Oleh : Angelina Kusuma
Hari Selasa tanggal 29 Januari 2008 pukul 17.00 - 20.30 WIB, saya berkesempatan melayani Kebaktian Kebangunan Rohani Natal, disebuah gereja lokal dikota saya bersama tim choir. Saat session penyalaan lilin yang diiringi lagu Malam Kudus, saya beserta seluruh anggota tim choir didaulat untuk mengedarkan penyalaan lilin mulai dari bangku jemaat barisan terdepan sampai barisan belakang dan yang ada ditingkat dua gedung.
Saya sendiri mendapat tugas mengedarkan penyalaan lilin dibarisan paling belakang bangku jemaat yang terletak diluar gereja dan dinaungi oleh tenda portable. Saat saya menyalakan lilin-lilin yang dipegang oleh jemaat, ada seorang anak kecil yang berwajah murung duduk dikursinya. Lilinnya belum menyala. Saya mendekati anak itu dan menyodorkan lilin saya untuk menyulut lilin yang yang ada ditangannya. Berkali-kali saya mencoba tetapi tetap tidak bisa menyalakan lilin tersebut karena ternyata tidak ada sumbu yang tertanam didalamnya.
Melihat muka murung si adik kecil tersebut, selesai menunaikan tugas saya untuk menyalakan semua lilin yang dipegang oleh jemaat yang ada diarea itu, saya menyodorkan lilin yang saya pegang untuk diambil oleh adik kecil tersebut dan meminta lilin tanpa sumbu yang ada ditangannya untuk saya bawa kembali ke depan.
Lilin tanpa sumbu
Dari Wikipedia saya mendapat keterangan yang lebih akurat mengenai lilin. Lilin adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat. Sebelum abad ke-19, bahan bakar yang digunakan biasanya adalah lemak sapi. Sekarang yang biasanya digunakan adalah paraffin.
Tanpa sumbu, paraffin tidak akan bisa terbakar dan menghasilkan terang. Jadi, apalah arti sebuah lilin yang tidak bersumbu kecuali menjadi benda pajangan atau dilempar ke tempat sampah jika sudah tidak berbentuk indah lagi ?
Didunia ini banyak orang Kristen yang mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamatnya pribadi. Banyak orang Kristen yang namanya sudah tercatat di Surga tetapi kehidupannya tidak berada dalam Kerajaan Allah itu sendiri. Kehidupannya tetap seperti si bungsu yang keluar dari rumah bapanya (Lukas 15:11-32). Hanya memiliki status sebagai anak - Kristen, namun tidak tinggal dalam kemuliaan Kerajaan-Nya.
Maukah kita seperti itu terus menerus ?
Yusuf hanya seorang budak di Mesir sebelum ia menjadi wakil dari Firaun. Daud hanya seorang gembala domba pemetik kecapi yang bisa membuat Goliath tumbang dan membuat Raja Saul tenang saat ia kerasukan roh jahat. Ruth hanya seorang perempuan Moab yang pada masa Perjanjian Lama tidak layak hidup berdampingan dengan orang Israel, tetapi kemudian Bible mencatat bahwa ia ada dalam silsilah Daud. Maria Magadalena hanya seorang pelacur sebelum Yesus datang mengubah hidupnya dan akhirnya Bible pun mencatat bahwa ketika Yesus bangkit dari kematian, Ia menampakkan diri pertama kali – salah satunya - kepadanya.
Yusuf, Daud, Ruth, dan Maria Magdalena bukanlah orang-orang yang hebat pada mulanya. Mereka adalah orang-orang yang hina, terbuang, dan dari golongan rendahan. Yesuslah yang membuat mereka berbeda. Yesus yang ada didalam diri merekalah yang mengubah derajat mereka dari seseorang yang bukan siapa-siapa menjadi orang yang dilihat oleh dunia.
Semua orang bisa menjadi Kristen. Semua orang bisa mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan - Iblispun mengkaui bahwa Yesus adalah Tuhan. Tetapi, tidak semua orang bisa tinggal dalam Kerajaan Surga-Nya. Tidak semua orang bisa memerintah bersama Dia dibumi ini.
Wahyu 5:10, Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah menjadi raja di bumi.
Jika kita adalah seorang Kristen dengan keadaan standar-standar saja, berarti keadaan kita masih diluar Kerajaan Surga. Jika kita menjadi Kristen puluhan tahun tanpa mengalami perubahan dalam pola pikir dan tingkah laku kita, berarti kita masih jauh dari kemuliaan Allah itu sendiri. Anda dan saya sama seperti paraffin lilin. Kita bisa terbakar dan menjadi terang jika kita mempunyai sumbu didalam diri kita yang siap dibakar oleh api kemuliaan-Nya.
Yesus menciptakan kita bukan dengan mutu biasa-biasa saja. Yesus menciptakan kita untuk menjadi raja dibumi ! Masalahnya, maukah kita menjadi luar biasa ? Maukah kita menanggalkan baju gembel kita dan mengenakan jubah kemuliaan-Nya ? Maukah kita menjadi 'raja-raja-Nya' yang memerintah atas bumi ini ?
Seekor kupu-kupu tidak terlahir cantik sejak dari awal mulanya. Asal kupu-kupu adalah dari ulat. Hewan kecil yang selalu membuat saya dan para wanita lainnya jijik dan ngeri dengan bentuknya yang berbulu dan bisa menyebabkan gatal-gatal dikulit itu. Dari ulat menjadi kupu-kupu, harus ada tahap dimana si ulat bersedia mati. Tanpa sebuah kematian yang disebut kepompong, ulat tetaplah seekor ulat dan tidak akan pernah menjadi kupu-kupu.
Jika kita ingin hidup dalam Kerajaan Allah dan ikut memerintah sebagai raja bersama Dia, kita juga harus melewati masa mati. Mati secara kedagingan kita, mati dari cara hidup, dan cara berfikir kita dimasa lalu. Menyalibkan 'aku' dan membiarkan-Nya mengambil alih seluruh hidup kita selamanya.
Dalam dunia nyata 5 + 2 = 7. Tetapi ditangan Yesus, 5 + 2 = 5.000 + 12 bakul (Markus 6:34-44). Hanya Dia yang bisa mengubah hidup kita menjadi sesuatu yang besar, luar biasa, dan akan dilihat dunia. Hanya Dia yang sanggup mengubah seorang manusia hina menjadi raja.
We're the kings of God
Are you ready to receive His kingdom ?
Dead from 'I, me, mine, and myself' before ...
No comments:
Post a Comment