Oleh : Angelina Kusuma
Dibalik seorang pria yang hebat, ada wanita (istri) yang hebat
Pastinya anda pernah mendengar pepatah itu bukan ? Akhir-akhir ini saya mulai meresapi arti pepatah itu dengan sepenuh hati. Bukan berarti bahwa saya baru mendengar pepatah itu beberapa menit sebelum saya menulis artikel ini. Tetapi jauh sebelum hari ini, pepatah tersebut sudah saya simpan didalam lubuk hati saya. Sebuah pepatah yang mengingatkan kepada saya tentang arti pentingnya seorang wanita dan betapa uniknya ia dirancang oleh Allah untuk seorang pria.
Kejadian 2:18, Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia.
Janji tersebut diucapkan oleh Allah untuk Adam ketika ia berada di Taman Eden dan tidak menjumpai makhluk yang sama dengan dirinya. Dari ayat tersebut jelas bahwa Tuhan menciptakan sesosok Hawa untuk menjadi seorang penolong bagi Adam dalam melakukan pekerjaannya. Hawa tidak diciptakan kuat secara fisik sama seperti Adam. Allah mendandani Hawa dengan penuh kelembutan, kasih sayang, dan rupa yang lebih halus untuk mengimbangi Adam dengan segala keperkasaan dan kekuatan fisiknya.
Saya termasuk wanita yang menuai banyak kritikan pada penampilan luar saya. Saya kira penampilan luar tidak tidaklah penting. Toh, Tuhan selalu memandang hati kita dan bukan rupa kita seperti apa. Jadi bagi saya, apapun yang saya lakukan dengan tubuh saya - cara berpakaian, cara merias wajah, menyisir rambut, cara berjalan, cara makan, cara bertutur kata, dan sebagainya - itu terserah saya. Entah itu saya ingin berpakaian sporty, saya ingin bertingkah cuek, saya ingin berpenampilan tomboy dan sebagainya, itu juga terserah saya. Toh, yang Tuhan lihat adalah apa yang ada didalam hati saya - lagi-lagi beralasan.
1 Samuel 16:7, Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."
Saya juga tidak pernah merasa bahwa dengan penampilan saya yang tomboy, itu akan merubah hati saya yang taat kepada Tuhan. Dan saya merasa selalu baik-baik saja dengan cara berpakaian sporty, yang penting hati saya melekat kepada Allah.
Ingat, Tuhan melihat hati dan bukan rupa. Kata-kata inilah yang membuat saya selalu bersorak dan berterima kasih kepada Tuhan. Hingga suatu saat ada sebuah teguran datang dari sahabat saya yang share tentang masalah yang menimpanya seputar penampilan fisik.
Sahabat saya ini sedang menghadapi sebuah konflik dengan kekasihnya yang salah satunya menyangkut soal ketidak sukaan pihak pria atas penampilan sahabat saya yang dinilainya sedikit tomboy. Wow, kontan saya terlonjak. Penampilan saya jauh lebih tomboy daripada sahabat saya ini. Dan ternyata, ia yang menurut pandangan saya sungguh girly, masih tertimpa masalah penampilan fisik juga ?
Saya lantas mundur kebelakang, membuka semua file dalam kenangan otak saya, membongkar kritikan-kritikan yang pernah saya terima seputar penampilan luar saya dan mulai merenung. Sungguh, baru kali inilah saya benar-benar merenung tentang diri saya, tentang apa yang selama ini saya pakai, bagaimana saya merawat wajah saya, sambil berkaca didepan cermin. Beberapa kalimat kritikan dari teman pria saya seketika me-refresh ingatan saya.
"Njie, dandan sedikit dong. Masa dari kuliah penampilanmu begitu terus ?"
"Memangnya aku nggak cantik ya kalo berpenampilan seperti ini ?"
(Mungkin jika teman saya itu mau jujur, ia bisa tergelak mendengar pertanyaan saya ini)
"Cantik sie ... Tapi nggak ada sisi dewasanya sama sekali. Wanita itu kodratnya dandan, pakai gaun, biar jadi wanita yang sesungguhnya dan tidak membosankan dilihat mata pria."
Tanpa perlu saya lanjutkan percakapan diatas, pastinya anda sudah bisa menebak akan kearah mana pembicaraan tersebut berlanjut. Ya, percakapan itu kemudian penuh dengan debat panjang utamanya dari saya yang tetap teguh memegang pendapat bahwa penampilan luar seperti apapun itu tidaklah lebih penting dibandingkan dengan etika, cara berfikir, dan juga hati saya.
1 Timotius 2:9, Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal.
Bagaimana kita menerjemahkan kata pantas, sopan, dan sederhana sesuai dengan Alkitab diatas mengenai dandanan atau penampilan seorang wanita ?
Pantas : layak atau patut
Sopan : sesuai dengan tata krama yang berlaku
Sederhana : tidak berlebihan
Tidak ada batasan yang mutlak didalam Alkitab bahwa seorang wanita harus berpakaian seperti apa. Yang jelas penggabungan arti kata pantas, sopan dan sederhana akan merujuk kepada penampilan wanita dimana orang yang memandangnya akan segera mengetahui bahwa ia adalah seorang wanita.
1 Korintus 10:23, "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.
Seorang wanita berpenampilan sporty boleh-boleh saja. Seorang wanita berpenampilan cuek sah-sah saja. Seorang wanita tomboy juga tidak ada hukum yang melarang. Yang membuatnya luar biasa adalah apakah dengan berpenampilan sporty, cuek dan tomboy, wanita tersebut kemudian menjadi batu sandungan bagi orang lain yang melihatnya atau tidak. Ini yang lebih penting.
Tidak jarang, saya dengan penampilan tomboy saya justru lebih sering dipanggil mas daripada mbak. Sering dikritik dan bukan dipuji. Dan yang paling parah lagi, banyak yang melempar kutuk seputar penampilan saya.
"Bagaimana pria bisa tertarik sama kamu dengan penampilan seperti itu ?"
Kalimat diatas adalah intisari dari puluhan kalimat yang mengeluhkan penampilan saya sebelumnya.
Jika dalam hal berpenampilan saja seorang wanita sudah menjadi batu sandungan bagi yang melihatnya, apakah ia bisa menjadi seorang penolong yang sepadan dan seimbang untuk laki-laki ? Memang penampilan luar kita tidak akan berpengaruh apapun terhadap kadar iman seseorang. Tetapi jika hanya dengan satu titik kekurangan kita dipandang minus oleh orang lain utamanya oleh pasangan hidup kita bagaimana ?
Salah satu perbedaan antara laki-laki dan wanita adalah terletak pada mata dan telinga. Sejak awal mula kehidupan laki-laki lemah terhadap mata. Lihat kasus Daud yang jatuh ke dalam dosa karena memandang Batsyeba pada waktu mandi. Sedangkan wanita lebih lemah terhadap telinga. Lihat kasus Hawa waktu jatuh ke dalam dosa. Hawa mendengar bisikan ular untuk memakan buah pengertian yang baik dan yang jahat, memasukkannya ke dalam otak dan hati, kemudian menuruti bujukannya.
Allah menciptakan Hawa sebagai pendamping Adam. Keduanya adalah simbiosis mutualisme - hubungan yang saling melengkapi dan saling menguntungkan. Itulah kenapa dari hal fisik dan cara berfikir kaum Adam dan Hawa dibuat-Nya berbeda. Jika keduanya sama persis, tentu bukan saling melengkapi yang terjadi tetapi justru menimbulkan persaingan.
Salah satu pasal di Alkitab yang menunjukkan gambaran wanita hebat ada didalam Amsal 31:10-31. Saya menyukai Amsal ini dan selalu berandai-andai, alangkah sempurnanya wanita yang digambarkan Salomo ini. Mungkin jika pada masa itu ada ajang Miss Universe, wanita dalam gambaran Amsal ini akan menduduki kehormatan tersebut. Tidak hanya memiliki beauty saja, tetapi juga brain dan behaviour. Tiga perpaduan yang sempurna untuk seorang wanita hebat. Kurang satu hal, tentunya akan mengurangi juga nilai kehebatan seorang wanita. Tidak hanya kemampuan berfikir dan kadar iman yang dimiliki wanita, yang akan dinilai oleh pasangannya maupun orang-orang yang ada disekelilingnya. Tetapi cara wanita tersebut memperlakukan dirinya juga penting.
No comments:
Post a Comment