Oleh : Angelina Kusuma
Sudah sebulan ini saya mempunyai kebiasaan baru setiap kali jam dinding di ruang kerja saya menunjukkan pukul satu siang. Akhir-akhir ini, saya memang mengalami kejadian yang terjadi secara berulang-ulang dalam waktu yang hampir bersamaan setiap hari. Dan akhirnya setiap kali waktu menunjukkan pukul satu siang, saya akan segera bersiap-siap menyambut kejadian yang biasanya terjadi tersebut, sambil berkali-kali melihat keadaan diluar ruangan yang mendung.
Apakah yang saya nantikan setiap hari menjelang pukul satu siang sebulan ini ?
Air limbahan dari kebocoran saluran air dari talang rumah !
Tempat kerja yang saya sewa ini masih satu atap dengan sebuah toko swalayan yang letaknya hanya terpisahkan oleh satu tembok. Sebulan lalu, karena curah hujan tinggi yang mengguyur kota saya setiap pukul satu siang keatas, membuat pipa saluran air yang ada di toko swalayan tersebut terkoyak. Saluran air yang semestinya bisa menampung air limbahan dari talang atap rumah, kembali menyemburkan air kelebihan yang ditampungnya ke gudang milik swalayan dan membuat kebocoran tepat diatas ruang kerja saya. Kebocoran yang ikut tertransfer ke ruang kerja saya sebenarnya tidak separah yang diderita oleh pihak swalayan langsung. Namun air yang menetes ke sebuah ruangan penuh dengan peralatan listrik, tetap saja membuat saya harus waspada dan segera menyiapkan wadah khusus untuk menampung air tersebut agar tidak berceceran di lantai dan membuat korsleting ditempat kerja saya.
Pertama kali saat saya merasakan setetes air jatuh dari atap ruang kerja saya, hal ini membuat saya panik. Setetes air yang mengenai peralatan elektronik berarti pertanda sebuah bencana besar akan datang jika tidak segera ditanggulangi. Air bukan saja membuat peralatan elektronik rusak, tetapi juga bisa mengalirkan aliran listrik ribuat volt yang bisa membunuh manusia dalam hitungan detik karena air adalah penghantar listrik.
Setelah kejadian tersebut terulang beberapa kali selama beberapa hari, saya sudah mulai hafal dengan apa yang harus saya lakukan ketika mendung mulai terlihat mengantung dilangit dan waktu menginjak pukul satu siang. Dengan serta merta, saya akan menyiapkan wadah untuk menampung tetesan air limbahan dari atap dan menggelar keset disekitar tempat kebocoran selalu terjadi, meskipun terkadang hujan yang mengguyur tidak selamanya sampai membuat atap saya bocor.
Sebagai manusia normal, kita dilengkapi Tuhan dengan sebuah kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang predictable dan unpredictable bukan ? Jangankan manusia, seekor keledaipun tidak akan jatuh ke lubang yang sama dua kali. Artinya, setiap manusia dan bahkan hewan, mempunyai naluri untuk menghindari hal-hal buruk yang pernah ia alami sebelumnya. Hanya orang-orang bodoh dan keledai dungu yang melakukan kesalahannya dua kali.
Saya sadar bahwa manusia juga mempunyai kelemahan dalam dagingnya. Jika manusia pernah melakukan kesalahan, itu juga wajar. Yang tidak wajar adalah jika kesalahan yang terjadi sudah berulang-ulang dan kita sebagai manusia tidak pernah belajar untuk memperbaikinya atau berusaha meminimalis terjadinya kesalahan-kesalahan berikutnya dengan cepat dan bijaksana.
Jika saya tidak pernah mengasah naluri saya untuk mengantisipasi transferan air limbahan dari kebocoran saluran pipa talang dari swalayan sebelah, mungkin suatu saat tetesan air tersebut akan membuat peralatan elektronik yang ada di ruang kerja saya rusak dan bahkan membuat saya atau orang yang sedang berada didalam ruangan tersebut tersengat aliran listrik yang terkena tetesan air.
Jika kita tidak berusaha belajar dari kesalahan-kesalahan kita dimasa lalu untuk menjadikannya sebuah pedoman untuk tidak mengulanginya dimasa depan, pastilah kita seperti keledai dungu yang jatuh ke lubang sama dua kali. Maukan kita disebut orang bodoh atau keledai dungu ?
Mari, kita belajar dari kejadian-kejadian buruk yang pernah kita alami dan menjadikannya sebuah moment predictable untuk segera diatasi ketika mulai terlihat tanda-tandanya akan terjadi.
Amsal 15:14, Orang bijaksana mencari pengetahuan; orang bodoh sibuk dengan kebodohan.
No comments:
Post a Comment