Oleh : Angelina Kusuma
"Aku pingin putus sama cowokku ... "
Mungkin saat ini anda sedang mengalami keadaan seperti teman saya diatas. Ia baru sekitar satu bulan yang lalu menjalin relationship dengan seorang rekan sekerjanya dikantor, kemudian mulai timbul masalah seiring berjalannya hubungan tersebut yang membuatnya merasa bahwa lebih baik jika hubungan tersebut diakhiri secepatnya.
Relationship is a growing up together
Jika didalam sebuah hubungan tidak ada gesekan antar pribadi, itu mustahil. Setiap manusia diciptakan dengan karakter yang berbeda-beda. Masa relationship bukan masa untuk menikmati kesenangan karena berhasil melepas predikat jomblo dari diri kita saja. Relationship yang senenarnya merupakan bengkel bagi kedua orang yang sedang terlibat didalamnya untuk saling menyesuaikan diri satu sama lain sebelum masuk ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan.
Prinsip sepadan dan seimbang yang ada dalam relationship bukan berarti bahwa kedua orang yang sedang make a relationship harus mempunyai karakter yang sama sehingga tidak terjadi gesekan seperti apapun juga. Sepadan dan seimbang adalah saling melengkapi, saling mengisi kekosongan, dan saling mendukung dalam segala hal.
Orang yang bisa saling melengkapi, mengisi, dan mendukung tidak selalu berasal dari dua pribadi yang mempunyai banyak kemiripan karakter. Yang berbeda jauh karakternya juga bisa menjadi pasangan yang sepadan dan seimbang jika bisa saling nengendalikan diri saat gesekan karakter dalam relationship terjadi.
Keegoisan terkadang membuat masalah sepele bisa menjadi masalah besar bagi dua orang dalam relationship. Jangan pernah berkata 'putus' jika memang belum mencoba menjembatani gesekan karakter yang terjadi. Jejak-jejak relationship yang gagal bisa menimbulkan bekas dihati setiap orang, entah itu saat mengucapkan kata berpisah dengan cara baik-baik maupun dengan cara yang kurang baik. Suka atau tidak suka, broken heart akan tetap meninggalkan kenangan tersendiri yang akan mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain lagi dimasa depan nantinya.
Terburu-buru menginginkan perpisahan sementara belum terjadi dialog antara keduanya juga bukan pilihan yang bijaksana. Pasangan adalah cermin bagi yang lainnya. Pria dan wanita diciptakan berbeda dan karena itulah mereka harus saling melengkapi kebutuhan masing-masing setiap saat, bukan justru saling menuntut untuk lebih dimengerti.
Ada seorang teman yang pernah berkata seperti ini kepada saya, "Saat kamu make a relationship dengan orang lain, maka bersiaplah untuk belajar menjadi 'orang lain'. Dan jika kamu sudah menikah dengan orang itu, maka bersiaplah untuk menjadi 'seseorang yang benar-benar lain' dari dirimu sebelumnya."
Apakah perkataan teman saya diatas berlebihan ?
Hmm, saya rasa memang ada benarnya. Dalam hubungan pertemanan saja terkadang kita harus memiliki toleransi-toleransi tertentu terhadap orang yang menjadi partner kita. Apalagi dalam kasus urusan pasangan hidup untuk selamanya. Jika saat berjalan bersama ada toleransi yang harus kita lakukan demi tetap berlangsungnya jalan relationship tersebut kearah yang lebih baik, why not ? - saya menggaris bawahi kata 'kearah yang lebih baik', bukan toleransi yang membuat kita jauh lebih buruk keadaannya daripada saat sebelum make a relationship.
Art to make communications
Jika pasangan kita lebih memilih untuk tenggelam dalam pekerjaannya, acara bersama teman-temannya, hobby-nya dan tidak mempunyai waktu lebih untuk menjalin komunikasi secara rutin dengan kita, bagaimana kita menyikapinya ? Ini adalah inti permasalahan yang kerap sekali membuat hubungan relationship menjadi renggang dan putus dengan sendirinya.
Komunikasi memang kunci utama sebuah relationship bisa bertahan awet sampai pernikahan. Tetapi perlu diingat juga bahwa bukan seberapa sering dan intens dua orang yang terlibat relationship tersebut melakukan kontak tatap muka atau terlibat dalam pembicaraan baik secara langsung maupun melalui perantara teknologi. Yang terpenting dari komunikasi dalam relationship adalah kualitasnya. Ada orang yang wasted time, setiap hari berbicara melalui telpon dan secara rutin seminggu sekali melakukan pertemuan, tetapi ketika dihadapkan pada kasus apakah ia sudah mengenal pasangannya secara luar dalam maka orang tersebut hanya bisa menggelengkan kepala.
Mengetahui apa yang akan kita bicarakan, apa yang menjadi tujuan pembicaraan, dan untuk apa pembicaraan tersebut dilakukan akan menuntun kita mendapatkan kualitas komunikasi dengan pasangan yang lebih baik daripada saat kita asal melakukan kontak dengannya hanya karena ia adalah kekasih kita dan kewajiban sebagai dua orang yang sedang dalam hubungan relationship.
Bersabar dalam pembentukan karakter
Ketika terjadi masalah dalam relationship, maka kita juga harus menikmatinya sebagai bagian dari pembentukan karakter kita sendiri. Membiarkan emosi menguasai hati dan pikiran saat terjadi perselisihan atau perang dingin hanya akan mengakibatkan sesal dikemudian hari jika ternyata keputusan yang diambil saat lepas kendali tidaklah tepat. Lebih baik memberikan sedikit waktu agar pribadi kita bisa berdiam diri, berfikir jernih, dan menenangkan diri sejenak, kemudian baru bergerak maju untuk menyelesaikan masalah yang terjadi bersama-sama.
Simpan baik-baik setiap kata-kata negatif yang ingin terlontar dari mulut kita saat diperhadapkan pada batu-batu kerikil relationship. Kata-kata yang keluar dari mulut kita sama seperti sebuah nubuatan untuk pribadi kita sendiri. Kalau memang kita masih belum ingin menyudahi hubungan yang sudah kita bina, maka jangan sering-sering menggemakan kata-kata 'putus' dengan mudahnya. Hanya orang bodoh yang menginginkan kejadian buruk menimpanya. Karena itu perkatakan hal-hal yang positif dan penuh berkat agar hidup kita selalu diberkati juga.
Bersabar dalam masalah yang terjadi, belajar bersama-sama untuk saling mengerti satu sama lain, dan menjaga kualitas komunikasi perlu kita perhatikan dengan seksama sebelum memutuskan untuk mengakhiri relationship dengan tergesa-gesa. Lebih baik berfikir seribu kali terlebih dahulu sebelum bertindak daripada menelan penyesalan dikemudian hari hanya karena emosi sesaat yang tidak terkontrol sempurna.
No comments:
Post a Comment