Thursday, April 10, 2008

Wanted : A Gentleman

Oleh : Angelina Kusuma

Menjadi laki-laki adalah sebuah kelahiran, tetapi menjadi pria sejati adalah pilihan.

Kalimat tersebut adalah hasil dari blog walking saya hari ini. Sebuah kalimat sederhana yang tiba-tiba menggelitik hati saya untuk merenung sejenak.

Beberapa minggu yang lalu di sebuah forum online internet, saya juga mendapati sebuah pertanyaan yang membuat saya tersenyum geli. Pertanyaan tersebut kira-kira berbunyi demikian, "Apakah laki-laki pendiam tidak bisa menjadi seorang gentleman ?"

Jika digabungkan dengan apa yang saya dapat dari blog walking hari ini, rasanya klop. Ternyata selain para kaum keturunan Hawa yang terkadang ribut soal femininisme, ada juga para laki-laki yang bermasalah dengan status gentle mereka.

Sebenarnya apa yang dimaksud gentleman bagi seorang laki-laki sehingga satu kata ini sering saya dengar terutama diseputar area relationship. Bahkan banyak para wanita yang mendambakan bahwa kekasih, suami atau pria yang mendekati mereka adalah seorang gentleman.

Apakah pria yang memiliki unsur gentleman harus mempunyai tubuh yang macho, tampang keren, cute, baby face, badan kekar, berdada bidang, berperut six pack, dan selalu tampil modis setiap saat ? Atau gentleman pada pria akan disematkan kepada mereka yang bisa memperlakukan seorang wanita dengan manis, seperti menuangkan air ke dalam gelasnya, memberikan sebuket mawar merah nan cantik, yang menyanyikan lagu cinta dengan iringan deting-denting gitar dan siraman sinar rembulan, yang bisa memuji wanita dalam kepandaian, kecantikan maupun kecekatan bekerjanya, yang mau turun dari mobil kemudian membukakan pintu untuk wanita dan memperlakukan seorang wanita seperti seorang princess charming, yang tidak pernah absen mengatakan, "Sudah makan belum ?", "Selamat malam, mimpi yang indah ya ?", "Hati-hati dijalan", ... kepada pasangan maupun kepada orang-orang yang ada disekelilingnya ?
Silahkan berhenti membaca tulisan ini jika anggapan mengenai pria gentleman dalam pandangan anda sama seperti yang saya tuliskan sebelumnya. Semua yang saya tuliskan diatas merupakan gentleman versi Hollywood, versi love song, versi sinetron, dan mungkin juga hanya versi khayalan yang sudah banyak terkontaminasi oleh tayangan-tayangan romantisme dongeng.

Kata Gentleman berasal dari kata dalam bahasa Perancis yaitu Gentilhomme, yang berarti Nobleman atau pria dengan nilai, karakter yang dianggap aristokratis, agung, mulia, dan berstatus tinggi. Keindahan fisik maupun sikap yang pandai berbasa-basi bukanlah sebuah ukuran yang membuat seorang pria masuk ke dalam jajaran gentleman.

Pria yang selalu berpenampilan sedap dipandang dan juga pandai berbasa-basi terutama dihadapan lawan jenisnya tersebut, termasuk dalam jajaran pria yang bisa menunjukkan gentle acts but not a gentleman. Sebaliknya, pria gentleman sebenarnya bukanlah pria yang memperlakukan setiap wanita dengan terlalu istimewa. Pria gentleman adalah pria biasa dengan dampak yang luar biasa untuk segala sesuatu yang bersentuhan dengannya.

Banyak pria yang hilir mudik disekitar saya, namun hanya beberapa pria yang berhasil mengubah hidup saya menjadi lebih baik seperti sekarang. Pria-pria yang berhasil memberi warna tersendiri dalam hidup saya bukanlah pria yang romantis. Tidak pernah mengobral kata-kata pujian dengan sembarangan, yang mengirimi saya bunga, puisi atau SMS indah, memberi perhatian khusus ketika saya ingin bercerita mengenai masalah-masalah saya kepada mereka, atau juga mengajak saya ke tempat-tempat yang saya suka dan saya ingini. Justru sebaliknya, pria-pria yang berpengaruh dalam hidup saya tersebut adalah pria-pria yang pernah saya juluki sebagai pria 'terkejam' yang saya kenal.

Salah satu pria 'kejam' yang pernah saya kenal bisa mengubah diri saya hanya dalam jangka waktu satu tahun saya bersinggungan interaksi dengannya. Dialah pria pertama yang dengan 'kejam' menyuruh saya membereskan kabel-kabel komputer disebuah ruangan, padahal ia tahu bahwa saya takut tersengat aliran listrik. Dialah pria pertama yang dengan 'kejam' meninggalkan saya dihiruk pikuk pertokoan Pusat Elektronik Glodok Mangga Dua Jakarta, padahal ia tahu bahwa saya baru pertama kali menginjakkan kaki ditempat itu dan saya selalu kesulitan mengingat nama jalan. Dialah pria pertama yang dengan 'kejam' menurunkan saya dari mobilnya disekitar Bundaran HI Jakarta dan menyuruh saya mencari jalan pulang ke Cinere, padahal ia tahu bahwa saya tidak mengenal daerah itu sama sekali sebelumnya. Dialah pria pertama yang mempunyai setumpuk buku untuk saya baca dalam waktu semalam kemudian menjadikan saya rekan debatnya - bulan-bulanan - keesokan harinya. Dialah pria pertama yang mengajak saya melewati gang-gang tempat lokalisasi PSK - Pekerja Seks Komersial, gelandangan, dan pemulung sekaligus menunjukkan tempat-tempat dunia malam di Jakarta seperti yang pernah saya baca melalui Jakarta Undercover-nya Moammar Emka. Dan masih banyak lagi 'kekejaman' dan tindakan diluar logika yang telah diberikan oleh pria ini dalam hidup saya.

Tetapi apakah benar saya menderita akibat dari 'kekejaman' pria tersebut ?

Sekarang pekerjaan saya bergulat diantara kabel listrik dan komputer. Bukan sebuah ketakutan lagi bagi saya untuk menjamah benda tersebut meskipun tanpa mematikan sekring PLN terlebih dahulu. Dari pria 'kejam' pertama dalam hidup saya tersebut, saya belajar untuk mengatasi ketakutan saya terhadap kabel dan aliran listrik. Saya juga tidak pernah lagi khawatir tersesat disebuah daerah yang tidak saya kenal sebelumnya dan tidak pernah bingung mencari jalan keluar untuk mencapai tujuan-tujuan saya. Karena dari pria itu, saya belajar untuk berani mengatasi situasi out of control saya dengan sempurna meskipun tanpa seorang pahlawan yang sanggup menolong saya setiap saat hadir disisi saya.

Sekarang saya juga tahu bahwa didunia ini ada dua sisi, gelap dan terang. Pria itu mengajari saya untuk melihat dunia dari kedua sisinya, mengajari saya untuk tidak menjadi seorang rohaniawan eksklusif yang tidak sanggup menerima sisi kebobrokan lain dari dunia, mengajari saya untuk lebih mempraktekan Bible yang saya imani bukan untuk diri saya sendiri dan orang-orang yang sudah mengenal Kristus lainnya, tetapi juga membagikan Firman kepada mereka yang membutuhkan terang sampai ke tempat-tempat lokalisasi, kolong jembatan dan juga ikut merasakan kemiskinan, kepahitan, dan sisi negatif dari kehidupan dunia. Dan dari pria itu juga saya belajar bahwa sebuah kata pujian, simpati, dan penghargaan hanya akan berarti jika diucapkan dan dilakukan tepat pada waktunya. Bukan diobral meskipun orang yang sedang dihadapainya adalah seorang wanita yang mempunyai banyak kelemahan.

'Kekejaman' dari pria yang pernah menjadi Pimpinan Engineering saya sewaktu bekerja di perusahaan galangan kapal Cinere itulah yang menjadikan saya bertumbuh menjadi seorang wanita mandiri, tegas, dan tidak cengeng lagi seperti saat ini. Dia mengajari saya dan dua orang rekan saya yang lain dari Devisi Engineering untuk selalu menjadi orang yang bisa mengubah keadaan buruk disekeliling kami menjadi lebih baik dan menularkan arti penguasaan diri, semangat belajar, dan tidak mudah tergiur oleh gemerlap dunia khayalan. Menjadi seorang gentleman berarti bisa menundukkan dan mengubah dunia, itulah makna yang saya terima dari pria 'kejam' pertama dalam hidup saya yang mempunyai teladan gentleman hebat dalam pandangan saya.

Seorang pria gentleman dan seorang pria dengan gentle acts adalah dua hal yang berbeda.


Gentleman based on the Bible

Pria gentleman takut akan Tuhan dan memiliki Christ centered headship

Pada mulanya pria diciptakan terlebih dahulu daripada wanita. Tuhan pertama kali intim dengan manusia bernama Adam yang berjenis kelamin laki-laki. Jika seorang pria tidak takut akan Tuhannya dan tidak memiliki keintiman khusus dengan-Nya, itu bukanlah nature seorang gentleman didalam Kristus. Pria gentleman haruslah tahu kedudukannya dihadapan Allah dan tahu cara untuk menerapkan kepemimpinan Kristus bagi hidupnya dan orang-orang yang ada disekelilingnya. Kepala dari pria adalah Kristus dan segala kepemimpinan yang nantinya diemban oleh seorang pria harus berpusat kepada-Nya - Christ centered headship.

Dalam hal sekecil apapun, secara nature seorang pria adalah pemimpin bagi diri sendiri dan komunitasnya. Didalam sebuah keluarga, kepala dari wanita dan keluarga adalah pria. Tidak ada alasan seorang wanita untuk menggantikan posisi pria bagaimanapun bentuknya. Wanita diciptakan untuk menjadi penolong dan pendamping pria melaksanakan tugasnya dibumi bukan untuk menggeser kedudukannya.

Pria gentleman mampu mengambil keputusan yang tepat disaat genting dan mampu berjuang demi tujuan yang ingin dicapainya. Hal ini juga sudah ada didalam diri seorang pria secara nature. Tetapi jika gambaran ini dirusak oleh Iblis - menjadikan seorang pria yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri, kurang percaya diri atau minder, tidak bisa memperjuangkan tujuan hidupnya dengan baik, atau tidak bisa mengambil inisitif untuk bergerak maju terlebih dahulu dalam segala tindakannya, maka pria tersebut perlu pemulihan terlebih dahulu agar ia menjadi sebagaimana mestinya, sosok yang bisa menjadi seorang pemimpin dalam seluruh aspek kehidupannya.
Pria gentleman mampu berdampak positif bagi dunia sekelilingnya

Sudah saya menguraikan melalui contoh pribadi saya diatas bahwa seorang pria gentleman dan seorang pria yang bisa melakukan gentle acts adalah dua hal yang berbeda. Seorang pria yang bisa melakukan gentle acts belum tentu ia pasti gentleman atau juga sebaliknya seorang pria yang sama sekali tidak bisa melakukan gentle acts belum tentu ia tidak gentleman.

Saya lebih suka mengukur segala sesuatu melalui dampak positif dari keberadaan hal tersebut bagi lingkungannya. Apakah keberadaan pria tersebut membangun dunia disekelilingnya atau tidak ? Jika tidak, maka selembut dan sesantun apapun sikapnya kepada seorang wanita, itu tidak akan menempatkan dirinya dalam jajaran pria gentleman dalam hidup saya.

Wanita secara nature bisa menjadi dirinya sendiri dan memenuhi fungsinya sebagai seorang penolong dan pendamping jika ia berada disisi seorang pria gentleman. Jika dalam sebuah hubungan relationship maupun pernikahan Kristen seorang pria sanggup dan pantas memegang tampuk pimpinan, maka secara naluri wanita juga akan mengambil posisinya sebagai penolong.
Pria gentleman tidak akan mengambil tindakan dengan gegabah dan terburu-buru. Ia akan meneliti dengan seksama terlebih dahulu sebelum memutuskan bahwa sesuatu yang diinginkannya maupun tindakannya tersebut sangat berharga. Jadi jangan pernah heran jika suatu saat anda menemui seorang pria yang tidak bisa memperlakukan seorang wanita secara berlebihan ala film Hollywood atau sinetron romantis, tetapi tetap menjadi seorang pahlawan dimata para wanita.

Sama seperti Pimpinan Engineering saya yang mengajar rekan yuniornya dengan keras agar kami menjadi mandiri dan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan baik dilingkungan kerja maupun terpaan angin dunia, seperti itulah cara kerja seorang pria gentleman sebenarnya. Ia akan memulihkan keadaan disekelilingnya hingga menjadi baik dan selalu memberikan nilai positif dalam tindakan-tindakannya. Mungkin cara yang dipilihnya bisa terlihat 'kejam' dimata kita. Tetapi cobalah untuk melihat gambaran besar apa yang dilakukan oleh seorang pria sebelum men-capnya sebagai pria gentleman atau tidak.

2 comments:

David Hotary P said...

Istri saya dulu sekali pernah bilang ke saya bahwa kriteria laki-laki yang 'cowo' banget itu adalah yang gondrong, pakai jeans belel, pake anting dan urakan.
Memang saya seperti itu dulu hehehe, tapi saya percaya karakter laki-laki sesungguhnya adalah seperti halnya Tuhan Yesus. Bukan dari penampilan, tetapi dari integritas hatinya yang termanifestasikan dalam sikap, pikiran dan tindakan sehari-hari.

hehehe sedikit share aja.
Gbu

Enjie said...

Benar sekali. Pria sejati adalah pria yg bisa diubahkan seperti Kristus. Penampilan luar tidak mempengaruhi apakah pria tersebut bisa disebut sebagai pria sejati atu tidak. Yg ada 'didalam' jauh lebih penting daripada sekedar penampilan luar yg kadang bisa menipu mata :).

Tx for sharing bro. GBU 2.