Oleh : Angelina Kusuma
Malam itu saya duduk diruang kerja saya sambil bengong memandangi monitor komputer saya. Tiba-tiba benda satu itu menjadi sangat membosankan untuk dinikmati. Disana terpampang jelas halaman dari mail box saya yang sedikit membangkitkan gerah dihati. Baru beberapa waktu lalu mail box itu saya bersihkan dari semua email yang tidak berguna - baca : tidak sempat saya sentuh, apalagi saya baca, tetapi sekarang sudah mulai terlihat aktifitas penumpukan email kembali.
Seingat saya, baru dua bulan yang lalu saya membersih mail box itu, menghapus email yang menurut saya tidak akan sempat saya baca sampai kapanpun. Tetapi malam itu, saya baru tersadar bahwa email yang tidak sempat saya baca dalam jangka waktu dua bulan saja jumlahnya sudah mencapai 1100 lebih. Padahal email yang saya baca selama dua bulan ini hanya sekitar seratus email. Jadi, email yang belum sempat saya baca justru lebih banyak dari yang saya baca.
Email saya yang satu ini memang email paling penting buat saya. Terhubung ke empat mailist - itupun setelah saya unsubscribed dari empat mailist lain, dua forum online yang sering saya kunjungi - yang jarang saya kunjungi mungkin ada berapa lagi, akses ke blog - saya mempunyai empat blog dihosting yang berbeda, belum lagi ditambah akses ke toko buku online - untuk register sebagai member, account di social network, ditambah link-link buat download beberapa software komputer.
Untungnya email saya ini memakai hosting yang sudah mempunyai unlimited mail box storage. Dahulu sebelum pihak hosting menyediakan fasilitas ini, setiap seminggu sekali saya harus menghapus satu per satu email di mail box saya agar tidak bouncing. Tetapi setelah diberi fasititas unlimited mail box storage, aktifitas menghapus email saya pun sedikit berkurang. Tepatnya, lebih panjang durasi jangka penghapusan email di mail box-nya.
Berhubung saya sering pusing ketika melihat banyak email yang tidak sempat saya baca menumpuk, akhirnya kemarin malam saya memulai kembali aktifitas menghapus email satu per satu. Aksi saya itu mendapat tanggapan dari teman saya didaftar chat online. Katanya, "Kenapa tidak dibuatkan folder-folder khusus untuk menampung dan memisah email-email yang menumpuk itu ?"
Bayangkan, dari empat mailist yang saya ikuti ini semuanya aktif. Sehari saya bisa menerima email lebih dari lima belas buah. Dan itu semua tercampur menjadi satu. Seandainya bisa dideskripsikan dalam bentuk makanan, mungkin sudah seperti gado-gado super. Ada lontong, tauge, selada, bumbu kacang, kentang, tahu, tempe, kerupuk, dan lain sebagainya.
Singkat cerita, saya mendapat resep untuk memisahkan email yang saya terima setiap harinya ke folder-folder khusus dari teman saya tersebut. Selesai membersihkan mail box, klik sana-sini - sesuai dengan resep membuat dan memfungsikan folder-folder baru untuk memilah email-email dari mailist dan pribadi, akhirnya jadi juga sistem penerimaan dan pemilahan email baru di mail box saya.
Hasilnya ?
Pagi ini sewaktu saya memeriksa isi mail box, email yang saya terima langsung masuk ke folder-folder khusus yang sudah saya buat kemarin malam.
Luar biasa !
Saya langsung bisa siul-siul riang sambil bernyanyi, ”lalalalala”. Rapi rasanya melihat susunan email di mail box saya pagi ini. Email kiriman dari mailist A masuk ke folder satu, email kiriman dari mailist B masuk ke folder dua, dan seterusnya. Sedangkan email khusus untuk saya pribadi, terpampang langsung di mail box aslinya. Begitu gampang untuk menemukan dan membaca email jika susunannya serapi ini. Selain itu pikiran saya juga bisa lebih fokus.
* * *
Urusan kerja - urusan sehari-hari - target pelayanan - hubungan langsung ke Tuhan ...
Siapakah didunia ini yang tidak kerepotan mengatur waktu untuk semua urusan-urusan kita setiap harinya. Kapan waktu untuk bekerja ? Kapan waktu untuk bertemu dengan sahabat, rekan kerja, dan bersosialisasi dengan lingkungan ? Kapan waktu untuk memperhatikan keluarga ? Kapan waktu untuk memberikan diri pada pelayanan pekerjaan Tuhan ? Kapan kita harus mempunyai waktu yang khusus bersama Dia ? Kapan kita bisa berdiam diri dan melakukan semua kegemaran kita tanpa seorangpun yang bisa mengganggu ?
Banyak hal yang pastinya ingin kita lakukan di dunia ini. Dan Tuhan ? Ia memberikan kita dua puluh empat jam sehari untuk kita gunakan mengurus semua keperluan-keperluan kita. Jika anda termasuk orang yang sering mengatakan bahwa waktu anda cukup untuk melakukan semua hal diatas, berarti anda termasuk kumpulan orang yang sudah sukses. Saya lebih banyak merasa bahwa dua puluh empat jam dalam hidup saya itu sangat kurang.
Seperti mail box saya sebelum rapi dengan folder-folder khususnya, itulah kondisi hidup kita pada umumnya. Lewat kejadian kemarin malampun saya tersadar bahwa saya harus melakukan pengaturan waktu yang lebih ekstrim lagi. Allah memberikan kita waktu dua puluh empat jam sehari itu harusnya cukup untuk melakukan semua hal yang sudah saya sebutkan diatas. Untuk bekerja mencari uang, bersosialisasi dengan orang lain, menyenangkan diri sendiri, dan juga yang tidak boleh kita lewatkan adalah menjaga hubungan kita pribadi dengan Sang Pencipta kita.
Tetapi anehnya, banyak manusia - termasuk saya - masih saja merasa kurang saat menapaki dua puluh empat jam dalam satu harinya. Banyak hal yang kadang masih kita sisakan untuk hari esok. Dan banyak kerjaan juga yang kita tunda untuk bekal hari lusa.
Apakah menunda itu perbuatan baik ?
Ada beberapa orang yang berkata kepada saya akhir-akhir ini, tulisan artikel di blog saya banyak yang ’mengena' dihati mereka - akhirnya setelah sekian lama menunggu, ada juga yang memberi feedback seperti itu. Tetapi seandainya orang-orang tersebut berhasil melongok ke dalam blog saya yang asli - pastinya ada banyak hal yang tidak akan anda lihat dari tampilan luar blog saya, pasti mereka juga akan bengong sama seperti waktu saya memandang mail box yang penuh dengan 1100 email belum terbaca dalam tempo dua bulan.
Ya itulah, dibalik satu keberhasilan pasti ada banyak kegagalan-kegagalan sebelumnya. Itu juga yang pernah saya alami. Tulisan saya yang tidak jadi, setengah jadi, atau hanya sekedar terangkai satu sampai dua kalimat jumlahnya banyak. Alasan utamanya adalah : saat saya ingin memulai menulis tentang suatu hal, tiba-tiba saya terserang rasa malas kemudian undur diri dari depan komputer, berharap esok bisa menulis lebih baik lagi atau berharap bahwa roh menulis itu tetap hinggap dikepala saya - dan - esoknya ide itu justru melayang entah kemana dan tidak pernah terlahir menjadi sebuah tulisan sama sekali sampai sekarang.
Didunia nyata, saya juga sering kehilangan kesempatan karena menunda pekerjaan ini dan itu. Yang jelas, perbuatan menunda atau menyisakan pekerjaan untuk masa depan hanya akan membuat kita semakin repot dimasa itu. Saya juga kerepotan ketika menimbun email-email dalam satu waktu tanpa berusaha untuk mengurangi ataupun membuangnya.
Pengkotbah 3:9-11, Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah ? Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Masihkah kita melelahkan diri dengan pekerjaan kita yang sia-sia ? Jika anda merasa seperti itu, bertindaklah untuk segera mengambil waktu berdiam diri sejenak.
Ketika tangan kita bekerja terlalu banyak, tubuh kita menjadi lelah, tetapi hasil yang kita dapatkan tidak sesuai dengan harapan, itu adalah sebuah peringatan. Biasanya kita telah melakukan hal-hal yang diluar kontrol kita semestinya. Dan cara terbaik untuk mengetahuinya adalah dengan duduk diam dan mulai berfikir ulang. Mungkin sudah saatnya kita membuat folder-folder khusus untuk menampung dan mengatur seluruh waktu kita untuk semua kebutuhan hidup kita selama masih bernafas di muka dunia ini.
Iblis tersenyum ketika kita membuat rencana. Ia tertawa ketika kita menjadi terlalu sibuk. Namun, ia gemetar ketika kita berdoa - Corrie Ten Boom.
No comments:
Post a Comment