap tindakan saya. Hal inilah juga yang Tuhan inginkan ketika kita sedang bergumul tentang pasangan hidup. Sadarkan kita bahwa terkadang sering kali kita membalik ketiga cara diatas. Tidak lagi sebagai doa - iman - mukjizat tetapi mukjizat - doa - iman.
Ketika saya mengenal seorang pria yang baik menurut saya, terkadang saya langsung menandai pribadinya kemudian menggumulinya dalam doa-doa saya sambil menanti-nanti sebuah tanda yang akan diberikan oleh Tuhan bahwa pria tersebut adalah calon pasangan hidup saya yang benar. Tetapi ketika saya ditegur Tuhan bahwa cara saya terbalik, barulah saya tersadar.
Sering kali kita melakukan hal tersebut bukan ? Kita membiarkan mata kita melihat terlebih dahulu bahwa ada seorang pria atau wanita yang layak untuk menjadi pasangan hidup kita muncul, kemudian kita mulai mendoakannya dan beriman agar hal tersebut menjadi kenyataan. Sepertinya hal ini adalah sebuah cara yang benar, tetapi itu adalah sebuah kesalahan. Ketika kita mulai membiarkan hidup kita dikuasai oleh mata, telinga, dan pemikiran duniawi kita sebelum bersentuhan dengan doa secara pribadi kepada Tuhan, kita sudah menyimpang dari jalan dan rencana agung-Nya.
Saat kita mendoakan pasangan hidup kita, saat itu pikiran kita justru harus bersih dari semua bentuk dan bayangan pria atau wanita yang kita kenal dan yang kita sukai. Kita harus menanggalkan keinginan-keinginan kita dan menyalibkan daging kita terlebih dahulu. Saat pikiran kita bersih dari pemikiran nafsu dunia itulah, biarkan Allah yang mengisinya, biarkan Ia menuntun kita kepada pasangan hidup kita yang benar sesuai dengan jalan-Nya, kemudian baru kita menggenapi bagian kita yaitu beriman dan menanti dengan setia sampai mukjizat itu terjadi dalam hidup kita - hadirnya pasangan hidup kita yang sesungguhnya.
No comments:
Post a Comment