"Siapakah murid yang dikasihi Yesus ?"
Pertanyaan ini sejenak membuat saya berfikir. Dikasihi atau mengasihi Yesus yang benar ? Jika Yesus mengasihi kita sebagai umat pilihan-Nya, saya percaya hal itu mudah Ia lakukan karena Ia adalah Allah Yang Maha Kuasa. Tetapi jika kita mengasihi Yesus, bisakah ?
Manusia masih mempunyai kedagingan, kelemahan, dan jauh lebih kecil dan tidak berkuasa dibandingkan dengan Yesus. Jika kita tidak ada apa-apanya dihadapan Yesus, sanggupkah kita mengasihi-Nya ? Ibaratnya, kita adalah setitik air ditengah samudra luas. Sanggupkah kita menggarami seluruh lautan yang sudah asin pada mulanya ?
Ada dua perbedaan mencolok yang menarik perhatian saya atas tingkah laku Petrus dan Yohanes. Keduanya sama-sama murid yang setia menyertai pelayanan Yesus dimanapun Ia berada. Namun dalam pertumbuhan iman keduanya, nampak bahwa ada perbedaan persepsi mengenai siapa yang mengasihi dan dikasihi oleh Yesus terlebih dahulu.
Tiga kali Yesus bertanya kepada Petrus apakah ia mengasihi-Nya dan tiga kali pula Petrus dengan lantang berkata, "Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."
Yohanes 21:15-17
21:15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Tetapi apakah yang terjadi kepada Petrus ketika Yesus hendak disalibkan ? Apakah Petrus tetap menunjukkan kasihnya kepada Yesus dengan tulus sesuai dengan ucapan-ucapan semula ?
Markus 14:66-72
14:66 Pada waktu itu Petrus masih ada di bawah, di halaman. Lalu datanglah seorang hamba perempuan Imam Besar,
14:67 dan ketika perempuan itu melihat Petrus sedang berdiang, ia menatap mukanya dan berkata: "Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu."
14:68 Tetapi ia menyangkalnya dan berkata: "Aku tidak tahu dan tidak mengerti apa yang engkau maksud." Lalu ia pergi ke serambi muka (dan berkokoklah ayam).
14:69 Ketika hamba perempuan itu melihat Petrus lagi, berkatalah ia pula kepada orang-orang yang ada di situ: "Orang ini adalah salah seorang dari mereka."
14:70 Tetapi Petrus menyangkalnya pula. Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ berkata juga kepada Petrus: "Engkau ini pasti salah seorang dari mereka, apalagi engkau seorang Galilea!"
14:71 Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!"
14:72 Dan pada saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya. Maka teringatlah Petrus, bahwa Yesus telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu menangislah ia tersedu-sedu.
Fakta yang terjadi dari seseorang yang berkata, "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau" - Matius 26:35, adalah menyangkali Yesus tiga kali sebelum ayam berkokok dua kali. Apakah tindakan Petrus yang menyangkali-Nya tersebut masih bisa dikatakan sebagai tindakan yang mengasihi Yesus ?
Yohanes memberikan kesaksian yang berbeda dengan Petrus mengenai prinsip mengasihi atau dikasihi oleh Tuhannya. Ia juga murid yang setia kepada Yesus selama dalam pelayanan-Nya dan selalu menyertai Yesus, bahkan sampai Ia disalibkan di bukit Golgota.
Yohanes 21:20-24
21:20 Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: "Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?"
21:21 Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?"
21:22 Jawab Yesus: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku."
21:23 Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: "Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu."
21:24 Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar.
Dari Petrus dan Yohanes, saya belajar mengenai perbedaan sikap mengenai prinsip mengasihi Tuhan mereka. Petrus lebih dulu merasa bahwa ialah yang mengasihi Yesus, sedangkan Yohanes lebih memberi kesaksian bahwa ia telah dikasihi oleh Yesus terlebih dahulu sebelum ia mampu mengasihi Tuhannya itu dengan tulus.
Ketika kita merasa bahwa kita bisa mengasihi Yesus, maka mungkin kita akan bernasif sama seperti Petrus. Ketika dunia sekitar kita sedang damai, tidak ada aral rintangan apapun, kita mampu berkata lantang bahwa kita mengasihi-Nya dengan sungguh-sungguh, bisa melayani-Nya dengan semangat dan berkobar-kobar. Tetapi ketika masa pencobaan tiba, kita juga bisa berbalik menyangkali-Nya setiap saat. Kasih yang dimiliki Petrus sebelum ia diubahkan ini disebut sebagai kasih manusia yang bersyarat.
Sebaliknya teladan yang diberikan oleh Yohanes berbeda dengan Petrus. Yohanes merasa dikasihi oleh Yesus terlebih dahulu. Ia tidak menggunakan kekuatan manusia untuk mengasihi Tuhannya yang lebih berkuasa daripadanya. Yohanes mengambil tindakan lebih tepat daripada Petrus yaitu menyerahkan kasih manusianya yang terbatas kepada Yesus untuk mengubah kasihnya tersebut menjadi sempurna oleh anugerah-Nya sendiri. Karena itulah, ia tidak menyangkali Yesus ketika keadaan sekelilingnya berubah menjadi buruk.
1 Yohanes 4:9-10
4:9 Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.
4:10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.
1 Yohanes 4:19
4:19 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.
Tidak penting seberapa besar kasih kita kepada Yesus. Yang perlu kita sadari bahwa jika kita bisa mengasihi-Nya sampai detik ini, semua itu hanyalah karunia dari Tuhan sendiri yang memampukan kita untuk melakukannya, bukan hasil usaha kita.
No comments:
Post a Comment