Oleh : Angelina Kusuma
Hampir seharian ini saya dibingungkan dengan bagaimana cara mengganti modem untuk koneksi internet saya. Sebenarnya modem saya yang lama masih bisa dipakai. Tetapi berhubung akhir-akhir ini koneksi internet saya sering putus - sambung tanpa sebab yang jelas, saya mulai curiga kalau modem yang sekarang saya pakai ini sudah mulai aus.
Saat saya mempunyai kesempatan pergi ke THR Surabaya tiga bulan yang lalu, saya membeli modem baru yang kualitasnya jauh lebih bagus daripada modem saya yang sekarang. Hanya saja karena saya pikir modem lama saya ini seharusnya masih bisa bertahan paling tidak selama enam bulan pemakaian ke depan, makanya modem baru yang sudah saya beli sebelumnya masih saya simpan rapat di box-nya sampai hari ini.
Apa yang saya lakukan mulai dari pertama kali saya memegang modem pagi tadi ? Saya mengambil modem, colok kabel sana-sini, mengandalkan ingatan saya waktu setting modem terdahulu, kemudian hasilnya, seharian saya hanya membuang waktu dengan sia-sia !
Saya sudah tahu dari awal jika merk modem saya yang lama dan yang baru ini berbeda. Tipenya juga berbeda. Yang lama murni modem saja, sedangkan yang baru ini sudah sekalian router-nya. Kesok-tahuan saya ternyata berbuntut panjang. Berkali-kali saya mencoba setting up dari website tempat modem baru itu diproduksi tetapi selalu gagal.
Setelah sepuluh kali gagal, akhirnya saya bertanya ke salah seorang teman yang ada didaftar chat online saya. Ia yang saya harapkan segera memberi solusi bagi masalah saya, justru balik bertanya dengan terheran-heran, ”Njie, serius kamu ngga bisa setting modem sendiri ? Sudah baca manual booknya apa belum ?”
Sebuah pertanyaan yang langsung mengetuk-ketuk hati saya. Ya, memang tadi saya juga membaca petunjuk setting modemnya. Tetapi yang saya baca adalah petunjuk setting langsung dari toko tempat saya membeli, bukan manual book yang diberikan resmi dari perusahaan pemroduksi modem baru itu.
Kata-kata teman saya itu tiba-tiba juga mengingatkan kejadian waktu saya SMU, menjelang UAN dilaksanakan.
Waktu itu sebelum menempuh UAN, sekolah saya mengadakan semacam psycho test untuk seluruh siswa-siswi kelas tiganya. Soal psycho test-nya sangat mudah. Tetapi apa yang terjadi ? Hasilnya dari kelas saya yang sekitar tiga puluh anak, hanya ada enam orang yang lolos. Dan saya termasuk anak yang tidak lolos ujian.
Waktu saya menerima kertas psycho test itu, saya langsung berkata kepada diri saya sendiri, ”Ah, soal-soalnya gampang. Pasti lolos.”
Dengan jelas di bagian atas dari soal-soal itu ada tulisan besar-besar, ”BACA SELURUH SOAL SAMPAI SELESAI SEBELUM MULAI MENGERJAKAN.” Tetapi berhubung waktu itu saya melihat sisi kanan dan kiri saya mulai melakukan aksi yang aneh-aneh - bagaimana tidak aneh, mulai dari soal pertama bunyinya seperti ini, 'Berdiri hadap ke belakang dan ucapkan namamu dengan keras', disambung lagi, 'Duduk dan tulis nama serta kelasmu dipojok kanan atas', kemudian 'Pukul meja 3 kali sambil tertawa', dan seterusnya sampai dua puluh soal, akhirnya saya terbawa arus tidak bisa berkonsentrasi penuh saat membaca seluruh soal yang ada ditangan saya. Akhirnya saya juga mengikutin aksi teman-teman saya yang lain untuk mengerjakan semua hal dari seluruh perintah di soal psycho test itu bahkan yang paling menggelikan sekalipun.
Petunjuk paling akhir dari semua soal di kertas psycho test itu tertulis sebuah pernyataan seperti ini, ”Sebenarnya Anda hanya perlu melakukan perintah nomor dua yaitu menuliskan nama dan kelas dipojok kanan atas. Perintah yang lain, abaikan.”
Malu sekali rasanya waktu membaca item pernyataan terakhir itu. Apalagi saat guru saya mendekat dan berkata, ”Angel, apa yang terjadi dengan dirimu ? Kamu pemegang peringkat juara paralel satu seluruh siswa kelas tiga semester kemarin. Bagaimana bisa kamu melakukan kesalahan saat membaca soal seperti temanmu yang lain ?”
Kata-kata guru saya itu terus saya simpan dalam benak saya sampai detik ini. Dan tiap kali saya mulai melakukan kesalahan dalam tingkah laku saya, biasanya saya mengingat-ingat masa itu sebagai pemacu diri saya untuk kembali lagi ke jalan yang benar. Karena dari kasus itu, saya belajar dua hal penting :
1. Meremehkan sebuah masalah kecil bisa berakibat fatal.
2. Biasakan untuk membaca seluruh petunjuk tindakan yang ada sampai selesai sebelum bertindak.
Tetapi ternyata saya memang belum 100 % belajar dari kesalahan saya di masa lalu itu. Seharian ini gara-gara saya meremehkan dan mengandalkan kemampuan saya dalam setting modem, akhirnya saya kembali lupa membaca seluruh manual book modem-nya sampai selesai.
* * *
Bagaimana seandainya kita lupa tentang manual book kita sebagai orang Kristen ? Ya, Alkitab semestinya menjadi manual book yang harus kita baca, kita renungkan dan juga kita gumuli setiap waktu. Karena dari situ, jalan kita akan benar di hadapan-Nya.
Anda tentu tidak ingin seperti saya dimasa SMU bukan ? Pemegang peringkat juara paralel satu seluruh siswa kelas tiga dari seratus orang lebih, tidak lulus tes, hanya gara-gara silap saat membaca petunjuk soal psycho test tidak sampai tuntas.
Apakah pantas jika anak Tuhan pewaris tahta pemerintahan Surga yang rajin berbicara tentang kebenaran Firman Tuhan dimana-mana, tetapi ditolak oleh Tuhan yang dilayaninya sendiri hanya gara-gara tidak membaca manual book-Nya didalam Alkitab ?
1 Korintus 9:27, Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
Matius 7:21, Bukan setiap orang yang berseru kepada-ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-ku yang di sorga.
No comments:
Post a Comment