Oleh : Angelina Kusuma
"Jesus, jika ini dari-Mu, maka terjadilah. Tetapi jika bukan, tolong hentikan sekarang juga. Saya sudah tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendirian. Help, Lord !"
Pernahkah anda mengatakan kalimat diatas dalam sebuah doa anda kepada Tuhan ? Sebuah kalimat yang menunjukkan kepasrahan, ketidak berdayaan, ketidak tahuan kita akan akhir dari sebuah masalah yang sedang kita hadapi, sekaligus penyerahan dari masalah-masalah kita ke dalam tangan Allah sendiri.
Saya pernah mengalaminya. Keegoisan saya sering mengakibatkan saya harus menguras tenaga saya memikul salib sendirian, sebelum akhirnya menyerah pasrah pada kuk yang dipasang-Nya. Ketika kata menyerah itu datang, sering kali kalimat seperti diatas meluncur bebas dari mulut saya. Tidak banyak kalimat teruntai, hanya penggalan kata-kata sederhana dan bahasa air mata yang keluar dari diri saya ketika masa perang harus diakhiri dengan munculnya seorang Pahlawan yang sesungguhnya.
Pernahkah anda menyadari, terkadang ada perbedaan kata-kata dalam kalimat doa kita saat dalam keadaan nyaman dan terjepit. Untaian kalimat indah, bertabur puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan kata-kata, sanggup kita ucapkan sekaligus didalam doa, saat kita dalam keadaan damai bersama Tuhan. Tetapi ketika kita ada didalam sebuah situasi yang memaksa kedua mata kita tak lagi bisa melihat terang dan kaki kita selalu menemukan jalan buntu, sering kali kalimat doa yang terucapkan menjadi sedemikian pendek. Bahkan mungkin saat kita benar-benar dalam kondisi terpuruk, hanya bahasa air mata yang kita tunjukkan kepada-Nya.
Keefektifan dan kualitas doa seseorang, tidak dilihat dari seberapa panjang dan seberapa pandai orang tersebut menguntai kata demi kata dalam kalimat doanya. Doa yang sesungguhnya harus terlahir dari lubuk hati terdalam.
Yesus tidak membutuhkan penjelasan kita atas segala masalah kita secara terperinci dan detail untuk membuat-Nya mengulurkan tangan meredakan setiap badai dalam hidup kita. Ia Maha Mengetahui, bahkan kejadian terkecil yang kita alami, tidak akan pernah terlewat satupun dari penglihatan-Nya.
II Tawarikh 7:14, Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.
Yang Ia butuhkan adalah diri kita sebagai persembahan yang kudus dan berkenan kepada-Nya, bukan untaian kata-kata indah. Bukan deretan kalimat, tetapi hati yang mau menyerah pada rencana-Nya.
Untuk menghasilkan sebuah doa yang efektif juga tidak berarti bahwa kita harus terus-menerus hidup dalam sebuah penderitaan. Tidak berarti bahwa kita harus menjadi orang miskin, orang yang dikecewakan, orang yang dilupakan, orang yang teraniaya, atau orang yang yang berdosa. Tuhan merancang kita untuk menjadi manusia dengan kehidupan terbaik, penuh damai sejahtera, menang, dan selalu berlimpah berkat-berkat-Nya.
Mazmur 34:18, TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang orang yang remuk jiwanya.
Maksud dari ’patah hati’ dan ’remuk jiwa’ adalah sikap hati yang menyerah kepada-Nya 100 %. Mempercayai Dia dalam segala hal dalam hidup kita dan melangkah dengan iman. Kata sederhana dengan sikap hati yang menyerah, itulah yang ingin selalu Ia dengar dalam doa-doa kita. Bukan hamburan kalimat indah dan rincian cerita sepanjang kereta api. Ia sudah mengetahui peristiwa dalam hidup kita secara detail ! Bahkan lebih detail dari penglihatan manusia.
Ia bisa mengerti bahasa sederhana kita. Ia bisa mengerti bahasa air mata kita. Dan ketika kita menangis, Ia juga ikut terluka bersama kita.
No comments:
Post a Comment