Oleh : Angelina Kusuma
Anda pernah mendengar kalimat seperti itu terlontar dari mulut seorang wanita lajang ? Atau mungkin kalimat seperti ini, "Saya sudah ML - making love - dengan pacar saya sebelum kita terikat pernikahan", dari mulut seorang lelaki lajang ?
Intensitas kalimat seperti ini makin sering saya dengar dari teman dan orang-orang yang berseliweran di sisi kanan dan kiri saya saat ini. Parahnya lagi hal ini tidak hanya diakui oleh orang-orang yang jarang bergereja tetapi juga oleh pelayan-pelayan Tuhan yang sering berdiri diatas mimbar gereja !
Sebegitu rendahkah arti hadirat Allah ? Sebegitu rendahkan arti sebuah keperawanan atau keperjakaan ? Dan sebegitu gampangkah sebuah seks terjadi antar pria dan wanita ?
Seks adalah sesuatu yang kudus. Jika seks adalah sesuatu yang sembarangan, tentu Tuhan tidak akan menempatkan seks sebagai alat untuk memuliakan nama-Nya. Dalam hal ini sebagai sarana untuk memberi manusia keturunan yang akan menaklukkan dunia.
Kejadian 1:28a, "Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu."
Pergeseran nilai dan budaya yang terjadi di dunia sering kali menimbulkan toleransi-toleransi yang kemudian diadopsi oleh manusia secara acak dan tanpa dinalar secara mendalam dengan hati nurani yang bijaksana. Jika dahulu, pegangan tangan atau berciuman dalam pacaran dianggap tabu, sekarang kegiatan seks yang notabene adalah hak orang yang sudah menikahpun bisa dibawa ke dalam area pacaran ?
Kejadian 2:24, "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging."
Toleransi salah kaprah yang diambil oleh manusia dalam hidup itulah yang sedang menyeret manusia ke dalam dosa tanpa ia sadari. Iblis sebagai bapa penipu selalu memberi pemandangan indah di mata manusia seperti screensaver yang ada didalam komputer. Tampak indah dimuka dan dipenglihatan sesaat, tetapi jika yang nyata tiba, maka habis sudah segala keindahan tersebut.
"Tidak masalah melakukan seks sebelum merit, toh nantinya memang kami akan menikah."
"Kan kita sudah tunangan, jadi nyoba dulu boleh dong ?"
"Nggak gaul amat sie, masa pacaran cuma pandang-pandangan dari jauh doang ? Peluk dong, cium kek, so what gitu loh ?"
Seribu kalimat toleransi lain mungkin akan begitu gampang diucapkan saat ini. MBA alias married by accident rasanya juga bukan hal yang awam terdengar di telinga kita sekarang. Segala sesuatu yang menyangkut seks sebelum menikah seperti sebuah candu yang lama-lama menjadi sebuah tradisi baru, umumnya dikalangan para remaja.
Benarkah dengan seks sebuah hubungan sebelum menikah bisa berakhir langgeng selamanya ? Saya bilang TIDAK ! Tidak ada cerita bahwa dengan seks kemudian sebuah hubungan yang masih dalam taraf pacaran ataupun tunangan bisa terus berlanjut sampai kakek nenek. Yang ada justru itulah - seks sebelum menikah, akar perusak dari sebuah hubungan pacaran atau tunangan.
Ingat kisah Amnon dan Tamar ?
2 Samuel 13:2, "Hati Amnon sangat tergoda, sehingga ia jatuh sakit karena Tamar, saudaranya itu, sebab anak perempuan itu masih perawan dan menurut anggapan Amnon mustahil untuk melakukan sesuatu terhadap dia."
2 Samuel 13:14, "Tetapi Amnon tidak mau mendengarkan perkataannya, dan sebab ia lebih kuat dari padanya, diperkosanyalah dia, lalu tidur dengan dia."
2 Samuel 13:15, "Kemudian timbullah kebencian yang sangat besar pada Amnon terhadap gadis itu, bahkan lebih besar benci yang dirasanya kepada gadis itu dari pada cinta yang dirasanya sebelumnya. Lalu Amnon berkata kepadanya: "Bangunlah, enyahlah!"
Ketika Tamar masih perawan, Amnon begitu mencintai gadis ini hingga membawanya ke sakit secara jasmani. Dengan berbagai upaya diusahakannya agar ia bisa bertemu dengan gadis itu sampai membohongi raja (2 Samuel 13 : 6). Tetapi begitu ia sudah mendapatkan keperawananan Tamar, kebencianlah yang menguasainya ? Bukannya tambah cinta bukan ? Tepat sekali ! Karena keperawanan itu memang benar sebuah kekudusan yang harus dijaga dari seorang wanita sampai ia menikah. Dan hanya laki-laki yang berstatus suaminya yang pantas untuk menadapatkan keperawanan dari wanita yang disebut istrinya. Demikian juga sebaliknya. Keperjakaan seorang laki-laki seharusnya hanyalah untuk istrinya.
Seks bukan permainan. Yang layak dinikmati kapan saja, dimana saja, dan juga dengan siapa saja. Seks itu mutlak diciptakan oleh Tuhan untuk seorang laki-laki dan wanita yang sudah melakukan pernikahan kudus. Bukan untuk seseorang yang sedang dalam taraf pacaran, tunagan ataupun juga bukan untuk kepuasan diri sendiri - istilahnya onani atau masturbasi yang artinya seseorang bisa menikmati kepuasan seks dengan melakukan eksperimen pada organ genitalnya sendiri.
Sesuatu akan menjadi berharga jika ada disaat yang tepat, untuk orang yang tepat dan ada ditempat yang tepat
No comments:
Post a Comment