Oleh : Angelina Kusuma
Tanggal 14 Februari yang diagung-agungkan dunia sebagai hari kasih sayang atau lebih keren disebut valentine day, tahun ini menyisakan sebuah cerita tersendiri bagi saya. Bukannya sebuah cerita karena saya juga larut dalam kehebohan orang-orang yang turut merayakan hari 'special' ini - sejak dulu saya tidak pernah ikut arus dunia merayakan hari valentine karena menurut saya hari valentine memang tidak sesuai dengan adat ketimuran Indonesia, valentine day hanya adopsi dari kebudayaan barat, dan yang lebih menguatkan lagi, sekarang saya sudah menemukan bukti-bukti konkret bahwa valentine day tidaklah Alkitabiah.
Diseputar valentine day tahun ini, ada goresan prihatin saya yang tertera disana. Sebuah hari yang bahkan anak-anak SMP pun sudah ingin beramai-ramai merayakannya, yang dikatakan hari untuk mengungkapkan kasih sayang ke semua orang tanpa terkecuali, hari yang penuh kedamaaian dengan cinta, ... namun sekaligus sebagai hari 'depresi' bagi kebanyakan manusia juga. Depresi ? Ya, itulah kenyataan yang sering saya temukan.
Saya menghabiskan malam valentine day kemarin bersama segelas teh hangat, sepiring makan malam dengan sayur lodeh yang nyummy buatan Mami saya, dan alunan lembut Padi dengan Harmony-nya dari speaker komputer saya di netcafe - saya terbiasa makan malam sambil browsing di internet dan mendengarkan musik. Udara malam itu terasa sedikit dingin menusuk kulit, karena sejak pukul enam sore hujan sudah turun mengguyur kota saya. Dari tempat duduk saya yang persis didepan komputer server LAN netcafe, samar-samar saya bisa mendengarkan pembicaraan dua orang user yang menggunakan rent computer tak jauh dari tempat saya duduk sambil menikmati makan malam dan acara browsing. Salah seorang dari dua anak remaja usia SMP itu mengeluh, "Nggak enak ni valentine day sepi-sepi aja nggak ada acara. Enak yo yang punya pacar bisa kelaur berdua ..."
Spontan saya tersenyum geli sambil buru-buru menyembunyikan raut muka saya dibalik monitor komputer ketika mendengar pernyataan polos dari seorang anak remaja SMP itu. Rupanya wabah demam valentine day nan romantis sudah melekat dibenak mereka dan menebarkan penyakit 'depresi' karena mereka termasuk bagian dari anak-anak perempuan yang tidak mempunyai pacar - tidak dilirik kaum Adam - saat malam valentine day tiba.
Seminggu setelah berlalunya malam valentine day saya yang mengundang decak pribatin dengan pernyataan polos dua orang anak remaja usia SMP yang kesepian melewati malam valentine day mereka tanpa hadirnya pacar, kembali saya dibuat geleng-geleng kepala oleh ulah anak-anak remaja dari youth gereja yang meminta dibuatkan acara khusus valentine day.
Ketika saya diminta pihak gereja untuk membuat publikasi valentine day youth, akhirnya saya berkesempatan juga share seputar valentine day dengan seorang anak remaja SMU yang mengantarkan konsep undangan valentine day dari gereja ke meja kerja saya. Saya bertanya kepadanya kenapa anak-anak youth begitu antusias dengan perayaan valentine day, padahal ia dan yang lainnya sudah tahu kebenaran Tuhan bahwa valentine day tidak ada didalam Bible.
Pada mulanya anak gadis remaja tersebut memberikan jawaban klise yang sudah biasa saya dengar seperti, "Lha, semua temen-temen sekolahku ikut ngrayain valentine day lho kak." Tetapi setelah saya ajak sedikit bercanda sambil menggali ide bersama-sama untuk publikasi valentine day youth gereja, akhirnya keluar juga alasan sebenarnya kenapa ia dan anak-anak youth lainnya begitu getol minta ada perayaan valentine day khusus dari gereja.
"Kak, sebenere aku malu kalo pas malam valentine day tiba trus aku tetep aja dirumah tanpa ikut ngrayain rame-rame sama temen-temen sekolah. Tapi aku juga ga mau ikut sama mereka soalnya pada bawa pasangan masing-masing gitu deh. Padahal kan kakak tau kalo aku masih belum punya pacar."
OMG ... saya menghela nafas panjang mendengar pengakuan dari anak gadis remaja ini. Baik yang sudah mengenal Kristus maupun yang belum, ternyata problem demam merayakan valentine day hanya terletak pada ketakutan karena kesepian, takut dipandang kurang pergaulan, takut dipandang tidak laku dimata kaum Adam - bagi perempuan, dan alasan-alasan yang pastinya juga akan membuat Tuhan Yesus kita bersedih - jika sudah seperti ini pantaskah valentine day disebut sebagai hari kasih sayang dunia atau lebih pantas jika disebut sebagai hari 'depresi' bagi umat manusia yang merasa mempunyai kekurangan fisik dan penampilan ?
Kemudian anak remaja ini mulai sharing lebih lanjut kepada saya mengenai dirinya, penampilannya, dan tentang status kesendiriannya. Anak ini bukanlah anak yang kurang cantik dalam pandangan saya. Meskipun penampilannya agak tomboy, tetapi secara keseluruhan ia adalah seorang gadis yang menyenangkan. Yang dijadikannya 'kambing hitam' dari status kesendiriannya sampai saat ini adalah perasaannya mengenai dirinya yang selalu terlihat ugly dalam setiap kesempatan.
Apa benar penampilan buruk dan tidak disukai semua orang adalah takdir ?
Sampai sekarangpun, saya masih menyimpan kenangan saat saya melalui jalan-jalan kehidupan saya dengan perasaan bahwa saya diciptakan sebagai wanita berwajah ugly. Saya bisa merasakan kepedihan anak remaja youth gereja saya yang sedang dilanda demam valentine day dan 'depresi' akibat status kesendiriannya itu. Saat saya dalam posisi dia, saya juga merasa bahwa mungkin sudah menjadi takdir saya menjadi seorang wanita tomboy yang tidak pernah disukai oleh kaum Adam satupun dan merasa bahwa saya tidak mempunyai kelebihan apapun untuk menutupi sisi buruk saya.
Penampilan buruk dan tidak disukai semua orang adalah takdir, itu adalah anggapan saya sebelum mengerti arti kecantikan seorang wanita dan arti loveable yang sesungguhnya dalam hidup saya.
Beauty adalah mutlak milik wanita dan tidak akan pernah ada yang bisa merampasnya dari sosoknya. Penerimaan terhadap diri sendiri akan memperbaiki citra diri dan merubah pandangan ugly yang ada dalam pikiran kita menjadi beauty and more precious. Jadi sebenarnya tidak ada alat kecantikan apapun didunia ini yang bisa merubah atau membuat wanita menjadi cantik dan menarik seutuhnya.
Loveable
Dikasihi atau tidak, sebenarnya juga tergantung dari diri kita sendiri. Bisakah kita menerima diri kita apa adanya dahulu sebelum kita menuntut orang lain mengasihi kita ? Maukah kita mengasihi orang lain terlebih dahulu sebelum kita mencari kasih disekeliling kita ? Tidak ada seorangpun yang bisa memuaskan kita akan kasih selain kasih yang dari Kristus. Dan kasih Kristus hanya akan ada saat kita mulai memberi kepada orang lain, mengasihi mereka dengan tulus, bukan menerima dan menuntut orang lain untuk mengasihi kita.
Belum memiliki calon atau pasangan hidup bukanlah sebuah dosa. Tidak pernah dilirik lawan jenis dengan cara yang istimewa dan berlebihan bukanlah sebuah kutukan. Kasih yang sejati tidak pernah dengan gampang diraih. Dan hanya orang-orang yang bukan gampangan juga yang akan memperoleh hadiah terbesar tersebut. Karena ditangan orang-orang yang bukan gampangan itulah, rasa menghargai sesuatu akan membuat hal yang biasa menjadi special.
Kita berharga bagi Tuhan dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Memandang kelebihan-kelebihan orang lain hanyalah tindakan orang bodoh. Kita dan orang-orang disekeliling kita diciptakan dengan tujuan yang unik satu sama lain. Jadi tidak akan pernah ada manusia didunia ini yang mempunyai jalan hidup sama persis. Semua orang pasti mempunyai cerita masing-masing. Ada orang yang menemukan pasangan hidupnya saat masih duduk dibangku sekolah, ada orang yang menemukan belahan jiwanya saat berlari mengejar kereta api, ada orang yang jatuh cinta dan dicintai hanya melalui perkenalan dunia maya pada awalnya, ada orang yang bisa menikah saat berumur 23 tahun, ada orang yang masih tetap melajang sampai berumur 30 tahun lebih, ada orang-orang yang harus diremukkan dahulu sebelum akhirnya menemukan kasih sejatinya, dan juga cerita-cerita hidup yang lainnya.
Hidup kita khusus dirancang oleh Tuhan untuk kita jalani sendiri, bukan untuk dijadikan sama dengan jalan hidup orang lain. Keirian hati karena orang lain bisa lebih dahulu mencapai apa yang kita inginkan, sama saja tindakan menghancurkan rancangan terindah-Nya dalam jejak-jejak hidup kita. So, why do you not try to be yourself ?
Being beauty, loveable, and precious bisa kita ciptakan sendiri ketika kita tahu untuk apa kita hidup didunia ini. Ketiganya bersumber dari diri kita dan pengertian kita akan Tuhan. Bukan sesuatu yang harus kita cari-cari, karena memang ketiga hal tersebut tidak pernah lari atau hilang dari hidup kita masing-masing.
No comments:
Post a Comment